Satu ransel eiger butut menemaniku dalam perjalanan di dalam mobil
L300 dari Balangan menuju Banjarmasin untuk memulai perjalanan ini. Sekitar jam
8 pagi abah mengantarku keterminal dan
melepaskan putri bungsunya ini untuk kembali bepergian ke negeri “antah
berantah”. Perjalanan Balangan-Banjarmasin memakan waktu sekitar 5 jam, yah
waktu yang cukup untuk membuat sebagian besar pantatku berubah menjadi batu.
Duduk dikursi paling belakang dan diapit oleh dua orang laki-laki dan perempuan
benar-benar menyebalkan, karena dua-duanya sama-sama merokok. Alih-alih
membunuh waktu, aku mengambil buku bahasa inggris dari dalam ransel
dihadapanku, paling tidak aku bisa menghapal beberapa percakapan selama
beberapa jam ini. Tiba-tiba perempuan disebelahku bertanya,
“ke Banjarmasin mau tes yah?” tanyanya sambil
memandangi buku yang kupegang
“oh ngga” jawabku sambil nyengir’
“trus mau ngapain? Mau kuliah?”
“ngga kok mba”
“buat apa baca buku itu?”
“baca-baca aja” jawabku sekenanya
Lalu meluncurlah cerita dari perempuan itu,
tentang bagaimana belajar bahasa Inggris yang efektif dan efisien, tips-tips
menghafal kosakata seperti yang pernah dia lakukan. Agak ragu akupun bercerita
mengenai perjalananku, bahwa aku berencana ke Kuala Lumpur untuk jalan-jalan,
dan surprise!! Ternyata dia merupakan penerima beasiswa kuliah di Kuala Lumpur
University di Malaysia jurusan komunikasi beberapa tahun yang lalu selama 3,5
tahun, kemudian dia bercerita betapa kangennya dia dengan Ampang dan Sunway
lagoon, tentang suasana kuliah dan pergaulan disana serta meyakinkanku untuk
tidak mengkhawatirkan keadaan disana.
“Semangat de, ga papa, kamu pasti bisa kok,
dan ingat hati-hati ama orang India”
Sayang kami harus berpisah karena dia turun di
Rantau, yang masih setengah perjalanan menuju Banjarmasin.
***
Sebenarnya pesawat yang membawaku ke Jakarta
flight besok hari jam 6 pagi, tapi untuk jaga-jaga lebih baik aku pergi satu
hari sebelumnya dan berencana menginap di penginapan murah langganan ku dekat Bandara,
lagipula aku juga belum menukar uang dan membeli slimmy bag di Banjarmasin.
Sekitar jam 2 siang, aku sampai di terminal pal 6 banjarmasin dan membayar colt tadi Rp.50.000,- lanjut naik ojek ke Duta mall banjarmasin untuk membeli slimmy bag, oh mennn aku baru sadar ternyata sepatu yang dari tadi kupakai sudah menganga dibagian depannya, amblaslah pula uangku untuk beli sendal baru. Sewaktu masih di mall, kakakku Icha yang lagi mengikuti lomba media pembelajaran di Asrama Haji Banjarbaru menelponku minta dibelikan manset dan kerudung, dan yang berarti aku juga harus mengantarkan ke asrama haji, hufh. Setelah belanja dan menukar uang ke money changer, aku bergegas menuju Banjarbaru dengan menaiki angkot jurusan pal 6 kemudian ganti angkot lagi jurusan ulin dan ganti lagi angkot jurusan martapura yang melewati asrama haji. Ternyata sesampainya disana, teman satu kamar kakakku tidak menginap diasrama, lumayanlah aku bisa menumpang disana dan berpura-pura cool seolah-olah sebagai peserta lomba.
Sekitar jam 2 siang, aku sampai di terminal pal 6 banjarmasin dan membayar colt tadi Rp.50.000,- lanjut naik ojek ke Duta mall banjarmasin untuk membeli slimmy bag, oh mennn aku baru sadar ternyata sepatu yang dari tadi kupakai sudah menganga dibagian depannya, amblaslah pula uangku untuk beli sendal baru. Sewaktu masih di mall, kakakku Icha yang lagi mengikuti lomba media pembelajaran di Asrama Haji Banjarbaru menelponku minta dibelikan manset dan kerudung, dan yang berarti aku juga harus mengantarkan ke asrama haji, hufh. Setelah belanja dan menukar uang ke money changer, aku bergegas menuju Banjarbaru dengan menaiki angkot jurusan pal 6 kemudian ganti angkot lagi jurusan ulin dan ganti lagi angkot jurusan martapura yang melewati asrama haji. Ternyata sesampainya disana, teman satu kamar kakakku tidak menginap diasrama, lumayanlah aku bisa menumpang disana dan berpura-pura cool seolah-olah sebagai peserta lomba.
Malam harinya Icha meminjam motor temannya
untuk mengantarkan aku ke bandara esok harinya.
“Udah diliat ngga motornya yang mana?” tanyaku
sebelum tidur
“Ah ngga usah, nomor platnya bla bla bla ntar gampang aja nyari motornya diparkiran”
Takdir berkehendak lain, jam 4.30 pagi kami
sudah bersiap, tapi ternyata motornya memakai kopling, ya kami berdua
benar-benar buta motor kopling, jangankan praktek teorinyapun tidak mengerti.
