Rabu, 18 September 2013

Contoh Surat Keterangan Kerja (Certificate Employment) Untuk Apply Visa Korea

Setelah saya memposting tentang pengalaman saya mengajukan visa Korea tahun lalu, banyak yang menanyakan mengenai contoh surat keterangan kerja dalam Bahasa Inggris. Sebenarnya sewaktu akan mengajukan visa Korea dulu saya juga kebingungan bagaimana membuat surat keterangan kerjanya, alhamdulillah setelah mengobrak abrik facebook dan googling ada beberapa orang yang mau berbagi pengalaman mereka mengajukan visa korea (bahkan sekarang menjadi teman) walaupun belum pernah bertemu.
Terima kasih banyak buat ka Fanny dan ka Wulan.:)))

Contoh Surat Keterangan Kerjanya silahkan klik disini :)




Semoga bermanfaat...:))

Senin, 02 September 2013

My first time solo travelling abroad (part 1)

Satu ransel eiger butut  menemaniku dalam perjalanan di dalam mobil L300 dari Balangan menuju Banjarmasin untuk memulai perjalanan ini. Sekitar jam 8 pagi abah mengantarku keterminal  dan melepaskan putri bungsunya ini untuk kembali bepergian ke negeri “antah berantah”. Perjalanan Balangan-Banjarmasin memakan waktu sekitar 5 jam, yah waktu yang cukup untuk membuat sebagian besar pantatku berubah menjadi batu. Duduk dikursi paling belakang dan diapit oleh dua orang laki-laki dan perempuan benar-benar menyebalkan, karena dua-duanya sama-sama merokok. Alih-alih membunuh waktu, aku mengambil buku bahasa inggris dari dalam ransel dihadapanku, paling tidak aku bisa menghapal beberapa percakapan selama beberapa jam ini. Tiba-tiba perempuan disebelahku bertanya,

“ke Banjarmasin mau tes yah?” tanyanya sambil memandangi buku yang kupegang
“oh ngga” jawabku sambil nyengir
“trus mau ngapain? Mau kuliah?”
“ngga kok mba”
“buat apa baca buku itu?”
“baca-baca aja” jawabku sekenanya

Lalu meluncurlah cerita dari perempuan itu, tentang bagaimana belajar bahasa Inggris yang efektif dan efisien, tips-tips menghafal kosakata seperti yang pernah dia lakukan. Agak ragu akupun bercerita mengenai perjalananku, bahwa aku berencana ke Kuala Lumpur untuk jalan-jalan, dan surprise!! Ternyata dia merupakan penerima beasiswa kuliah di Kuala Lumpur University di Malaysia jurusan komunikasi beberapa tahun yang lalu selama 3,5 tahun, kemudian dia bercerita betapa kangennya dia dengan Ampang dan Sunway lagoon, tentang suasana kuliah dan pergaulan disana serta meyakinkanku untuk tidak mengkhawatirkan keadaan disana.

“Semangat de, ga papa, kamu pasti bisa kok, dan ingat hati-hati ama orang India”

Sayang kami harus berpisah karena dia turun di Rantau, yang masih setengah perjalanan menuju Banjarmasin.

***
Sebenarnya pesawat yang membawaku ke Jakarta flight besok hari jam 6 pagi, tapi untuk jaga-jaga lebih baik aku pergi satu hari sebelumnya dan berencana menginap di penginapan murah langganan ku dekat Bandara, lagipula aku juga belum menukar uang dan membeli slimmy bag di Banjarmasin. 
Sekitar jam 2 siang, aku sampai di terminal pal 6 banjarmasin dan membayar colt tadi Rp.50.000,- lanjut naik ojek ke Duta mall banjarmasin untuk membeli slimmy bag, oh mennn aku baru sadar ternyata sepatu yang dari tadi kupakai sudah menganga dibagian depannya, amblaslah pula uangku untuk beli sendal baru. Sewaktu masih di mall, kakakku Icha yang lagi mengikuti lomba media pembelajaran di Asrama Haji Banjarbaru menelponku minta dibelikan manset dan kerudung, dan yang berarti aku juga harus mengantarkan ke asrama haji, hufh. Setelah belanja dan menukar uang ke money changer, aku bergegas menuju Banjarbaru dengan menaiki angkot jurusan pal 6 kemudian ganti angkot lagi jurusan ulin dan ganti lagi angkot jurusan martapura yang melewati asrama haji. Ternyata sesampainya disana, teman satu kamar kakakku tidak menginap diasrama, lumayanlah aku bisa menumpang disana dan berpura-pura cool seolah-olah sebagai peserta lomba.
Malam harinya Icha meminjam motor temannya untuk mengantarkan aku ke bandara esok harinya.

“Udah diliat ngga motornya yang mana?” tanyaku sebelum tidur
“Ah ngga usah, nomor platnya  bla bla bla ntar gampang aja nyari motornya diparkiran”

Takdir berkehendak lain, jam 4.30 pagi kami sudah bersiap, tapi ternyata motornya memakai kopling, ya kami berdua benar-benar buta motor kopling, jangankan praktek teorinyapun tidak mengerti. Aku mulai khawatir ketinggalan pesawat, siapa yang harus dihubungi? Jangankan angkot, ojekpun tidak ada karena tempat ini jauh dari pemukiman. Aku mencoba berjalan ke depan pos satpam, siapa tau berbaik hati meminjamkan motor. Ternyata satpamnya cuma nyeletuk bahwa didepan angkot dan ojek tidak ada, tanpa prihatin kepada kami dan terus melanjutkan tidurnya, huhuhu
Syukurlah setelah hampir setengah jam menelpon teman-temannya yang sama-sama peserta lomba Icha dapat pinjaman motor, kitapun  bergegas menuju bandara, dan ternyata penuh sekali, biasalah tanggal-tanggalnya orang umroh. Aku langsung menuju check in counter Lion air yang antriannya sudah mengular. Parahnya, counter check in nya cuma ada dua untuk semua penerbangan. Setelah check in pun antrian menuju waiting room tidak kalah sesaknya, ohh Syamsuddin Noor... katanya mau jadi bandara Internasional. Sykurulah aku tidak terlambat, bahkan masih banyak penumpang tujuan Jakarta juga yang masih antri dibelakangku. Aku menghela nafas panjang ketika pesawat mulai tinggal landas. My first solo travelling abroad started!!

***
Kepergianku kali ini bukanlah tanpa alasan, ini impianku sejak satu tahun yang lalu. Aku ingin menonton super show secara live, tahun lalu aku berencana menonton super show 4 di Singapore, tapi batal karena trip ke Korea, ini adalah tahun terakhir sebelum Eunhyuk pergi Wamil (I guess).
Konsernya diadakan tanggal 6 Juli di Singapore Indoor Stadium jam 6 sore, setelah tiket konser fix, aku mulai mencari tiket pesawat dan berburu hostel murah.Rasanya rugi sekali kalau hanya jalan-jalan di Singapura, sedangkan aku berencana untuk sekalian mengajukan cuti tahunan, kuputuskan untuk sekalian travelling di Malaysia. Sayang sekali cutiku hanya 7 hari kerja, terlalu sempit jika memaksakan untuk mengunjugi Ash di Penang, teman baru sewaktu transit di Kuala Lumpur sebelum menuju Incheon. Jadilah di Malaysia hanya jalan-jalan di Kuala Lumpur saja, semoga next trip bisa ke Penang dan malaka, kalau bisa sih lanjut ke Hatyai dan Bangkok, hehehe
Too bad untuk mendapatkan tiket pesawat dengan harga miring, Juli adalah saat peak season bertepatan dengan libur sekolah, untuk tiket berangkat tanggal 3 Juli Jakarta-Kuala Lumpur mentok di angka 400 ribuan sekali jalan, sedangkan pulangnya tanggal 8 Juli via singapura-jakarta dapat 400 ribuan jua, tapi Jakarta-Banjarmasin paling murah 500 ribu itupun naik lion air yang terkenal delaynya. Untunglah beberapa hari kemudian ada sale fare dari tiger airways singapura-jogjakarta sgd 10 dan jogjakarta-Banjarmasin pun masih promo fare 416.000 naik lion air. Nantinya dari Kuala Lumpur-Singapura naik kereta, katanya sih lebih praktis naik bis, tapi aku belum pernah naik kereta :D

Jadi begini kira-kira rute ku nanti:
3 Juli 2013, Banjarmasin-Jakarta-Kuala Lumpur : Rp. 900.000,- by Lion Air
5 Juli 2013, Kuala Lumpur-Singapura : RM 34 by Train
8 Juli 2013, Singapura-Jogjakarta : sgd 10 by Tiger Airways
9 Juli 2013, Jogjakarta-Banjarmasin: Rp. 416.000,- by Lion Air

