Awalnya aku
tidak sebegitu ngototnya untuk pergi ke Jepang, entah kenapa hal ini
terpikirkan sewaktu galau di malam ulang tahunku yang ke 25 tanggal 7 Agustus,
tidak ada satu orangpun yang memberikan kado ataupun ucapan yang special (childish sekali
>_<) kemudian jadi terpikir untuk memberikan hadiah ke diri sendiri yang
kemudian di amini oleh kak Fendi, dia mengatakan tidak ada salahnya untuk
mengapresiasi diri sendiri dan hadiah itu adalah solo travelling ke Jepang
bulan Desember, as you know the airfare is so damn crazy on December and
ss6osaka (Super Show 6 World Tour, konser super junior) has announced already on 5th till 7th hehe! Ya, aku
lebih dulu mengantisipasi untuk pergi sendirian karena jarang ada teman yang
mau diajak untuk gembel bersama ke negara yang agak jauh dengan tiket yang
tidak terlalu murah. Aku mulai berburu tiket ss6 dan memantau harga tiket pada
maskapai-maskapai low cost, sampai pada akhirnya ada teman yang sama-sama elf,
sebut saja namanya Isty, awalnya dia mengira aku akan menonton SS6 di Singapore,
sewaktu aku bercerita tentang rencanaku
ternyata dia langsung tertarik.
Ada beberapa
problem besar yang harus diselesaikan lebih dulu, yang pertama tiket ss6, tiket
pesawat, dan akomodasi. Kenapa aku lebih mengutamakan tiket ss6 lebih dulu
daripada maskapai? karena jika sudah punya tiket ss6 aku bisa menyesuaikan dari
mana aku harus berangkat, apakah dari Tokyo atau Osaka.
1. Tiket ss6
ini jadi momok tersendiri, awalnya ada Elf Indonesia (sebut aja namanya
Syulala) yang kuliah di Jepang yang menjanjikan ada temannya seorang Japanese Elf
yang memiliki extra ticket untuk tanggal 5 Desember tapi kemudian Syulala bingung bagaimana cara
aku membayarnya, aku memberikan piihan melalui paypal atau western union, tapi
Syulala malah menolak, dia meminta aku mentransfer ke rekening Indonesianya
sewaktu dia pulang ke Indonesia September nanti, aku mengira Syulala sudah
terlebih dahulu membayarkan harga tiket ke temannya dan aku hanya tinggal mengganti
uangnya, tap ternyata tidak, dan tentu saja tiket itu langsung di jual si
empunya ke orang yang lebih membutuhkan >_< payahnya lagi aku tau itu
ketika sudah akhir September, padahal tiket peawatku sudah issued. Aku mulai
mencari tiket lagi via twitter, sebelum aku dijanjikan oleh Syulala awalnya aku
mencoba me mention salah satu Malaysian Elf (Zureq) yang lumayan famous di dunia per’elf’an yang
sedang study di Japan, meminta dicarikan tiket, tapi dari Syulala mengatakan bahwa
akan membuang waktu meminta bantuan Zureq karena dia hanya akan membaantu elf yang
famous saja, dan aku dengan mudahnya percaya begitu saja, tentu karena kami
satu kebangsaan. Dan ya aku hanya mengandalkan Syulala untuk masalah tiket. Putus
asa aku mencoba menghubungi Zureq lagi via twitter, tidak di sangka dia fast respon sekali,
katanya dia punya satu extra tix karena dia ada exam di hari Jumat dan untuk
tiket Isty dia akan mencoba menghubungi temannya yang lain. Beres lah kemudian
masalah tiket.
2. Tiket
pesawat, ahayyy ini seperti berkejar-kejaran dengan waktu, parahnya lagi saat itu
aku lebih sering mendapat Dinas Luar, jadi tiap selesai meeting malam di saat
roommate lagi enak-enaknya tidur, aku kembali bergelut dengan laptop dan
bergerilya membanding-bandingkan harga tiket, karena akan menonton tgl 5 paling
tidak aku berangkat ke Tokyo tgl 30 nov dan kembali via Osaka tanggal 7 Des,
atau pergi via Osaka tgl 4 dan kembali via Tokyo 11 Des. Tapi karena terlalu
beresiko cuti ditanggal-tanggal sibuk akhir tahun jadi aku skip opsi kedua,
kecuali memang tiket murahnya ada ditanggal itu. Tapi ternyata tiket ke Osaka
jauh lebih mahal daripada via Tokyo, awalnya ada promo Air Asia Surabaya-Narita
Rp.1,900xxx tapi aku masih belum book karena masih ragu, karena menurutku harusnya
bisa dapat dengan harga Rp.1.500xxx hahaha, tiba-tiba harganya sudah berubah
dan aku tidak menyadari akhir book promonya hari itu. Setelah berhari-hari
bersabar datanglah promo diskon Air Asia all route, kalau tidak salah 20% tapi
via Haneda, langsung saja aku book Surabaya-Haneda Rp.1,9xx.xxx one way (belum
termasuk processing fee), hmm tunggu, tapi kenapa lewat Surabaya? Karena tiket
Banjarmasin-Surabaya jauh lebih murah daripada Banjarmasin-Jakarta yang
selangit. Untuk pulangnya Air Asia sudah tidak bisa diharapkan, dari Osaka
paling murah 3,5jt, satu-satunya maskapai yang murah cuma Jetstar sekitar 3jt
rupiah dan harus transit di Manila 1 jam dan di Singapore 14 jam, Isty
kelihatan seneng-seneng saja transit lama di Singapore, katanya sekalian
foto-foto di merlion -__- nah jadi yang perlu aku garis bawahi, tiket yang aku
dapat bukanlah tiket yang sedang promo besar karena rencana kepergianku juga
mendadak, sebenarnya biaya tiket bisa ditekan. Sebagai gambaran, terakhir aku
booked tiket Surabaya-KL, KL-Narita untuk tahun depan hanya 1,1 jt rupiah
one way sewaktu promo besar-besaran Air Asia, dan aku mengecek Osaka-Surabaya (flighthru) hanya 1,5 jt rupiah.