Aku mulai khawatir ketinggalan pesawat, siapa yang harus dihubungi? Jangankan
angkot, ojekpun tidak ada karena tempat ini jauh dari pemukiman. Aku mencoba
berjalan ke depan pos satpam, siapa tau berbaik hati meminjamkan motor. Ternyata
satpamnya cuma nyeletuk bahwa didepan angkot dan ojek tidak ada, tanpa prihatin
kepada kami dan terus melanjutkan tidurnya, huhuhu
Syukurlah setelah hampir setengah jam menelpon
teman-temannya yang sama-sama peserta lomba Icha dapat pinjaman motor, kitapun
bergegas menuju bandara, dan ternyata penuh sekali, biasalah
tanggal-tanggalnya orang umroh. Aku langsung menuju check in counter Lion air
yang antriannya sudah mengular. Parahnya, counter check in nya cuma ada dua
untuk semua penerbangan. Setelah check in pun antrian menuju waiting room tidak
kalah sesaknya, ohh Syamsuddin Noor... katanya mau jadi bandara Internasional.
Sykurulah aku tidak terlambat, bahkan masih banyak penumpang tujuan Jakarta
juga yang masih antri dibelakangku. Aku menghela nafas panjang ketika pesawat
mulai tinggal landas. My first solo travelling abroad started!!
***
Kepergianku kali ini bukanlah tanpa alasan,
ini impianku sejak satu tahun yang lalu. Aku ingin menonton super show secara
live, tahun lalu aku berencana menonton super show 4 di Singapore, tapi batal
karena trip ke Korea, ini adalah tahun terakhir sebelum Eunhyuk pergi Wamil (I
guess).
Konsernya diadakan tanggal 6 Juli di Singapore
Indoor Stadium jam 6 sore, setelah tiket konser fix, aku mulai mencari tiket
pesawat dan berburu hostel murah.Rasanya rugi sekali kalau hanya jalan-jalan
di Singapura, sedangkan aku berencana untuk sekalian mengajukan cuti tahunan, kuputuskan untuk sekalian travelling di Malaysia. Sayang sekali cutiku
hanya 7 hari kerja, terlalu sempit jika memaksakan untuk mengunjugi Ash di
Penang, teman baru sewaktu transit di Kuala Lumpur sebelum menuju Incheon.
Jadilah di Malaysia hanya jalan-jalan di Kuala Lumpur saja, semoga next trip
bisa ke Penang dan malaka, kalau bisa sih lanjut ke Hatyai dan Bangkok, hehehe
Too bad untuk mendapatkan tiket pesawat dengan
harga miring, Juli adalah saat peak season bertepatan dengan libur sekolah,
untuk tiket berangkat tanggal 3 Juli Jakarta-Kuala Lumpur mentok di angka 400
ribuan sekali jalan, sedangkan pulangnya tanggal 8 Juli via singapura-jakarta
dapat 400 ribuan jua, tapi Jakarta-Banjarmasin paling murah 500 ribu itupun
naik lion air yang terkenal delaynya. Untunglah beberapa hari kemudian ada sale
fare dari tiger airways singapura-jogjakarta sgd 10 dan jogjakarta-Banjarmasin
pun masih promo fare 416.000 naik lion air. Nantinya dari Kuala Lumpur-Singapura naik kereta,
katanya sih lebih praktis naik bis, tapi aku belum pernah naik kereta :D
Jadi begini kira-kira rute ku nanti:
3 Juli 2013, Banjarmasin-Jakarta-Kuala Lumpur
: Rp. 900.000,- by Lion Air
5 Juli 2013, Kuala Lumpur-Singapura : RM 34 by
Train
8 Juli 2013, Singapura-Jogjakarta : sgd 10 by
Tiger Airways
9 Juli 2013, Jogjakarta-Banjarmasin: Rp.
416.000,- by Lion Air
Setelah urusan tiket pesawat beres, lanjut
mencari hostel. Dari milis Backpacker Dunia di rekomendasikanlah Gusti bed and
breakfast yang ownernnya juga orang Indonesia. Awalnya aku lebih memilih hostel
yang dekat dengan stadium, karena kupikir pulang dari stadium pasti larut, tapi
ternyata hostel di daerah stadium jauh lebih mahal, sedangkan di gusti bed and
breakfast pun dapat harga peak season, yang awalnya sgd 25 naik jadi sgd 30/night/bed
dengan dorm mix isi 4 bunkbed. Di Kuala Lumpur aku justru lebih bingung, karena
terlalu banyak masukan dengan review yang bervariasi dari Tripadvisor, berbeda
dengan Gusti bnb, di tripadvisor ataupun di web pengulas lainnya memang
memuaskan. Iseng aku tanya ke kak Ariy via twitter, katanya kalau cewek solo
travelling mending di Serai Inn, tidak begitu jauh dari LRT Mesjid Jamek.
Akupun langsung mengecek websitenya dan booking saat itu juga sebelum tambah
bingung, ternyata mereka fast respon dan aku juga dikirimkan map dan direction
menuju hostel, dengan harga RM 50 aku dapat private room shared bathroom
untuk dua malam.