Setelah urusan tiket pesawat beres, lanjut mencari hostel. Dari milis Backpacker Dunia di rekomendasikanlah Gusti bed and breakfast yang ownernnya juga orang Indonesia. Awalnya aku lebih memilih hostel yang dekat dengan stadium, karena kupikir pulang dari stadium pasti larut, tapi ternyata hostel di daerah stadium jauh lebih mahal, sedangkan di gusti bed and breakfast pun dapat harga peak season, yang awalnya sgd 25 naik jadi sgd 30/night/bed dengan dorm mix isi 4 bunkbed. Di Kuala Lumpur aku justru lebih bingung, karena terlalu banyak masukan dengan review yang bervariasi dari Tripadvisor, berbeda dengan Gusti bnb, di tripadvisor ataupun di web pengulas lainnya memang memuaskan. Iseng aku tanya ke kak Ariy via twitter, katanya kalau cewek solo travelling mending di Serai Inn, tidak begitu jauh dari LRT Mesjid Jamek. Akupun langsung mengecek websitenya dan booking saat itu juga sebelum tambah bingung, ternyata mereka fast respon dan aku juga dikirimkan map dan direction menuju hostel, dengan harga RM 50 aku dapat private room shared bathroom untuk dua malam.

***
Pukul 6.40 WIB sampai Soeta terminal 1, dengan naik shuttle bis bandara aku sampai di terminal 2 untuk check in lagi, flight berikutnya jam 11, makan dulu lah. Ternyata terminal 2 itu keren juga yah, kasian anak kampung baru ke kota. Berhubung ini penerbanganku yang pertama kalinya via terminal 2, yang nantinya akan mendarat d KLIA jadi excited banget. Sebenarnya tiket air asia dengan lion air lebih murah air asia beberapa puluh ribu, tapi sekali-kali mau merasakan mendarat di KLIA juga.
Kuala Lumpur International Airport

Tidak seperti bayanganku sebelumnya, pesawat landing, masuk terminal ke imigrasi lanjut naik train, seperti di  Seoul. Ternyata beda, aku sempat bingung, berputar-putar mencari pintu keluar, naik turun lift, yang ada cuma food court dan counter belanja, tapi mesti naik train dulu yang menghubungkan ke terminal yang “sesungguhnya” itupun nanya-nanya dulu dengan mbak-mbak dibagian informasi. Kali ini imigrasi tidak seseram yang dahulu, bahkan tidak ditanya apa-apa, langsung di cap ^^ beres itu lanjut mencari counter jual tiket bis ke Kuala Lumpur, untuk menuju Serai Inn katanya bisa naik bis Star Shuttle yang nantinya stop di depan Mydin. Parahnya, bahkan nyari counter tiketpun aku nyasar-nyasar, ternyata counter penjualan tiket ataupun travel ada di lantai dasar. Dengan RM 10 aku sudah duduk manis didalam bis yang sudah penuh, ada beberapa orang turis asing dengan backpack segede gaban.
Star Shuttle Bus from KLIA

Aku yang notabene nya paling mudah ketiduran kalau lagi dimobil berusaha sekuat tenaga menahan ngantuk. Star Shuttle memiliki beberapa titik pemberhentian, salah satunya Mydin. Menurut peta yang dikirimkan Hostel, dari Mydin aku tinggal jalan lurus dan belok kanan bila ada perempatan, dan taraaaa... I’ve got it, Serai inn, dimana lantai pertamanya klinik setia dan Serai Inn ada di 2nd floor. 
Serai Inn map

Aku langsung disambut dengan hangat oleh Mr. Kho yang merupakan owner tempat itu, dia menjelaskan rule hostelnya, cara membuka pintu danmaksimal waktu keluar malam jam 10.30 serta breakfast yang disiapkan setiap pagi dilantai 4. Dia juga bercerita bahwa yang menyiapkan makanan setiap paginya adalah wanita asal Indonesia. Aku diberikan satu buah peta kuala lumpur dan password wifi, diapun menjelaskan dengan detail bagaimana cara menuju tempat-tempat wisata di sekitar hostel. Karena waktuku yang terlalu sempit, aku lebih memilih membeli tiket bus hop on hop off yang dijual di Hostel dengan tarif RM 38 untuk 24 jam.
Aku bergegas kekamarku dilantai tiga, kamar yang nyaman dan bersih dengan satu bed dan AC, lega rasanya akhirnya sampai juga di Kuala Lumpur, lelah sekali tapi harus secepatnya mandi dan ke KL sentral untuk beli tiket kereta ke Singapura. Dilantai ini ada 2 kamar mandi, satu toilet dan satu buah toilet campur kamar mandi, semuanya dilengkapi heater water.
My room, private room share bathroom

Selanjutnya aku menuju Stasiun LRT Mesjid Jamek yang merupakan stasiun LRT terdekat dari hostel, aku mulai berjalanan menyusuri jalan han le kiu dan jalan tun perak, sebagian besar di dominasi toko-toko milik orang India, aku jadi agak sedikit khawatir apalagi kalau ingat pesan dari seseorang yang kutemui di taksi menuju Banjarmasin kemarin. Tiket LRT bisa dibeli di vending machine yang berupa koin plastik untuk ditap ketika masuk dan keluar stasiun.
Kelana Jaya Line

Sayangnya, aku masih kurang mengerti sistem transportasi massal disini, terutama nama-nama line (menurut ku) susah diingat, berbeda ketika di seoul, line hanya dibedakan dengan angka, line 1, 2, 3 dst dengan masing-masing warna yang berbeda, akibatnya sewaktu di stasiun mesjid jamek aku ngelonyor  saja tanpa melihat nama line, harusnya jika ingin ke KL Sentral aku harus menaiki kelana jaya line tapi aku malah duduk manis menunggu kereta ke Ampang. Untunglah sebelum kereta datang aku bertanya kepada mba-mbak yang duduk disampingku untuk memastikan aku menaiki kereta yang benar, dia pun dengan berbaik hati mengantarkanku ke selter Kelana Jaya Line yang lumayan jauh dari selter Ampang line yang berada dibagian paling atas stasiun. Fuihh..
Sesampainya di KL Sentral pun aku tak kalah terheran-heran, luas sekali dan membingungkan, karena KL sentral merupakan pusat dari semua moda transportasi, mulai dari KLIA express yang mengantarkan kita ke airport, Port Klang line, KL Monorail, dsb.
KLIA dari stasiun momnorail

Lets go to Singapore with KTM (kereta tanah melayu)

Aku mulai berkeliling, mencoba mencari counter penjulan tiket kereta, tapi karena lapar aku jadi tambah pusing, makan sebentar di McD sepertinya pilihan yang lebih baik, dari pelayan di McD aku baru tau kalau ternyata kereta untuk ke luar kota ada dengan nama Kereta Tanah Melayu (KTM) atau KTM antar bandar dan counternya ada dibagian paling atas KL Sentral.

“One ticket Express Sinaran Selatan to Singapore tomorrow” pintaku ke petugas counter.
Dia pun memberikan 2 opsi keberangkatan, ada jam 8.30 dan sore hari, aku memilih pagi supaya sampai singapore tidak terlalu malam. Tapi ternyata estimasi waktu sampai di Singapura 8 jam, berangkat pukul 8.30 sampai di stasiun woodland jam 16.30. Jauh lebih lama daripada naik bis yang hanya sekitar 5 jam. Setelah membayar RM 34 akupun keluar counter dengan hati riang gembira, membayangkan besok ke Singapura.
Wait!!!
Besok?? Aku bilang beli tiket untuk besok?? Oh my God, besok baru tanggal 4 Juli, aku salah beli tiket, harusnya beli buat tanggal 5 juli!!! Oh mennn begitulah buruknya aku, tidak teliti dengan hal-hal sepele.
Aku bergegas kembali ke counter tiket, tapi tiket tidak bisa cancel hanya bisa di ubah tanggal dengan menambah separoh harga, jadilah aku harus merelakan RM 17 untuk sebuah keteledoran yang amat sangat sepele, lupa tanggal!
Sembari membunuh waktu, aku berjalan menuju gate KTM supaya ngga nyasar nantinya. Gate B ada di sebelah kiri atas dari eskalator menuju lantai paling atas, sedangkan gate A ada di atas bagian belakang.
tiket KTM

Jam sudah hampir pukul 9.30 ketika aku berjalan pulang dari Mesjid Jamek stasiun menuju Hostel, mampir sebentar di 7-11 untuk membeli beberapa botol air mineral. Dari kejauhan terlihat KL tower dan twin tower, keren sekali.
KL Tower di jalan menuju hostel