one way sewaktu promo besar-besaran Air Asia, dan aku mengecek Osaka-Surabaya (flighthru) hanya 1,5 jt rupiah.
3. Dari buku
atau blog-blog yang aku baca akomodasi punya post pengeluaran paling besar,
dari hostelworld yang aku lihat rate hostel termurah 2.200 yen/bed/night
seperti di hostel Khaosan world group sampai 3.600 yen, lumayan bukan, satu
malam Rp.233.200 sampai Rp.381.600. Awalnya aku berencana urban camping seperti Takdis, tapi sepertinya
itu akan menjadi hal gila karena sudah memasuki winter pada bulan Desember dan akan
sangat repot untuk perempuan menurutku, kemudian opsi lain menginap di warnet
atau internet cafe, tapi kemudian mencari-cari warnet akan memakan waktu.
Akhirnya aku memberanikan diri untuk mencari tempat menginap melalui
couchsurfing, sebenarnya aku sudah menjadi member sejak 2012 dan penasaran sekali dengan komunitas yang memiliki tagline “stay with locals and make travel friends” ini,
tapi aku ragu dengan kemampuan bahasa Inggris ku yang selevel ketek, selain itu
hal yang mendasari untuk surfing kali ini aku ingin lebih merasakan pengalaman
feel like local, tapi ternyata sulit untuk mencari host di CS, mereka tidak
langsung mengiyakan bahkan kebanyakan menolak, selain itu sulit sekali mendapat
host yang unable untuk dua orang, lain waktu ada yang sudah accept tapi dua
minggu sebelum hari berangkat di cancel karena katanya dia tidak ada ditempat.
Setelah mengirim lebih banyak request (dan memperhatikan reference tentunya) akhirnya
aku mendapatkan host di Otsuka (Tokyo) dan Osaka ^^ Alhamdullilah.
4. Untuk
itinerary aku lebih banyak mengikuti dari buku CK, Tokyo-Kyoto-Osaka dan Wenika
yuda serta blognya mba Vicky dan web japan-guide, saking parnonya aku print
semua catatan perjalanannya mba Vicky dan membawa buku tebalnya Wenika tidak
lupa mendownload video-video di youtube tentang travelling di Jepang, cara membeli
tiket kereta, tiket Fujiko. F. Fujio museum. Untuk itinerary ini aku sudah membahas
sebelumnya dengan Isty tempat-tempat apa yang ingin kami kunjungi, awalnya dia
berencana akan pergi ke Tottori tgl 6 desember ke Gosho Aoyama museum karena
dia merupakan maniac detective Conan, sedangkan aku malas sekali kesana, selain
karena transportasi yang mahal aku juga tidak addicted dengan Conan, jadilah aku memilih membeli lagi tiket ss6 hari kedua melalui Zureq, tapi belakangan diapun tidak jadi ke Tottori.
5. Visa, karena
domisili kami berdua sama-sama Kalsel yang masuk wilayah yuridikasi Konjen
Surabaya jadi visa kami akan diurus melalui Konjen Jepang di Surabaya. Proses
pemuntukan visa ini pun penuh drama dan huru-hara karena kami mengurus visa
melalui travel yang jika dihitung-hitung jauh lebih murah daripada kami
mengurus sendiri ke Surabaya.