***
Pukul 6.40 WIB sampai Soeta terminal 1, dengan
naik shuttle bis bandara aku sampai di terminal 2 untuk check in lagi, flight
berikutnya jam 11, makan dulu lah. Ternyata terminal 2 itu keren juga yah,
kasian anak kampung baru ke kota. Berhubung ini penerbanganku yang pertama
kalinya via terminal 2, yang nantinya akan mendarat d KLIA jadi excited banget. Sebenarnya tiket air asia dengan lion air lebih murah air asia beberapa puluh
ribu, tapi sekali-kali mau merasakan mendarat di KLIA juga.
Kuala Lumpur International Airport |
Tidak seperti bayanganku sebelumnya, pesawat
landing, masuk terminal ke imigrasi lanjut naik train, seperti di Seoul. Ternyata beda, aku sempat bingung,
berputar-putar mencari pintu keluar, naik turun lift, yang ada cuma food court
dan counter belanja, tapi mesti naik train dulu yang menghubungkan ke terminal
yang “sesungguhnya” itupun nanya-nanya dulu dengan mbak-mbak dibagian informasi. Kali ini imigrasi tidak seseram yang dahulu, bahkan tidak
ditanya apa-apa, langsung di cap ^^ beres itu lanjut mencari counter jual tiket
bis ke Kuala Lumpur, untuk menuju Serai Inn katanya bisa naik bis Star Shuttle
yang nantinya stop di depan Mydin. Parahnya, bahkan nyari counter tiketpun aku
nyasar-nyasar, ternyata counter penjualan tiket ataupun travel ada di lantai
dasar. Dengan RM 10 aku sudah duduk manis didalam bis yang sudah penuh, ada
beberapa orang turis asing dengan backpack segede gaban.
Star Shuttle Bus from KLIA |
Aku yang notabene nya paling mudah ketiduran
kalau lagi dimobil berusaha sekuat tenaga menahan ngantuk. Star Shuttle memiliki
beberapa titik pemberhentian, salah satunya Mydin. Menurut peta yang dikirimkan
Hostel, dari Mydin aku tinggal jalan lurus dan belok kanan bila ada perempatan,
dan taraaaa... I’ve got it, Serai inn, dimana lantai pertamanya klinik setia
dan Serai Inn ada di 2nd floor.
Serai Inn map |
Aku langsung disambut dengan hangat oleh Mr.
Kho yang merupakan owner tempat itu, dia menjelaskan rule hostelnya, cara
membuka pintu danmaksimal waktu keluar malam jam 10.30 serta breakfast yang
disiapkan setiap pagi dilantai 4. Dia juga bercerita bahwa yang menyiapkan
makanan setiap paginya adalah wanita asal Indonesia. Aku diberikan satu buah
peta kuala lumpur dan password wifi, diapun menjelaskan dengan detail bagaimana
cara menuju tempat-tempat wisata di sekitar hostel. Karena waktuku yang terlalu
sempit, aku lebih memilih membeli tiket bus hop on hop off yang dijual di
Hostel dengan tarif RM 38 untuk 24 jam.
Aku bergegas kekamarku dilantai tiga, kamar
yang nyaman dan bersih dengan satu bed dan AC, lega rasanya akhirnya sampai
juga di Kuala Lumpur, lelah sekali tapi harus secepatnya mandi dan ke KL sentral
untuk beli tiket kereta ke Singapura. Dilantai ini ada 2 kamar mandi, satu
toilet dan satu buah toilet campur kamar mandi, semuanya dilengkapi heater
water.
My room, private room share bathroom |
Selanjutnya aku menuju Stasiun LRT Mesjid
Jamek yang merupakan stasiun LRT terdekat dari hostel, aku mulai berjalanan
menyusuri jalan han le kiu dan jalan tun perak, sebagian besar di dominasi
toko-toko milik orang India, aku jadi agak sedikit khawatir apalagi kalau ingat
pesan dari seseorang yang kutemui di taksi menuju Banjarmasin kemarin. Tiket
LRT bisa dibeli di vending machine yang berupa koin plastik untuk ditap ketika
masuk dan keluar stasiun.
Kelana Jaya Line |
Sayangnya, aku masih kurang mengerti sistem transportasi
massal disini, terutama nama-nama line (menurut ku) susah diingat, berbeda
ketika di seoul, line hanya dibedakan dengan angka, line 1, 2, 3 dst dengan
masing-masing warna yang berbeda, akibatnya sewaktu di stasiun mesjid jamek aku
ngelonyor saja tanpa melihat nama line, harusnya jika
ingin ke KL Sentral aku harus menaiki kelana jaya line tapi aku malah duduk
manis menunggu kereta ke Ampang. Untunglah sebelum kereta datang aku bertanya
kepada mba-mbak yang duduk disampingku untuk memastikan aku menaiki kereta yang
benar, dia pun dengan berbaik hati mengantarkanku ke selter Kelana Jaya
Line yang lumayan jauh dari selter Ampang line yang berada dibagian paling atas
stasiun. Fuihh..
Sesampainya di KL Sentral pun aku tak kalah
terheran-heran, luas sekali dan membingungkan, karena KL sentral merupakan
pusat dari semua moda transportasi, mulai dari KLIA express yang mengantarkan
kita ke airport, Port Klang line, KL Monorail, dsb.