***
Kamis 4 Juli, Aku terbangun agak kesiangan kali ini, padahal biasanya aku bakalan terbangun pagi-pagi buta karena tidak terbiasa “pindah kasur" Sehabis sholat subuh dan mandi, aku lanjut ke lantai 4 untuk sarapan. Disana ada dapur, meja makan dan beberapa sofa, kursi untuk menonton tv, dibagian depan ada balkon yang menghadap ke KL tower, dan yang terpenting semuanya bersih.
Living room

message board at Serai Inn

“Kalimantan?” tanya seorang mbak-mbak yang sedang asyik memasak didapur
“Ya, mbak yang diceritain Mr. Kho kemaren yah? Dari Jawa?”
“Iya, saya Wati”
“saya Wiwin mbak”
Meluncurlah cerita panjang lebar dan dia pun banyak bertanya perihal kedatanganku ke Kuala Lumpur, aku agak berhati-hati untuk bertanya mengenai kehidupan pribadi orang lain, namun entah kenapa mba Wati justru sangat bersemangat menceritakan awal mula kedatangannya ke Malaysia sejak tahun 1998 yang lalu, tentang keluarganya di Jawa sampai cerita tentang penghuni-penghuni hostel sebelumnya. Katanya dia sudah lebih 3 tahun tidak pulang dan berencana tahun depan untuk pulang.
“Lebih baik uangnya buat dikirim dek”
Sepertinya dia memang benar-benar kangen pulang ke Indonesia, aku masih ingat dengan jelas wajahnya ketika membujukku untuk menunda kepergianku ke singapura besok, bahkan dia hampir menangis waktu cerita tentang keluarganya. Sayangnya jam kerja mba wati di hostel hanya sampai jam 4 sore, jadi tidak memungkinkan buat ketemu lagi karena aku juga harus memanfaatkan satu hari itu untuk keliling KL, lagipula sudah beli tiket bus HOHO pula. Ahh... oneday kalau ke Kuala Lumpur lagi aku pasti menginap disana..
Jam 9 aku mulai jalan-jalan keluar, berhubung Serai Inn bersebelahan dengan Segi College, jadi tiap pagi bisa cuci mata dengan mahasiswa :p
Segi College very near

Ruteku hari ini pertama-tama belanja oleh-oleh souvenir dan cokelat di Central Market, lanjut ke twin tower kemudian naik bus HOHO seharian. Tidak sulit menemukan Central Market atau pasar seni karena tempatnya yang tidak terlalu jauh dari hostel. Disana banyak dijual souvenir, pakaian, cokelat dan cinderamata lainnya, yang menarik perhatianku adalah adanya outlet yang menjual kerajinan rotan dan purun, tikar purun yang disana dijual seharga RM 95 sedangkan dikampungku kalian bisa membeli dengan harga 10rb rupiah. Setelah puas berkeliling pusing karena uang yang terbatas, aku hanya membeli beberapa kotak dan kaleng cokelat serta tempelan kulkas dengan harga murah karena “penglaris” 
Central Market
Tikernya muahal booo


Untuk ke Twin Tower dari stasiun Pasar Seni naik Kelana jaya line jurusan Gombak kemudian stop di stasiun KLCC. Entah kenapa beberapa kali tiap jalan ada saja yang menanyaiku, sewaktu hari pertama waktu jalan kaki dari Mydin ke hostel ada mba-mba yang bertanya dimana stasiun LRT terdekat, ada yang bertanya atm, dan yang terakhir ada koko-koko yang bertanya jalan Hangtuah. Sepertinya mukaku sudah seperti orang lokal, semacam blasteran India Arap yang ketelen linggis. Mayoritas penduduk Kuala Lumpur adalah Melayu, Chinese, Arab dan India, dan satu hal yang baru kusadari saat di dalam LRT, laki-laki disini sangat suka membuka kancing kemeja mereka sampai bulu dadanya terlihat, seperti laki-laki Arab ataupun India. Wewww... dan pemandangan itu sangat sering terjadi >_<.

Setelah sampai di stasiun KLCC aku kembali ternganga, exit doornya membingungkan, jadilah aku masuk melalui Suria KLCC, woww besar sekali (maklumlah orang kampung)ada banyak outlet branded yang jelas saja manusia papa dhuafa sepertiku hanya dicuekin penjaga outlet atau jangan-jangan mereka malah sudah menyiapkan recehan buatku. Aku bahkan harus bertanya kepada beberapa orang untuk mencari pintu keluar. Aku merasa sangat tertipu setelah keluar dari Suria KLCC aku tidak menjumpai yang namanya twin tower. Aku terus berjalan ke arah barat dan duduk dikursi taman karena lelah, yang nampak hanya KL tower dari kejauhan.

“Aku tersesat” gumamku
Kembali kulihat peta, benar saja dari KLCC harusnya ada twin tower. Akupun kembali berbalik arah, dan sepertinya aku familiar dengan bentuk kaca dari bangunan itu. Oh my God! Twin tower tepat di atas kepalaku!! Ternyata suria KLCC adalah salah satu bagian dari twin tower, lol
Finally!!! I'm in KL :)

Sehabis foto-foto narsis (lebih tepatnya difotoin security) aku lanjut naik bus HOHO. Bus HOHO (hop on hop off) adalah Bus wisata dua tingkat yang berkeliling dari pukul 8.30 pagi sampai 8.30 malam dengan jeda waktu antar bus 30 menit yang berdasarkan konsep “hop on hop off” yang memungkinkan untuk naik atau turun sesuka hati dimanapun di 20 tempat wisata pemberhentian bus. Masa berlaku tiket ada 24 jam dan 48 jam, untuk 24 jam dkenakan biaya RM 38 dan 48 jam RM 65, selain dilengkapi wifi, bus ini juga dilengkapi dengan multilingual commentary, sayangnya alatnya sudah banyak yang rusak.
Didalam bus sudah ada beberapa orang bule dan satu keluarga India, saya memilih duduk sendirian karena rasanya akan sulit sekali berbaur dengan mereka yang englishnya seperti kumur-kumur.
Aku memutuskan untuk tidak “ngeden” di tempat wisata, tapi hanya mengikuti rute bus dan turun sebentar untuk mengambil session foto-foto.
****

Jam 4.30. Sewaktu perjalanan pulang menuju hostel aku mampir di rumah makan yang menyediakan makanan khas lokal. Nasi Biryani, yah makanan itu tidak asing ditelingaku karena tante sering membuatnya. Tapi bagiku nasi biryani disini agak aneh karena nasinya yang agak sedikit kering dan kuah dengan bumbu yang terlalu tajam. Tapi lumayanlah dengan porsi jumbonya RM 11 aku bisa tahan seharian :D
Nasi Biryani

Sesampainya di hostel aku berkenalan dengan seseorang penghuni baru yang berasal dari Kedah, katanya dia akan tinggal di hostel sekitar 1 bulan untuk pekerjaannya.
Setelah mandi dan sholat aku teringat pemandangan kemarin malam, twin tower terlihat keren sekali disaat malam. Aku kembali menuju KLCC sore itu, jalan-jalan di Suria KLCC dan malamnya kembali ke halaman twin tower, ternyata disana banyak sekali orang-orang, nampaknya orang-orang itu berpikiran yang sama pula denganku 
Twin Tower sewaktu malam

Sekitar pukul 9 malam aku kembali ke hostel dan repacking untuk melanjutkan perjalanan ke Singapore besok harinya
Good nite all
***
Jam 5 pagi aku sudah terbangun karena tidur yang tidak tenang, terlalu khawatir kesiangan seperti kemarin. Setelah sholat dan mandi, aku masak mie instan di dapur karena breakfast ada mulai jam 8 pagi. Rencananya jam 7 aku sudah harus berangkat ke KL Sentral, saking parnonya ketinggalan kereta. Jalanan masih sepi saat itu, kampus Segi College yang berdekatan dengan hostelpun masih sepi dari, aku hanya berpapasan dengan dua tiga orang mahasiswa.
Sesampainya di KL sentral aku langsung menuju Gate B yang sudah banyak penumpang lain menunggu kereta ke Ipoh yang berangkat lebih awal. Jam 8.30 tepat kami dipersilahkan menuju kereta melalui eskalator, aku duduk di gerbong paling belakang. KTM expres ssinaran selatan ini lumayan nyaman, kelas ekonomi dengan tempat duduk 2-2 yang sandaran tempat duduknya bisa diturunkan, hanya ada 7 orang waktu itu yang masing-masing duduk sendirian, aku duduk di seat 5B dekat gang dan kemudian berkenalan dengan Ibu-ibu chinese yang akan turun di Johor, sayangnya aku terlalu lapar untuk terus mengajaknya mengobrol, dan kemudian aku menyesal kenapa tidak membeli fastfood untuk bekal dijalan.
go go go Singapore!!