KLIA dari stasiun momnorail |
Lets go to Singapore with KTM (kereta tanah melayu) |
Aku mulai berkeliling, mencoba mencari counter
penjulan tiket kereta, tapi karena lapar aku jadi tambah pusing, makan sebentar
di McD sepertinya pilihan yang lebih baik, dari pelayan di McD aku baru tau
kalau ternyata kereta untuk ke luar kota ada dengan nama Kereta Tanah Melayu
(KTM) atau KTM antar bandar dan counternya ada dibagian paling atas KL Sentral.
“One ticket Express Sinaran Selatan to
Singapore tomorrow” pintaku ke petugas counter.
Dia pun memberikan 2 opsi
keberangkatan, ada jam 8.30 dan sore hari, aku memilih pagi supaya sampai
singapore tidak terlalu malam. Tapi ternyata estimasi waktu sampai di Singapura
8 jam, berangkat pukul 8.30 sampai di stasiun woodland jam 16.30. Jauh lebih
lama daripada naik bis yang hanya sekitar 5 jam. Setelah membayar RM 34 akupun
keluar counter dengan hati riang gembira, membayangkan besok ke Singapura.
Wait!!!
Besok?? Aku bilang beli tiket untuk besok?? Oh
my God, besok baru tanggal 4 Juli, aku salah beli tiket, harusnya beli buat
tanggal 5 juli!!! Oh mennn begitulah buruknya aku, tidak teliti dengan hal-hal sepele.
Aku bergegas kembali ke counter tiket, tapi
tiket tidak bisa cancel hanya bisa di ubah tanggal dengan menambah separoh
harga, jadilah aku harus merelakan RM 17 untuk sebuah keteledoran yang amat
sangat sepele, lupa tanggal!
Sembari membunuh waktu, aku berjalan menuju
gate KTM supaya ngga nyasar nantinya. Gate B ada di sebelah kiri atas dari
eskalator menuju lantai paling atas, sedangkan gate A ada di atas bagian
belakang.
tiket KTM |
Jam sudah hampir pukul 9.30 ketika aku
berjalan pulang dari Mesjid Jamek stasiun menuju Hostel, mampir sebentar di
7-11 untuk membeli beberapa botol air mineral. Dari kejauhan terlihat KL tower
dan twin tower, keren sekali.
KL Tower di jalan menuju hostel |
***
Kamis 4 Juli, Aku terbangun agak kesiangan
kali ini, padahal biasanya aku bakalan terbangun pagi-pagi buta karena tidak
terbiasa “pindah kasur" Sehabis sholat subuh dan mandi, aku lanjut ke lantai 4
untuk sarapan. Disana ada dapur, meja makan dan beberapa sofa, kursi untuk
menonton tv, dibagian depan ada balkon yang menghadap ke KL tower, dan yang
terpenting semuanya bersih.
“Kalimantan?” tanya seorang mbak-mbak yang
sedang asyik memasak didapur
“Ya, mbak yang diceritain Mr. Kho kemaren yah?
Dari Jawa?”
“Iya, saya Wati”
“saya Wiwin mbak”
Meluncurlah cerita panjang lebar dan dia pun banyak bertanya perihal kedatanganku ke
Kuala Lumpur, aku agak berhati-hati untuk bertanya mengenai kehidupan
pribadi orang lain, namun entah kenapa mba Wati justru sangat bersemangat menceritakan awal mula kedatangannya ke Malaysia sejak tahun 1998 yang lalu, tentang
keluarganya di Jawa sampai cerita tentang penghuni-penghuni hostel sebelumnya. Katanya
dia sudah lebih 3 tahun tidak pulang dan berencana tahun depan untuk
pulang.
“Lebih baik uangnya buat dikirim dek”
Sepertinya dia memang benar-benar kangen
pulang ke Indonesia, aku masih ingat dengan jelas wajahnya ketika membujukku
untuk menunda kepergianku ke singapura besok, bahkan dia hampir menangis waktu
cerita tentang keluarganya. Sayangnya jam kerja mba wati di hostel hanya sampai
jam 4 sore, jadi tidak memungkinkan buat ketemu lagi karena aku juga harus
memanfaatkan satu hari itu untuk keliling KL, lagipula sudah beli tiket bus
HOHO pula. Ahh... oneday kalau ke Kuala Lumpur lagi aku pasti menginap disana..
Jam 9 aku mulai jalan-jalan keluar, berhubung
Serai Inn bersebelahan dengan Segi College, jadi tiap pagi bisa cuci mata
dengan mahasiswa :p
Segi College very near |
Ruteku hari ini pertama-tama belanja oleh-oleh
souvenir dan cokelat di Central Market, lanjut ke twin tower kemudian naik bus
HOHO seharian. Tidak sulit menemukan Central Market atau pasar seni karena
tempatnya yang tidak terlalu jauh dari hostel. Disana banyak dijual souvenir,
pakaian, cokelat dan cinderamata lainnya, yang menarik perhatianku adalah
adanya outlet yang menjual kerajinan rotan dan purun, tikar purun yang disana
dijual seharga RM 95 sedangkan dikampungku kalian bisa membeli dengan harga
10rb rupiah. Setelah puas berkeliling pusing karena uang yang
terbatas, aku hanya membeli beberapa kotak dan kaleng cokelat serta tempelan
kulkas dengan harga murah karena “penglaris”
Central Market |
Tikernya muahal booo |
Untuk ke Twin Tower dari stasiun Pasar Seni
naik Kelana jaya line jurusan Gombak kemudian stop di stasiun KLCC. Entah
kenapa beberapa kali tiap jalan ada saja yang menanyaiku, sewaktu hari pertama
waktu jalan kaki dari Mydin ke hostel ada mba-mba yang bertanya dimana stasiun
LRT terdekat, ada yang bertanya atm, dan yang terakhir ada koko-koko yang
bertanya jalan Hangtuah. Sepertinya mukaku sudah seperti orang lokal, semacam
blasteran India Arap yang ketelen linggis. Mayoritas penduduk Kuala Lumpur
adalah Melayu, Chinese, Arab dan India, dan satu hal yang baru kusadari saat di
dalam LRT, laki-laki disini sangat suka membuka kancing kemeja mereka sampai
bulu dadanya terlihat, seperti laki-laki Arab ataupun India. Wewww... dan
pemandangan itu sangat sering terjadi >_<.
Setelah sampai di stasiun KLCC aku kembali ternganga, exit doornya
membingungkan, jadilah aku masuk melalui Suria KLCC, woww besar sekali
(maklumlah orang kampung)ada banyak outlet branded yang jelas saja manusia papa
dhuafa sepertiku hanya dicuekin penjaga outlet atau jangan-jangan mereka malah
sudah menyiapkan recehan buatku. Aku bahkan harus bertanya kepada beberapa
orang untuk mencari pintu keluar. Aku merasa sangat tertipu setelah keluar dari
Suria KLCC aku tidak menjumpai yang namanya twin tower. Aku terus berjalan ke
arah barat dan duduk dikursi taman karena lelah, yang nampak hanya KL tower
dari kejauhan.
“Aku tersesat” gumamku
Kembali kulihat peta, benar saja dari KLCC
harusnya ada twin tower. Akupun kembali berbalik arah, dan sepertinya aku
familiar dengan bentuk kaca dari bangunan itu. Oh my God! Twin tower tepat di
atas kepalaku!! Ternyata suria KLCC adalah salah satu bagian dari twin tower, lol
Finally!!! I'm in KL :) |
Sehabis foto-foto narsis (lebih tepatnya
difotoin security) aku lanjut naik bus HOHO. Bus HOHO (hop on hop off) adalah
Bus wisata dua tingkat yang berkeliling dari pukul 8.30 pagi sampai 8.30 malam
dengan jeda waktu antar bus 30 menit yang berdasarkan konsep “hop on hop off”
yang memungkinkan untuk naik atau turun sesuka hati dimanapun di 20 tempat
wisata pemberhentian bus. Masa berlaku tiket ada 24 jam dan 48 jam, untuk 24
jam dkenakan biaya RM 38 dan 48 jam RM 65, selain dilengkapi wifi, bus ini juga
dilengkapi dengan multilingual commentary, sayangnya alatnya sudah banyak yang
rusak.
Didalam bus sudah ada beberapa orang bule dan
satu keluarga India, saya memilih duduk sendirian karena rasanya akan sulit
sekali berbaur dengan mereka yang englishnya seperti kumur-kumur.
Aku memutuskan untuk tidak “ngeden” di tempat
wisata, tapi hanya mengikuti rute bus dan turun sebentar untuk mengambil
session foto-foto.
****
Jam 4.30. Sewaktu perjalanan pulang menuju
hostel aku mampir di rumah makan yang menyediakan makanan khas lokal. Nasi
Biryani, yah makanan itu tidak asing ditelingaku karena tante sering
membuatnya. Tapi bagiku nasi biryani disini agak aneh karena nasinya yang agak
sedikit kering dan kuah dengan bumbu yang terlalu tajam. Tapi lumayanlah dengan
porsi jumbonya RM 11 aku bisa tahan seharian :D
Nasi Biryani |
Sesampainya di hostel aku berkenalan dengan
seseorang penghuni baru yang berasal dari Kedah, katanya dia akan tinggal di
hostel sekitar 1 bulan untuk pekerjaannya.
Setelah mandi dan sholat aku teringat
pemandangan kemarin malam, twin tower terlihat keren sekali disaat malam. Aku
kembali menuju KLCC sore itu, jalan-jalan di Suria KLCC dan malamnya kembali ke
halaman twin tower, ternyata disana banyak sekali orang-orang, nampaknya
orang-orang itu berpikiran yang sama pula denganku
Twin Tower sewaktu malam |
Sekitar pukul 9 malam aku kembali ke hostel
dan repacking untuk melanjutkan perjalanan ke Singapore besok harinya
Good nite all
***
Jam 5 pagi aku sudah terbangun karena tidur
yang tidak tenang, terlalu khawatir kesiangan seperti kemarin. Setelah sholat
dan mandi, aku masak mie instan di dapur karena breakfast ada mulai jam 8 pagi.