Di pemberhentian berikutnya seorang perempuan duduk disebelahku, sepertinya usianya hanya beberapa tahun lebih muda dariku. Kamipun terlibat pembicaraan yang seru, dia sangat excited ketika tahu bahwa aku orang Indonesia, katanya dia ingin sekali ke Indonesia, terutama Bandung. Teman-temannya pun banyak yang kuliah di Jogja, dan mereka berencana mengajaknya jalan-jalan di Jogja dan Bandung tahun depan. Tapi pembicaraan kami harus berakhir ketika stasiun Segamat terlihat dari kejauhan.
Dari stasiun Segamat gerbong hampir penuh, sebagian besar ibu-ibu chinese yang sudah berumur, mereka asyik mengobrol tentunya dengan bahasa yang sama sekali aku tidak mngerti, aku kembali  mendapat teman satu seat, seorang perempuan paruh baya yang bergaya sporty, sayangnya dia lebih banyak diam dan sibuk dengan gadgetnya. Akupun terlalu takut untuk memulai pembicaraan dengannya kerena dia terlihat sangat dingin. Sekitar pukul 16.00 ibu-ibu chinese tadi terlihat sibuk mengeluarkan paspor mereka, dan mengisi kartu, entah kartu apa itu, tapi mereka sempat bertanya kepada petugas kereta api, apakah kartu itu masih berlaku atau tidak. Aku jadi khawatir tentang kartu itu, dimana aku bisa mendapatkannya, tapi kenapa yang lain tidak mengisi kartu seperti mereka, seperti perempuan disebelahku. Akhirnya aku memberanikan diri bertanya kepadanya, ada apa dengan kertas itu, ku jelaskan bahwa aku orang Indonesia dan baru pertama kali ke Singapura. Awalnya dia menjawab dengan bahasa melayu, bahwa dia akan menanyakannya kepada petugas Imigrasi di Johor bahru. Berbeda jika menggunakan bis ke singapura kita harus turun di imigrasi Johor baru, sedangkan dengan kereta, petugas imigrasi memeriksa paspor dengan naik ke kereta. Beberapa saat kemudian, petugas imigrasi naik dan memeriksa pasporku dan penumpang lainnya, dengan bahasa Inggris dan dialek chinese yang kental dia menanyakan kepada petugas imigrasi perihal kartu yang harus kuisi. Parah sekali, aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.

“Aasdfghjkl.........bla bla”
“What???”
Dialek chinese dan bahasa inggrisnya yang super cepat membuatku tercekat
“Asdfghjkl.................”
“hah!!!”
“asdfghjkl........................”
“Slowly please................”
‘Hufh....” dia menarik nafas panjang, dan aku hanya bisa nyengir malu
“You can write card in Singapore” katanya perlahan
“Ohhhhh.. I see”
Dia mengajakku turun bersama sesampainya di stasiun Woodland, dan menunjukkanku tempat kartu yang harus kuisi.
“You can ask them to fill the card” katanya sambil tersenyum
“Thank you so much”
Kamipun berpisah, dia langsung bergegas menuju imigrasi. Ternyata itu adalah departing card, mirip seperti departing card ketika ke Seoul. Isinya hanya menjelaskan tentang identitas kita, tujuan dan tempat tinggal di Singapura. Disana juga ada satu rombongan ibu-ibu yang sepertinya juga pertama kali ke Singapura, mereka menggeruminiku dan menanyakan bagaimana cara mengisinya. OMG mom, this is my first time too. Ibu-ibu itu adalah rombongan dari Aceh yang akan jalan-jalan selama 2 hari di Singapore, untunglah ada seorang backpacker laki-laki dari Indonesia yang juga membantu mereka. Buruknya aku kemudian aku baru ingat bahwa ini adalah imigrasi Singapura yang terkenal sulit, tiba-tiba aku jadi gugup dan ingin muntah saat mengantri pemeriksaan imigrasi. Dan ketika giliranku nyatanya petugas imigrasi hanya tersenyum dan menyerahkan pasporku yang telah di cap. Oh thanks God!!
Aku sempat bingung dengan tempat imigrasi Woodland karena petunjuk jalan yang tidak terlalu jelas, setelah naik kelantai atas dan keluar dari Stasiun, aku hanya bisa melongo. Kemana aku selanjutnya??? Aku lalu mengikuti orang-orang yang berjalan kearah kanan yang terlihat seperti halte. Tidak ada MRT disini??? Didalam pikiranku, saat aku melihat map MRT ada stasiun MRT dengan nama Woodland tertera disana, aku pikir ketika keluar dari Imigrasi kita akan langsung dapat menemukan stasiun MRT Woodland. Aku lalu bertanya kepada seorang perempuan India yang juga sedang ada di halte.
“I’m sorry, could you tell me where I can find MRT Stasiun near here?”
“You must take a bus to MRT stasiun Woodland”
“Where I can buy the ticket?”
“You don’t have ez link card?” tanyanya sambil memperlihatkan kartu miliknya
“Oh no...” seketika aku bingung setengah mati, dan tiba-tiba bis datang, perempuan itu mengajakku bergegas naik menuju bis. Orang-orang men’tap ez-link dan sebagian membayar sgd1 dengan menaruhnya didalam kotak disamping supir. Aku berdiri didekat supir dengan bingung, sang sopir menyuruhku duduk agar tidak menghalangi jalan.  Melihat aku yang kebingungan, perempuan India itupun memberiku sgd1 dan langsung kuletakkan didalam kotak. Dia mempersilahkanku duduk disebelahnya setelah aku mengucapkan terima kasih berulang kali. Seperti beberapa orang sebelumnya yang telah kutemui, dia menanyakan perihal kedatanganku ke Singapore, dan dia sangat kaget ketika kukatakan ini adalah pertama kalinya aku ke Singapore dan seorang diri. Sesampainya di halte bus woodland dia menunjukkanku  arah menuju stasiun MRT Woodland yang terletak dilantai dua, sedangkan dia meneruskan perjalanan kerumahnya yang tidak jauh dari halte bis. Aku beruntung bertemu dengannya, orang India yang sangat kujauhi dan kutakuti ternyata justru sangat ramah dan membantuku.

Stasiun MRT ini sangat luas dan sibuk sekali, banyak orang-orang berlalu lalang, kebanyakan dari mereka berseragam sekolah, sepertinya ini adalah jam pulang sekolah disini. Lapar dan pusing membuatku kesulitan, setelah bertanya kepada segerombolan anak sekolah mereka menunjukkanku counter penjualan ez link seharga sgd 12. Bergegas aku menuju MRT yang ada dilantai atas, tidak lama menunggu keretapun datang. MRTnya penuh sekali, tapi lega rasanya sudah sampai sejauh ini. Kebanyakan orang berbicara Chinese ataupun English yang cepat sekali, ya Tuhan bagaimana kelanjutan kehidupanku beberapa hari kedepan? Ada sedikit penyesalan tapi untuk apa?