Rencananya jam 7 aku sudah harus berangkat ke KL Sentral, saking parnonya
ketinggalan kereta. Jalanan masih sepi saat itu, kampus Segi College yang
berdekatan dengan hostelpun masih sepi dari, aku hanya berpapasan dengan dua
tiga orang mahasiswa.
Sesampainya di KL sentral aku langsung menuju
Gate B yang sudah banyak penumpang lain menunggu kereta ke Ipoh yang berangkat
lebih awal. Jam 8.30 tepat kami dipersilahkan menuju kereta melalui eskalator, aku
duduk di gerbong paling belakang. KTM expres ssinaran selatan ini lumayan nyaman,
kelas ekonomi dengan tempat duduk 2-2 yang sandaran tempat duduknya bisa
diturunkan, hanya ada 7 orang waktu itu yang masing-masing duduk sendirian, aku
duduk di seat 5B dekat gang dan kemudian berkenalan dengan Ibu-ibu chinese yang
akan turun di Johor, sayangnya aku terlalu lapar untuk terus mengajaknya
mengobrol, dan kemudian aku menyesal kenapa tidak membeli fastfood untuk bekal
dijalan.
go go go Singapore!! |
Di pemberhentian berikutnya seorang perempuan
duduk disebelahku, sepertinya usianya hanya beberapa tahun lebih muda dariku.
Kamipun terlibat pembicaraan yang seru, dia sangat excited ketika tahu bahwa
aku orang Indonesia, katanya dia ingin sekali ke Indonesia, terutama Bandung.
Teman-temannya pun banyak yang kuliah di Jogja, dan mereka berencana
mengajaknya jalan-jalan di Jogja dan Bandung tahun depan. Tapi pembicaraan kami
harus berakhir ketika stasiun Segamat terlihat dari kejauhan.
Dari stasiun Segamat gerbong hampir
penuh, sebagian besar ibu-ibu chinese yang sudah berumur, mereka asyik
mengobrol tentunya dengan bahasa yang sama sekali aku tidak mngerti, aku
kembali mendapat teman satu seat,
seorang perempuan paruh baya yang bergaya sporty, sayangnya dia lebih banyak
diam dan sibuk dengan gadgetnya. Akupun terlalu takut untuk memulai pembicaraan
dengannya kerena dia terlihat sangat dingin. Sekitar pukul 16.00 ibu-ibu
chinese tadi terlihat sibuk mengeluarkan paspor mereka, dan mengisi kartu,
entah kartu apa itu, tapi mereka sempat bertanya kepada petugas kereta api,
apakah kartu itu masih berlaku atau tidak. Aku jadi khawatir tentang kartu itu,
dimana aku bisa mendapatkannya, tapi kenapa yang lain tidak mengisi kartu
seperti mereka, seperti perempuan disebelahku. Akhirnya aku memberanikan diri
bertanya kepadanya, ada apa dengan kertas itu, ku jelaskan bahwa aku orang
Indonesia dan baru pertama kali ke Singapura. Awalnya dia menjawab dengan
bahasa melayu, bahwa dia akan menanyakannya kepada petugas Imigrasi di Johor
bahru. Berbeda jika menggunakan bis ke singapura kita harus turun di imigrasi
Johor baru, sedangkan dengan kereta, petugas imigrasi memeriksa paspor dengan
naik ke kereta. Beberapa saat kemudian, petugas imigrasi naik dan memeriksa
pasporku dan penumpang lainnya, dengan bahasa Inggris dan dialek chinese yang
kental dia menanyakan kepada petugas imigrasi perihal kartu yang harus kuisi. Parah
sekali, aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.
“Aasdfghjkl.........bla bla”
“What???”
Dialek chinese dan bahasa inggrisnya yang
super cepat membuatku tercekat
“Asdfghjkl.................”
“hah!!!”
“asdfghjkl........................”
“Slowly please................”
‘Hufh....” dia menarik nafas panjang, dan aku
hanya bisa nyengir malu
“You can write card in Singapore” katanya perlahan
“Ohhhhh.. I see”
Dia mengajakku turun bersama sesampainya di
stasiun Woodland, dan menunjukkanku tempat kartu yang harus kuisi.
“You can ask them to fill the card” katanya
sambil tersenyum
“Thank you so much”
Kamipun berpisah, dia langsung bergegas menuju
imigrasi. Ternyata itu adalah departing card, mirip seperti departing card
ketika ke Seoul. Isinya hanya menjelaskan tentang identitas kita, tujuan dan
tempat tinggal di Singapura. Disana juga ada satu rombongan ibu-ibu yang
sepertinya juga pertama kali ke Singapura, mereka menggeruminiku dan menanyakan
bagaimana cara mengisinya. OMG mom, this is my first time too. Ibu-ibu itu adalah
rombongan dari Aceh yang akan jalan-jalan selama 2 hari di Singapore, untunglah
ada seorang backpacker laki-laki dari Indonesia yang juga membantu mereka.
Buruknya aku kemudian aku baru ingat bahwa ini adalah imigrasi Singapura yang
terkenal sulit, tiba-tiba aku jadi gugup dan ingin muntah saat mengantri
pemeriksaan imigrasi. Dan ketika giliranku nyatanya petugas imigrasi
hanya tersenyum dan menyerahkan pasporku yang telah di cap. Oh thanks God!!
Aku sempat bingung dengan tempat imigrasi
Woodland karena petunjuk jalan yang tidak terlalu jelas, setelah naik kelantai
atas dan keluar dari Stasiun, aku hanya bisa melongo. Kemana aku selanjutnya???
Aku lalu mengikuti orang-orang yang berjalan kearah kanan yang terlihat seperti
halte. Tidak ada MRT disini??? Didalam pikiranku, saat aku melihat map MRT ada
stasiun MRT dengan nama Woodland tertera disana, aku pikir ketika keluar dari Imigrasi kita akan
langsung dapat menemukan stasiun MRT Woodland. Aku lalu bertanya kepada seorang
perempuan India yang juga sedang ada di halte.
“I’m sorry, could you tell me where I can find
MRT Stasiun near here?”
“You must take a bus to MRT stasiun Woodland”
“Where I can buy the ticket?”
“You don’t have ez link card?” tanyanya sambil memperlihatkan kartu miliknya
“Oh no...” seketika aku bingung setengah mati,
dan tiba-tiba bis datang, perempuan itu mengajakku bergegas naik menuju bis.
Orang-orang men’tap ez-link dan sebagian membayar sgd1 dengan menaruhnya
didalam kotak disamping supir. Aku berdiri didekat supir dengan bingung, sang sopir menyuruhku duduk agar tidak menghalangi jalan.
Melihat aku yang kebingungan, perempuan India itupun memberiku sgd1 dan
langsung kuletakkan didalam kotak. Dia mempersilahkanku duduk disebelahnya setelah
aku mengucapkan terima kasih berulang kali. Seperti beberapa orang sebelumnya
yang telah kutemui, dia menanyakan perihal kedatanganku ke Singapore, dan dia
sangat kaget ketika kukatakan ini adalah pertama kalinya aku ke Singapore dan
seorang diri. Sesampainya di halte bus woodland dia menunjukkanku arah menuju stasiun MRT Woodland yang
terletak dilantai dua, sedangkan dia meneruskan perjalanan kerumahnya yang
tidak jauh dari halte bis. Aku beruntung bertemu dengannya, orang India yang
sangat kujauhi dan kutakuti ternyata justru sangat ramah dan membantuku.
Stasiun MRT ini sangat luas dan sibuk sekali,
banyak orang-orang berlalu lalang, kebanyakan dari mereka berseragam sekolah,
sepertinya ini adalah jam pulang sekolah disini. Lapar dan pusing membuatku
kesulitan, setelah bertanya kepada segerombolan anak sekolah mereka
menunjukkanku counter penjualan ez link seharga sgd 12. Bergegas aku menuju MRT
yang ada dilantai atas, tidak lama menunggu keretapun datang. MRTnya penuh
sekali, tapi lega rasanya sudah sampai sejauh ini. Kebanyakan orang berbicara Chinese ataupun English yang cepat sekali, ya Tuhan bagaimana
kelanjutan kehidupanku beberapa hari kedepan? Ada sedikit penyesalan tapi untuk apa?
Untuk menuju Gusti Bnb stasiun MRT terdekat
adalah Lavender yang berada di East-West Line (hijau), berarti dari Woodland
yang ada di North-South Line (merah)
jalur terdekatnya transfer di Bishan yang ada di Circle line, lalu
transfer lagi di Paya lebar. Bagiku jauh
lebih menenangkan naik MRT daripada naik bus, toh senyasar-nyasarnya tinggal
ngikutin map, kalau naik bis rasanya kok kalau sudah salah naik bis bakalan
susah nyari jalan buat pulangnya, :D
Saat sampai di stasiun MRT Lavender aku
langsung menuju exit 3 setelah sebelumnya men’tap ez link ku. Sebenarnya di
tiap stasiun MRT informasinya sangat jelas sekali, mulai dari route sampai map
daerah sekitar MRT, sayangnya aku adalah orang yang sangat buruk dalam membaca
peta. Buktinya setelah keluar stasiun aku malah mengambil arah yang berbeda,
seharusnya aku berjalan lurus saja menuju Horne road seperti arahan dari email
Gusti Bnb, beruntung aku langsung menyadarinya dan kembali menuju jalan yang
benar >_<, disini aku parno sekali untuk menyebrang jalan, karena yang
kutahu singapura adalah negara yang penuh dengan denda, salah satunya
menyebrang tidak melalui zebra cross sedangkan dari Horne road untuk menyebrang
ke sebalah kanan menuju Penhas road tidak ada zebra cross, namun aku cuek saja
mengikuti orang didepanku yang juga menyebrang, toh ternyata tidak apa-apa,
hufh.
Jarak dari MRT lavender ke Gustibnb tidak
terlalu jauh, hanya sekitar 3 menit berjalan kaki. Hostelnya ada dilantai 2,
dengan pintu masuk di antara fragrance hostel dan semacam pastry antoinette. Aku langsung disambut oleh petugas hostel
di resepsionis, membayar sgd 90 dan deposit sgd 20, aku diberikan kunci kamar
yang berupa kartu yang bisa juga untuk membuka pintu masuk hostel. Kamarku ada
dilantai tiga, kata petugas hostel dikamar itu tinggal 2 bed yang kosong. Aku
deg-deg’an juga sih pas menuju kekamar, karena ini pertama kalinya aku tidur di
hostel mix tanpa teman.