Untuk menuju Gusti Bnb stasiun MRT terdekat adalah Lavender yang berada di East-West Line (hijau), berarti dari Woodland yang ada di North-South Line (merah)  jalur terdekatnya transfer di Bishan yang ada di Circle line, lalu transfer lagi di Paya lebar.  Bagiku jauh lebih menenangkan naik MRT daripada naik bus, toh senyasar-nyasarnya tinggal ngikutin map, kalau naik bis rasanya kok kalau sudah salah naik bis bakalan susah nyari jalan buat pulangnya, :D
Saat sampai di stasiun MRT Lavender aku langsung menuju exit 3 setelah sebelumnya men’tap ez link ku. Sebenarnya di tiap stasiun MRT informasinya sangat jelas sekali, mulai dari route sampai map daerah sekitar MRT, sayangnya aku adalah orang yang sangat buruk dalam membaca peta. Buktinya setelah keluar stasiun aku malah mengambil arah yang berbeda, seharusnya aku berjalan lurus saja menuju Horne road seperti arahan dari email Gusti Bnb, beruntung aku langsung menyadarinya dan kembali menuju jalan yang benar >_<, disini aku parno sekali untuk menyebrang jalan, karena yang kutahu singapura adalah negara yang penuh dengan denda, salah satunya menyebrang tidak melalui zebra cross sedangkan dari Horne road untuk menyebrang ke sebalah kanan menuju Penhas road tidak ada zebra cross, namun aku cuek saja mengikuti orang didepanku yang juga menyebrang, toh ternyata tidak apa-apa, hufh.
Jarak dari MRT lavender ke Gustibnb tidak terlalu jauh, hanya sekitar 3 menit berjalan kaki. Hostelnya ada dilantai 2, dengan pintu masuk di antara fragrance hostel dan semacam pastry antoinette. Aku langsung disambut oleh petugas hostel di resepsionis, membayar sgd 90 dan deposit sgd 20, aku diberikan kunci kamar yang berupa kartu yang bisa juga untuk membuka pintu masuk hostel. Kamarku ada dilantai tiga, kata petugas hostel dikamar itu tinggal 2 bed yang kosong. Aku deg-deg’an juga sih pas menuju kekamar, karena ini pertama kalinya aku tidur di hostel mix tanpa teman.
“Excuse me, Hi...”
“Hallo”
Seorang wanita dan laki-laki bule membalas sapaanku dengan tersenyum, tidak nampak penghuni lainnya, aku langsung merebahkan diri di kasurku dibagian atas, akhirnya aku bisa selonjoran juga. Eits, tiba-tiba mataku tertuju pada satu poster yang sangat familiar sekali, ya!! Itu Kyuhyun!! Orang yang tidur di bed bawah disebelahku pastilah akan nonton konser Suju juga. Aku mencoba memberanikan diri bertanya kepada bule yang ada dikamar, siapa yang tidur disana, dia hanya mengatakan ada tiga orang perempuan, tapi tidak tahu dari mana.
Hostel ini bersih sekali, dilantai ini ada 3 buah kamar, di setiap kamar ada 4 bunkbed dan AC. Dibagian tengah ada sofa, meja bilyiar dan meja makan, lumayan luas. Dapur dan kamar mandinya juga tertata dengan baik, walaupun jumlah toiletnya sedikit jika dibandingkan jumlah kasur yang ada, Cuma ada 3 buah toilet dan 4 buah kamar mandi. Setelah mandi dan sholat, aku memasak mie yang kubawa, sengaja aku tidak membeli makan keluar karena aku menunggu seseorang pemilik poster Kyuhyun tersebut.

Sampai pukul 9’an malam aku masih bertiga dengan sepasang bule di kamar, mereka asyik mengobrol, sambil tiduran aku konsentrasi mencoba memahami pembicaraan mereka, tapi satu katapun aku tidak bisa mencernanya, yang ada cuma “zozozozozozoozososoosoooxoxooxoxo....” seperti dua orang yang sedang kumur-kumur.

Tiba-tiba kamar diketuk oleh seseorang, seorang staf hotel memperkenalkanku dengan tamu yang dibawanya.
"Ini wiwin, dia juga dari Indonesia"
Namanya Yanti, asli Ambon yang bekerja di Jakarta, bed nya persis di samping bule yang dari tadi bersamaku.
Ternyata dia heboh sekali, walaupun sama sekali tidak bisa bahasa Inggris tapi dia dengan cueknya mengajak sang bule ngobrol, dan pada akhirnya aku pun ikut mengobrol karena saking gemesnya dengan obrolan mereka yang kadang tidak nyambung. Namanya Victoria, dari Australia, dia travelling bersama pacarnya. Ketika kutanya apakah dia pernah ke Indonesia? Karena hal yang sangat mustahil bila orang Australia lebih dahulu pergi liburan ke Singapura daripada ke Bali. Dan mengejutkan, dijawabnya dia belum pernah ke Indonesia.
"How about Bali? Have you ever been there?"
"Yess!" Jawabnya. Oke. Hmmm baiklah, mungkin cap stempel Indonesia di Ngurah Rai kurang begitu besar.
Katanya dia dan pacarnya akan menghabiskan waktu sebulan untuk travelling di daerah Singapura, Thailand dan Indochina. Sedangkan Yanti keesokan harinya akan berkeliling sebentar di Singapura lalu lanjut ke Malaysia.
Karena sudah terlalu lelah akhirnya aku memutuskan untuk tidur lebih dahulu, lagipula sang pemilik poster Kyuhyun pun belum datang-datang juga

*****

Aku sengaja bangun pagi-pagi untuk menghindari traffic di kamar mandi


Senin, 22 April 2013

Sebuah Perjalanan Seribu Kenangan (Memorable Trekking Semeru 2013)


Di Mahameru kami bersama menggantungkan asa, Mba Sandra, Mba Alia, Niza, Farah, Fia, Ka Lovie, Bang Tedjo, Nauvael, Mas Inul, Ibnu, Bayu, Yasin, Andri, Mas Ruspi, Adi, Bang Rony, Bang Rully dan Sauqi.
***

“Mahameru??? Yakin loe??? Hahahahahaha”

Kalimat itu terus terngiang-ngiang ditelinga saya dalam pendakian Mahameru, kata-kata itu saya dengar saat di Ranupane, dari para pendaki terdahulu yang berpapasan ketika kami akan memulai perjalanan. Itu mereka katakan setelah melihat baju yang kami kenakan “Mahameru, one love one heart one destination”.

28 Desember 2012
Saya terbangun dari tidur ketika pesawat yang membawa saya ke Juanda International Airport landing dengan baik, perjalanan panjang menuju tanah Jawa benar-benar melelahkan. Dimulai dari 5 jam naik mobil dari rumah ke Bandara Syamsudin Noor airport Banjarmasin, maklumlah rumah saya berada di Kabupaten Balangan yang jaraknya 200 km dari Banjarmasin,ditambah lagi penerbangan plus plus delay pesawat hampir yang memakan waktu hampir 3 jam. Ini adalah perjalanan pertama kalinya sendirian ke Surabaya, sebelumnya saya memang pernah beberapa kali ke Surabaya sewaktu Kuliah untuk Praktek  Industri dan tugas dari Kantor tempat saya bekerja sekarang, tinggal duduk manis di mobil yang sudah disiapkan, jadi perjalanan kali ini sedikit berbeda bagi saya yang jarang jalan-jalan keluar pulau sendirian.

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, saya bergegas menuju conveyor mengambil bagasi untuk melanjutkan perjalanan ke Malang dengan Travel yang sudah dipesan sebelumnya, di mobil menuju Malang saya berkenalan dengan penumpang lain yang berasal dari Bandung dan Samarinda, mereka pula yang ikut membantu mengarahkan saya menuju alamat Jonas Homestay tempat  janjian menginap dengan Mba Alia. Ternyata disana sudah menunggu pula Bang Teddy dari Bontang dan Mas Inul dari Gresik dan dengan mereka pula kami bertugas belanja logistik keeseokan harinya, karena sudah hampir jam 10 malam dan naga dalam perut mulai ngamuk, selepas meletakkan semua barang-barang dikamar, kami diajak berkeliling Malang sekaligus dinner, kebetulan Mas Inul bawa mobil jadi gampang kesana kemari, jadi diajaklah kita nongkrong ngobrol ngalur ngidul dengan mereka yang super gila, jam 11 lebih saya dan mba alia dianter pulang ke homestay untuk istirahat dan bobo cantik.

29 Desember 2012
Tepat jam 9 pagi saya dan mba Alia dijemput bang Teddy dan mas Inul buat beli logistik kelompok, sementara kami belanja cowok-cowok memisahkan diri untuk beli perlengkapan pribadi yang masih kurang. Hasilnya, tatapan melongo dari bang Ted dan Mas Inul cukup menggambarkan betapa hebohnya belanjaan kami, pisss...
Alih-alih membunuh waktu para cowok-cowok menawarkan diri buat jemput Mba Sandra di bandara AbdulRahim Malang karena meeting point di Balai Rakyat Desa Tumpang di Mulai dari pukul 17.00. Mba Sandra merupakan peserta paling 'senior' di event ini dan satu-satunya pula peserta dari Padang. Berhubung Bang Ted ini bukan asli Malang dan mas Inul dari Gresik, Google maps lah bos nya selama perjalanan muter-muter Malang. Nyadar dari pagi belom sarapan, kita mengisi perut diwarung pinggir jalan akhirnya semangkok mie pangsit jadi sasaran kebiadaban para kuli ini, (sampai tulisan ini dibuat saya belum kesampaian makan bakso Cak Man #poorWiwin). Sesampai di bandara jam 13.00, tapi ternyata pesawat yang dijadwalkan landing jam 2 siang mengalami delay 1 jam karena cuaca buruk, suasana gerimis dan angin sepoi-sepoi tambah bikin ngantuk, Bang Ted dan Mas Inul memilih tidur di mobil sementara Mba Alia ngecharge handphone di ruang tunggu Bandara dan saya memilih menikmati segelas kopi yang justru tidak mengusir ngantuk sedikitpun.

Tepat jam 3 siang pesawat yang dinantipun akhirnya landing, kamipun bergegas  menuju point meeting Balai Rakyat Desa Tumpang. Sementara itu kami juga tidak putus-putusnya kontak BBM'an dengan teman-teman satu kelompok dari Kaltim dan Bandung yang juga dalam perjalanan menuju Desa Tumpang. Hampir magrib kami tiba di Balai Rakyat dan berkenalan dengan peserta lain yang berjumlah 50an orang, kebanyakan mereka berasal dari Jakarta dan bareng-bareng naik kereta ke Malang. Jujur saya merasa sangat kikuk dan minder dengan peserta lain yang memang sebagian besar sudah pernah bertemu, selain pada dasarnya saya pendiam dan sulit komunikasi, saya cenderung sulit bergaul dengan orang-orang baru dan lebih banyak diam. Saya ada dikelompok Arcapada yang berjumlah 18 orang, semua berasal dari Luar Jakarta, dari Kaltim, Padang, Bandung, Gresik, Boyolali, Jogja, Surabaya dan saya sendiri dari Kalsel.
Selepas magrib kami mempacking ulang bawaan dan sharing logistik ke masing-masing peserta kelompok, sedangkan untuk tenda, nesting dan kompor  khusus dibawa cowok-cowok, dilanjutkan dengan meeting dengaan seluruh peserta untuk persiapan pendakian besok dan pengumpulan berkas administrasi untuk TNBTS. Setiap kelompok didampingi oleh satu orang guide dari Backpacker Malang, beruntung kelompok saya beberapa orang sudah malang melintang dalam dunia pendakian, seperti leader team Mas Lovie, Bang Ted, Niza, Yasin, Novel, Mas Ruspi, Nauvael.
Dinginnya lantai Balai Rakyat Desa Tumpang pun akhirnya mengantarkan badan saya yang sangat lelah ke alam mimpi, beralaskan kardus dan berdempetan dengan mba Sandra untuk mengusir dinginnya udara Tumpang. Semeru. Here we come.


30 Desember 2012
Sudah hampir jam 6 pagi tapi rasanya malas sekali beranjak dari tempat tidur namun melihat teman-teman yang lain sudah mandi saya bergegas menuju mushola untuk sholat subuh dan antri di toilet yang mungkin itu adalah “pembuangan” terakhir ditempat yang seharusnya.
Sayapun bersiap dan memastikan barang bawaan agar tidak ada yang terlupa, sebelumnya saya, Mba Alia, Niza, dan Mba Sandra ditemani Yasin jalan-jalan di pasar Tumpang untuk membeli sayur sekalian sarapan dan membeli bekal untuk makan siang nantinya saat perjalanan Ranupane-Ranukumbolo, malang sekali hari itu, jam 10 sudah berlalu tapi tidak ada tanda-tanda jeep yang akan membawa kami ke Ranupani datang menjemput, wajah saya yang tadinya merata dengan sunblock pemberian ka Lovie perlahan mulai luntur seiring dengan kekesalan kami karena haripun sudah masuk Dzuhur dan langit perlahan mulai mendung, yup ini bulan Desember, musim penghujan dan mas Dwi guide kami bilang hampir dipastikan setiap jam 3 keatas selalu hujan. Tidak berapa lama jeep pun datang satu persatu, ternyata mereka dari mengantar tamu ke Bromo, benar saja ini tanggal-tanggal high season dimana banyak orang pergi ketempat wisata.
Perjalanan Tumpang-Ranupani pun dimulai ditemani hujan gerimis, semua keril kami ditumpuk jadi satu diatas jeep diikat dan titutup terpal, kamipun bersiap memakai jas hujan, sialnya, karena sepatu yang terlalu besar celana hujan sayapun robek ketika baru ingin memakainya. Oh bagus, inilah kaki saya dengan nomor sepatu 40-41!

Arcapada team "we are ready!!!"

Disepanjang perjalanan ditemani pemandangan yang indah dikanan dan kiri jalan, ladang sayur penduduk diperbukitan, perkebunan apel, bahkan aliran sungai kecil diantara jurang, keren! Maklumlah karena saya terbiasa bekerja di daerah yang dikelilingi gambut dan rawa. Suasana pun bertambah riuh mengiringi lawakan-lawakan jayus dari orang-orang sakit jiwa yang ada di jeep, Bayu, Bang Ronny, Niza, Mba Alia, Bang Ronny, Inul, Farah, Sauqi, Bang Rully, yang merupakan kumpulan manusia yang dicoret dari daftar orang-orang waras, bahkan pipi saya sangat sakit karena terlalu banyak tertawa, tanjakan sepanjang perjalanan pun menjadi tidak terlalu berarti lagi. 2 jam kemudian kami sampai di Ranupani yang merupakan desa terakhir sebelum pendakian, hujanpun semakin lebat menyambut kedatangan kami.

Jam 4 lebih kami baru memulai perjalanan menuju Ranukombolo, ditemani hujan lebat sungguh bukan waktu yang tepat untuk memulai perjalanan. Dengan pakaian berlapis raincoat kelompok kami berjalan pertama, dengan guide paling depan dan ka Lovie paling belakang untuk memantau anggota kelompok. Di awal trek kami sudah disuguhi tanjakan penuh pengharapan, baru beberapa meter saya sudah merasa ngos-ngosan sempat terpikir untuk berbalik arah dan kembali ke Ranupani, tiba-tiba saya tersadar betapa sombongnya saya ingin menapaki Mahameru tanpa bekal trekking sebelumnya. Sesekali kami berhenti sejenak untuk mengatur nafas dan minum beberapa teguk. Namun karena kondisi fisik yang berbeda-beda ditambah hujan tidak kunjung berhenti, kelompok kami jadi terbagi, sebagian ada yang cepat dan sebagian yang lain agak lebih santai. Saya pun terpisah dari teman2 cewek yang lain, Saya, Ibnu, Mas Inul, Bayu, Bang Ronny dan Mas Dwi yang merupakan guide kelompok kami. Duet Bayu dan Bang Ronny cukup menyegarkan suasana, ocehan-ocehan ngalur ngidul mereka yang sakit jiwa jadi mengalihkan pikiran dari capeknya badan. Sesekali kami bertemu dengan kelompok lain ataupun pendaki dari komunitas yang berbeda dan saling menyemangati. Perjalanan Ranupane-Ranukumbolo tidaklah terlalu sulit, hal ini saya sadari ketika perjalanan pulang, bahkan sebagian jalan sudah menggunakan bata press, memang sesekali ada tanjakan yang cukup mengerikan karena adanya longsor disebagian sisi jalan didekat Pos 2. Saya bahkan beberapa kali bertanya kepada Mas Dwi setiap kali melewati tanjakan “Ada berapa tanjakan lagi Mas setelah ini?” Kata mas Dwi, tanjakan yang cukup sulit ada disebelah Pos 3.
Tapi ketika hampir pukul 20.00 ditengah perjalanan menuju Pos 3 kondisi kami benar-benar mulai drop, lapar, dingin dan mengantuk itulah biang keroknya. Sayapun mulai kehabisan tenaga, Ibnu lah yang membantu menarik trekking pole yang saya ulurkan bila bertemu tanjakan. Awalnya Mas Inul mengusulkan ngecamp saja dan melanjutkan perjalanan keesokan harinya, tapi kata Mas Dwi lebih baik memasak makanan dan beristirahat sampai kondisi lebih fit karena perjalanan tinggal sedikit lagi, kebetulan kompor nesting dan logistik di share ke semua anggota kelompok. Waktu itu Ibnu kebagian bawa 2 buah Ransum Polri dari Mba Sandra, aku dan mas Inul lumayan banyak membawa mie Instan, dengan dibantu mas Dwi memasak (lebih tepatnya dimasakin Mas dwi ^^) jadilah malam itu dinner terindah dan terlezat yang pernah saya nikmati. 
Syukurlah setelah itu tidak berapa lama kami bertemu teman-teman satu kelompok, Ka Lovie, Mba Alia, Niza, Novel, Fia, Sauqi, dll.. dan ikut menyantap makan malam yang lezat kala itu. Kamipun melanjutkan perjalanan bersama dan berjanji tak akan berpisah lagi #uhukuhuk
Jam 11 malam kami sampai di Ranukumbolo, danau cantik di 2500 Mdpl tempat kami menginap sebelum ke Kalimati. Terlihat banyak tenda2 para pendaki lain yang telah terdahulu sampai. Trek untuk turun ke zona camp pun tidak mudah, sangat licin karena diguyur hujan seharian, sekali dua kali terpeleset sayapun memilih perosotan saja sepanjang jalan, hihihi, masa kecil kurang bahagia ini. Sesampainya dilokasi camp tepi danau Ranukombolo kami bergegas mendirikan tenda, merebus air dan mie instan penghalau dinginnya malam dan terpaan hujan sepanjang perjalanan siang tadi.