“Excuse me, Hi...”
“Hallo”
Seorang wanita dan laki-laki bule membalas sapaanku
dengan tersenyum, tidak nampak penghuni lainnya, aku langsung merebahkan diri
di kasurku dibagian atas, akhirnya aku bisa selonjoran juga. Eits, tiba-tiba
mataku tertuju pada satu poster yang sangat familiar sekali, ya!! Itu Kyuhyun!!
Orang yang tidur di bed bawah disebelahku pastilah akan nonton konser Suju
juga. Aku mencoba memberanikan diri bertanya kepada bule yang ada dikamar,
siapa yang tidur disana, dia hanya mengatakan ada tiga orang perempuan, tapi
tidak tahu dari mana.
Hostel ini bersih sekali, dilantai ini ada 3
buah kamar, di setiap kamar ada 4 bunkbed dan AC. Dibagian tengah ada sofa,
meja bilyiar dan meja makan, lumayan luas. Dapur dan kamar mandinya juga
tertata dengan baik, walaupun jumlah toiletnya sedikit jika dibandingkan
jumlah kasur yang ada, Cuma ada 3 buah toilet dan 4 buah kamar mandi. Setelah
mandi dan sholat, aku memasak mie yang kubawa, sengaja aku tidak membeli makan
keluar karena aku menunggu seseorang pemilik poster Kyuhyun tersebut.
Sampai pukul 9’an malam aku masih bertiga
dengan sepasang bule di kamar, mereka asyik mengobrol, sambil tiduran aku
konsentrasi mencoba memahami pembicaraan mereka, tapi satu katapun aku tidak
bisa mencernanya, yang ada cuma “zozozozozozoozososoosoooxoxooxoxo....” seperti dua orang yang sedang kumur-kumur.
Tiba-tiba kamar diketuk oleh seseorang, seorang staf hotel memperkenalkanku dengan tamu yang dibawanya.
"Ini wiwin, dia juga dari Indonesia"
Namanya Yanti, asli Ambon yang bekerja di Jakarta, bed nya persis di samping bule yang dari tadi bersamaku.
Ternyata dia heboh sekali, walaupun sama sekali tidak bisa bahasa Inggris tapi dia dengan cueknya mengajak sang bule ngobrol, dan pada akhirnya aku pun ikut mengobrol karena saking gemesnya dengan obrolan mereka yang kadang tidak nyambung. Namanya Victoria, dari Australia, dia travelling bersama pacarnya. Ketika kutanya apakah dia pernah ke Indonesia? Karena hal yang sangat mustahil bila orang Australia lebih dahulu pergi liburan ke Singapura daripada ke Bali. Dan mengejutkan, dijawabnya dia belum pernah ke Indonesia.
"How about Bali? Have you ever been there?"
"Yess!" Jawabnya. Oke. Hmmm baiklah, mungkin cap stempel Indonesia di Ngurah Rai kurang begitu besar.
Katanya dia dan pacarnya akan menghabiskan waktu sebulan untuk travelling di daerah Singapura, Thailand dan Indochina. Sedangkan Yanti keesokan harinya akan berkeliling sebentar di Singapura lalu lanjut ke Malaysia.
Karena sudah terlalu lelah akhirnya aku memutuskan untuk tidur lebih dahulu, lagipula sang pemilik poster Kyuhyun pun belum datang-datang juga
*****
Tiba-tiba kamar diketuk oleh seseorang, seorang staf hotel memperkenalkanku dengan tamu yang dibawanya.
"Ini wiwin, dia juga dari Indonesia"
Namanya Yanti, asli Ambon yang bekerja di Jakarta, bed nya persis di samping bule yang dari tadi bersamaku.
Ternyata dia heboh sekali, walaupun sama sekali tidak bisa bahasa Inggris tapi dia dengan cueknya mengajak sang bule ngobrol, dan pada akhirnya aku pun ikut mengobrol karena saking gemesnya dengan obrolan mereka yang kadang tidak nyambung. Namanya Victoria, dari Australia, dia travelling bersama pacarnya. Ketika kutanya apakah dia pernah ke Indonesia? Karena hal yang sangat mustahil bila orang Australia lebih dahulu pergi liburan ke Singapura daripada ke Bali. Dan mengejutkan, dijawabnya dia belum pernah ke Indonesia.
"How about Bali? Have you ever been there?"
"Yess!" Jawabnya. Oke. Hmmm baiklah, mungkin cap stempel Indonesia di Ngurah Rai kurang begitu besar.
Katanya dia dan pacarnya akan menghabiskan waktu sebulan untuk travelling di daerah Singapura, Thailand dan Indochina. Sedangkan Yanti keesokan harinya akan berkeliling sebentar di Singapura lalu lanjut ke Malaysia.
Karena sudah terlalu lelah akhirnya aku memutuskan untuk tidur lebih dahulu, lagipula sang pemilik poster Kyuhyun pun belum datang-datang juga
*****
Aku sengaja bangun pagi-pagi untuk menghindari traffic di kamar mandi
0 komentar:
Posting Komentar