Malam itu saya tidur dengan Niza dan Mba Alia, parahnya isi carrier saya yang sudah saya bungkus plastik satu-satu, kemudian dibungkus trashbag dan luarnya memakai raincover sebagian besar basah, termasuk sleeping bag dan jaket. Rasanya apes sekali karena hidropack yang saya taruh dalam keril tidak tertutup rapat, bagaimana mau melanjutkan perjalanan besok? Sayapun dipinjami jaket tebal oleh Mba Sandra dan sarung tangan dari Mba Alia, lumayan lah untuk mengusir dingin yang menusuk tulang. Tidur sayapun sama sekali tidak nyenyak, lagi-lagi karena dingin yang mendera, sesekali terbangun dengan menggigil kedinginan. Malam yang benar-benar berat untuk saya pendaki amatiran ini.

31 Desember 2012
Saya terbangun dengan tubuh gempor seperti maling habis dikeroyok masa karena ketahuan mencuri ayam, trus digeret dari satu kampung ke kampung lain (ya ampun sadis amat ini)
Waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 5 (belakangan saya lupa, itu jamnya masih WITA atau sudah saya pindah WIB), saya menengok keluar tenda melihat sekeliling, ternyata masih amat sepi, mengambil kamera dan keluar tenda, niatnya mau hunting sunrise tapi ternyata sudah terlewat, jadilah saya foto Ranukombolo dengan Bang Ronny yg sudah lama bangun dan nongkrong tepi danau.
Pagi di ranukumbolo

Pagi itu cuaca cerah sekali, kami sarapan didepan tenda Bang Teddy Cs, tendanya besar dan sangat bergaya #ngek konon katanya tenda itu biasa digunakan buat acara "ngetrail" bang Teddy, beratnya saja hampir 17kg.
Ada banyak menu random untuk sarapan, nasi ransum dari mba Sandra, Mie instan rebus, Bubur instan, Nasi dengan lauk rendang yang lagi-lagi dari mba Sandra yang langsung dibawa dari Padang, ranca banaaa!! Saya memilih sarapan bubur tapi akhirnya merebus mie lagi karena ngiler mie instannya Farah, hufh tidak konsisten!
Pagi itu ditemani segelas teh hangat diselingi candaan seru ala Arcapada team ditepi Ranukombolo, bersama mereka layaknya charge energi plus tambahan power bank setelah perjalanan panjang kemarin. Entahlah, bersama mereka layaknya keluarga padahal itu adalah pertama kalinya kami bertemu satu sama lain.
Emaknya Arcapada "Mami Alia dan Mba Sandra"

Sekitar jam 8 hari bertambah cerah, lumayanlah untuk menjemur barang-barang yang basah. Sleeping bag, baju, jaket dan sepatu berjejer diatas matras yang saya gelar disamping tenda. Sembari menunggu waktu untuk melanjutkan perjalanan ke camp berikutnya di Kalimati, apalagi kalau bukan foto-foto,hehehe.. Ranukombolo adalah danau dengan luas...Seperti layaknya kawah yang dikelilingi pepohonan dan hamparan rumput yang tertata rapi.
Hampir pukul 11 kami mulai berkemas, packing ulang barang-barang yang akan dibawa ke Kalimati, karena alasan kesehatan beberapa rekan tidak ikut melanjutkan perjalanan, termasuk bang Teddy yang akan menyusul ke Kalimati sore nantinya. Jadilah sebagian barang-barang yang dirasa kurang perlu saya titipkan ditendanya, begitu juga logistik dan peralatan kompor dan nesting, hanya sebagian yang kami bawa menyesuaikan kebutuhan sewaktu di Kalimati dan summit nanti.

Hari itu kembali diterpa gerimis, jadilah harus memakai raincoat lagi, itupun tinggal atasannya saja karena celananya sudah sobek-sobek sewaktu perjalanan Ranupani-Ranukombolo, maklumlah raincoat itu didesain untuk pengendara motor, bukan untuk outdoor, hiks. Setelah wara wiri menunaikan kewajiban session foto-foto kamipun melanjutkan perjalanan dengan membawa 4 tenda, menyisakan tenda besar bang Teddy di ranukombolo. Dikejauhan terlihat tanjakan cinta, tanjakan pertama menuju oro-oro ombo, mitosnya siapa yang dapat berjalan melewatinya tanpa menoleh kebelakang keinginan cintanya akan terwujud, yahh begitulah kira-kira.
Dibagian ini Mba Alia yang paling semangat, berdoa sejenak sambil menutup mata lalu berjalanan dengan mantapnya, sedangkan aku? Berjalanan tertatih-tatih seperti memikul derita berton-ton, apa ini?? Tanjakan cinta? Tapi tunggu, jangan percaya begitu saja dengan namanya, sungguh, namanya tak seindah yang terlihat, ini benar-benar berat apalagi dengan tubuh saya yang lebar dan belum pemanasan pula. Kata Novel mah: "ini bukan tanjakan cinta, tapi tanjakan keterlaluan" Yup, itu tanjakan kedua yang dinamai novel setelah tanjakan PHP di perjalanan Ranupani-Ranukombolo dekat pos 3. Oh jangan sampai tiba-tiba ada yang terlupa kemudian harus kembali lagi ke Ranukombolo untuk mengambilnya seperti mas ruspi, jackpot karena terlupa membawa sesuatu jadi mesti balik lagi..
Baru beberapa langkah saja sudah serasa kehabisan oksigen, yang akhirnya berhenti tiap dua atau tiga langkah sekedar untuk menstabilkan nafas. Hujan semakin deras, perjalanan dilanjutkan menuju oro-oro ombo, Oro-oro ombo adalah padang sabana yang luas, treknya pun datar saja nyaman untuk tiduran, sepanjang trek oro-oro ombo dikelilingi bermacam tanaman tinggi yang cantik salah satunya lavender, kala itu lavender sedang mekar, sayang session foto-foto di cut dulu karena akan menghalangi jalan dan mengganggu pendaki lain yang lewat.
 
Dari kiri kekanan (Farah, Niza, Dian Sastro :p, Bang Ronny, Mba Alia, Nauvael)
Sesampainya di Cemoro Kandang  hujan mulai reda, tidak lupa menyempatkan foto-foto (tetep) dan istirahat sejenak. Daerah ini penuh dengan pohon cemara, itulah mungkin kenapa dinamakan Cemoro Kandang atau kandangnya Cemara, #asal. Kami melanjutkan perjalanan kembali setelah cukup beristirahat, team kami kembali terpencar, tapi tidak terlalu jauh, saya berjalan beriringan dengan Mas Dwi dan Bang Ronny, dari sini saya mulai merasa ada yang salah dengan perut saya, saya benar-benar ingin pipis, sedangkan sepanjang trek semak-semak sekitar cemara tidak terlalu tinggi. Jadilah mas Dwi mencarikan tempat dan membukakan jalan untuk saya pipis dan nongkrong dengan antengnya sementara pendaki-pendaki lain lewat.
Hujan bertambah lebat, berjalanan pun terasa ngos-ngosan sekali, haus dan lapar, ini mungkin penyakit pribadi saya yang gampang lapar, hohoho.
Kami akhirnya istirahat duduk-duduk diatas kayu tua yang sudah lama tumbang sambil menikmati biscuit Bang Rully sambil becanda, entah siapa yang memulai bermain engklek sambil bawa keril itu, gilakkk..hahaha
Hampir memasuki Jambangan Novel mulai kedinginan teramat berat, dia meminta untuk ngecamp di Jambangan saja, tangannya benar-benar dingin seperti membeku, kami bersama-sama menggenggam tangannya untuk saling menghangatkan, lagi-lagi semangat itu datang tanpa diminta, didepan kami terlihat dari kejauhan sang Mahameru. Semangat itupun kembali muncul, tanpa peduli badan yang sudah letih dan dingin. Menyusuri jalanan dari Jambangan ke Kalimati yang membentuk aliran air yang licin dan becek. Saya meringis, Mahameru, itukah perjalanan kami selanjutnya?

Kalimati (2700 mdpl)
Hujan mulai reda dan menyisakan sepatu, pakaian yang basah dan raincoat yang hancur. Mie rebus yang dinikmati keroyokan dan segelas energen kembali memulihkan stamina. Kala itu hari sudah mulai sore, aku Niza dan Mba Sandra berjalan-jalan kedepan shelter dan memandangi Mahameru dari kejauhan, disini banyak sekali Edelwais, sayangnya musim hujan bukan waktu yang tepat melihatnya bermekaran.
Mahameru terlihat dari Kalimati

Selanjutnya kami memutuskan untuk beristirahat, memulihkan tenaga persiapan summit attack nanti malam, tepatnya “tengah malam” pukul 00.00.
Saya tidak dapat tidur dengan nyenyak karena masih ragu apakah mampu summit atau tidak, kedinginan, lelah, raincoat yang hancur, sepatu dan celana yang basah lengkap sudah alas an saya untuk tidak ikut summit nanti malam. Selepas magrib saya keluar dari tenda dan bertemu dengan Mas Andri dan teman-teman "kuda laut" (teman-teman dari pertamina *read) lainnya. Saya dengar mereka memutuskan tidak summit malam itu karena gear yang tidak siap, ini membuat saya semakin kalut tapi toh saya tetap ngikut mereka ke api unggun untuk menghangatkan badan dan mengeringkan sarung tangan dan celana. Ternyata disana sudah ada Mas Ucil, Mas Deddy, Vaza dan teman-teman yang lain, Mas Porternya mba Sandra juga membantu mengeringkan sepatu saya. Belakangan ada ka Lovie, dia juga bilang kalau sehabis itu saya disuruh tidur dengan Fia dan Sauqi.
Ternyata Sauqi sedang demam tinggi dan memutuskan untuk tidak summit, begitu pula dengan Fia. Yah.. kondisi fisik kita hanya kita yang tahu, saya jadi semakin bingung tapi tetap mempersiapkan pakaian untuk summit.
Hampir jam 11 saya terbangun, mba Alia pun dengan sigapnya mengecek tenda-tenda untuk membangunkan kami, membagikan kue lapis untuk bekal. Saya kalut, tapi apa mau dikata, tidak salahnya mencoba, anak-anak kuda laut yang tadinya berencana batal summit pun akhirnya memutuskan ikut summit. Berbekal Daypack yang berisikan cokelat, waterbag yang penuh dan seiris kue lapis dari mba Alia, saya pikir toh nanti kalau tidak kuat saya bisa stop di Arcapada.
Pukul 00.00 perjalanan dimulai setelah sebelumnya kami semua berdoa bersama, entah darimana asalnya ada kembang api pada saat itu. Ya, tepat pada saat pergantian tahun, dan inilah kado terindah diawal tahun 2013, perjalanan menuju Mahameru.
****
Entah kenapa perjalanan Kalimati-Arcapada terasa gila dan capek, padahal hanya ada tanjakan-tanjakan kecil, mungkin karena niat summit yang setengah-setengah yang membuat terasa berat. Sesampainya di Arcapada, sayapun kembali kalut, apa berhenti atau lanjut. Tapi melihat semangat teman-teman, terlebih mba Sandra yang ternyata tepat di hari itu sedang berulang tahun, membuat saya kembali bersemangat untuk melanjutkan perjalanan. Hingga sampai di Cemoro Tunggal diakhir vegetasi, saya terhenti, yang ada hanya lautan pasir dan batu dengan kemiringan yang mencengangkan bagi saya sang amatiran. Satu persatu teman-teman mulai naik, istilahnya naik 3 turun 2, 3 kali melangkah maju namun melorot 2 langkah. Apalagi melihat mba Sandra yang hampir menyerah karena sepatunya terlalu licin untuk trek berpasir, namun bang Rully terus memberikan dorongan dan menggeret mba Sandra. Saya bingung dan tidak kuat, baru melangkah sudah melorot, akhirnya saya digeret Ibnu, Adi dan Andri, oh jahatnya saya bahkan tidak bisa mengenali wajah orang-orang yang menggeret saya karena hari terlalu gelap.
Saya terus berjalan dengan digeret Ibnu, kadang mencoba berjalan sendiri tapi ujung-ujungnya juga saya mengangkat trekking pole minta ditarik, hehehe.
Lama kelamaan saya jadi kurang enak dengan Ibnu dan yang lain, tidak mungkin terus-terusan saya digeret.
“Terus aja gak papa” kata saya kepada teman-teman yang lain, salah satu diantara merekapun menawarkan untuk membawakan daypack saya. Ah, belakangan saya lupa kalau disanalah satu-satunya tempat air saya.
Saya berjalan sangat perlahan seperti nenek bangkokan yang menunggu sakaratul maut, bertumpu dengan trekking pole mengikuti jejak telapak kaki pendaki terdahulu. Saya benar-benar payah, sangat payah, lelah dan ngantuk, sesekali melihat keatas berharap menemukan akhir batas pendakian. Tapi nihillllllll, yang ada cuma kilauan lampu-lampu dari pendaki lain.
Saya lelah, ingin duduk tapi tidak berani berbalik, seperti kaku karena sangat sangat fobia ketinggian. Berikutnya saya bertemu dengan bang Tedy dan Yasin yang lagi duduk istirahat, diapun memadatkan pasir didepannya dan membantu saya duduk. Wowww, pemandangan saat itu sungguh luar biasa, diantara gelapnya hari kilauan lampu-lampu kota sangat indah, entahlah sayapun kurang tau, apa itu kota Malang atau daerah lain, tapi itu benar-benar keren dan luar biasa.
Bang Tedy pun yang kemudian mengajari cara duduk dan berjalan di pasir, tidak boleh bertumpu pada trekking pole namun hanya sebagai pegangan, memilih trek yang berpasir bukan batu, dan melangkah dengan mantap tanpa khawatir dengan pasir yang melorot. Ternyata itu benar-benar membantu, saya bisa melangkah dengan cepat tanpa ngos-ngosan. Dengan mantap saya kembali melanjutkan perjalanan.
Namun beberapa kali saya beristirahat karena mulai kehausan, dan beberapa kali pula meminta air kepada pendaki-pendaki lain yang saya temui selama perjalanan, merekapun dengan senang hati memberikan sebagian bekal air mereka walaupun sudah hampir habis. Sungguh saya merasa benar-benar terperangah dengan kebaikan mereka semua, bahkan kami tidak saling mengenal tapi mereka dengan sigap membantu saya berdiri, berbagi air dan bekal serta semangat tentunya, ya.. kekeluargaan di gunung memang benar-benar terasa berbeda.
Matahari mulai bersinar dan hari mulai terang, Subhanallah... Saya melongo dan hampir menitikkan airmata, saya tergugu tanpa bisa berkata apa-apa, pemandangannya keren sekali, serasa berada diatas awan, sungguh betapa kecilnya manusia dihadapan Allah.
Saya kembali bergumul dengan waktu, menargetkan maksimal jam 9 harus sampai dipuncak, karena maksimal jam 10 Mahameru harus bersih dari pendaki seiring dengan munculnya gas H2S dan kembali melanjutkan perjalanan dengan sisa-sisa tenaga yang ada.
Oh God ternyata semakin keatas kemiringannya pun semakin tidak masuk akal. Sebagian pendaki yang sudah sampai dipuncak Mahamerupun sudah mulai turun, satu persatu dari mereka menyemangati saya
“Ayo mba, sedikit lagi”
“Dikit lagi mba, Mahameru sudah didepan”
“Ayo, bisa mba, semangat”
Kalimat-kalimat itu seperti dopping untuk saya, Mahameru bukan lagi tujuan, toh saya harus tetap berjalan, sampai atau tidak sampai yang penting saya sudah berusaha.
And finally.. Saya akhirnya sampai dipuncak tertinggi pulau Jawa, di 3676 mdpl di pendakian pertama saya…
yeahhhhhhh!!! I can do it!!

---

Terima kasih ya Allah, Engkau telah membukakan hatiku untuk mengikuti trip ini. Ini adalah pengalaman yang paling luar biasa sampai usia ke 23 tahun saya, perjalanan paling kompleks yang membabat habis mental dan fisik, yang menyadarkan saya betapa sungguh kecil manusia dihadapan Rabb nya dan hanya Allah lah yang Maha Penolong ketika kita menempatkan titik nol kehidupan kepadaNya. Bahkan disana ada sahabat yang sudah seperti keluarga..
 
Miss u all Arcapada....

Mahameru Memorable Trekking 2013 team

Our leader team "mas Lovie" dan Farah ^^

Ranukombolo di perjalanan pulang

Together we can :))))

*Maka nikmat Tuhan mana yang Engkau dustakan?