Intermezzo:
Setelah
semuanya beres, itinerary siap dan visa sudah approved, H-10 aku masih saja malas
untuk book tiket Banjarmasin-Surabaya, selain itu harga tiketnya pun masih
tidak berubah sejak awal 280rb, aku pun mulai sibuk dengan urusan keuangan dana
TP BUK, tiba-tiba datanglah undangan dari Kemenkes di Bandung dari tanggal 24 mpe
tanggal 28 Nov dan tidak boleh diwakilkan,mampuslah aku karena pekerjaan dikantor
masih menumpuk padahal rencananya dalam waktu seminggu itu aku akan membereskan
pekerjaan, tapi setelah perdebatan yang cukup alot (uhuk) dengan pak bos aku
tetep harus pergi dan menyelesaikan pekerjaan kantor di hari Sabtu dan Minggu
sementara aku masih ada rapat di Banjarmasin sampai hari Jumat sore. Well, Sabtu
subuh aku kembali dari Banjarmasin ke Balangan, Istirahat sebentar dan melanjutkan
kekantor di Amuntai untuk lembur. Hasilnya, selesai acara dari Bandung aku langsung
ke Surabaya dengan tiket 1,3 jt!! Untungnya masih ditanggung Kemenkes, hehehe
*attention!! Membaca artikel ini anda akan mengalami muntah berkepanjangan karena melihat muka saya terus menerus, lol.
29 November
Sekitar
pukul 8 malam aku sudah tiba di bandara Juanda karena malam sebelumnya aku
menginap di Fave Mex dekat Tunjungan Plaza yang sedang promo, kemudian ditraktir
naik taksi oleh Ibunya Riris ke Bandara
(aku bertemu dan hang out dengan Riris di Surabaya, awalnya dia yang akan
mengantarkan ke Bungurasih lalu aku melanjutkan dengan damri ke Juanda tetapi
hujan lebat sekali).
Aku janjian dengan
Isty di terminal 1, dia datang dengan membawa koper dan ransel sedangkan aku membawa
ransel 25 liter dan ransel kecil untuk jalan-jalan. Dari terminal 1 dengan
menggunakan shuttle bis menuju Terminal 2, ternyata terminal 2 Juanda juga
tidak kalah keren, luas dan bersih hanya saja masih terlihat kosong, rencananya
kami akan menginap di bandara karena pesawat ke KL boarding jam 5.40 pagi,
paling tidak pukul 3 sudah harus check in.
Didepan pintu masuk terminal 2 banyak deretan kursi-kursi tetapi semua sudah penuh, rasanya seperti orang ndeso saat kami mulai berkeliling di dalam untuk mencari musholla dan toilet yang kemudian ditegur oleh petugas bandara yang menanyakan pukul berapa pesawat kami akan flight dan katanya lagi kami bisa menunggu di kursi-kursi diluar, benar juga didalam tidak ada kursi, kosong melompong cuma ada stand makanan yang hampir semuanya sudah hampir tutup. Letak mushollanya cukup bagus, sebelum masuk gate counter check in belok kanan paling ujung yang tempatnya cukup tersembunyi, rencananya kami akan tidur disana. Setelah mengisi perut dengan soto ayam yang tidak jauh dari Musholla kami mulai mengatur posisi untuk tidur, dan anehnya lagi hanya aku dan Isty yang tidur disana, sampai sekitar pukul 12 malam ada seorang laki-laki yang baru saja tiba dari Kuala Lumpur dan katanya akan melanjutkan perjalanan ke Jakarta keesokan harinya. Orang itu terlihat sangat SKSD dan nampak menyombongkan diri dengan ocehannya katanya dia bekerja di sebuah perusahaan pengeboran minyak di luar negeri. Isty sudah lebih dulu tidur, aku berusaha keras menahan kantuk karena melihat gelagat yang kurang menyenangkan, dan ujung-unjung nya dia meminta pin BB!!
Didepan pintu masuk terminal 2 banyak deretan kursi-kursi tetapi semua sudah penuh, rasanya seperti orang ndeso saat kami mulai berkeliling di dalam untuk mencari musholla dan toilet yang kemudian ditegur oleh petugas bandara yang menanyakan pukul berapa pesawat kami akan flight dan katanya lagi kami bisa menunggu di kursi-kursi diluar, benar juga didalam tidak ada kursi, kosong melompong cuma ada stand makanan yang hampir semuanya sudah hampir tutup. Letak mushollanya cukup bagus, sebelum masuk gate counter check in belok kanan paling ujung yang tempatnya cukup tersembunyi, rencananya kami akan tidur disana. Setelah mengisi perut dengan soto ayam yang tidak jauh dari Musholla kami mulai mengatur posisi untuk tidur, dan anehnya lagi hanya aku dan Isty yang tidur disana, sampai sekitar pukul 12 malam ada seorang laki-laki yang baru saja tiba dari Kuala Lumpur dan katanya akan melanjutkan perjalanan ke Jakarta keesokan harinya. Orang itu terlihat sangat SKSD dan nampak menyombongkan diri dengan ocehannya katanya dia bekerja di sebuah perusahaan pengeboran minyak di luar negeri. Isty sudah lebih dulu tidur, aku berusaha keras menahan kantuk karena melihat gelagat yang kurang menyenangkan, dan ujung-unjung nya dia meminta pin BB!!
30 November
Sekitar jam
3an aku terbangun (pasang alarm tentunya) dan gate menuju counter check in juga
sudah dibuka, aku mengira karena kami sudah melakukan self check in sehingga
tidak perlu lagi lapor di counter check in selain kami juga tidak ada bagasi,
tapi ternyata masih harus antri juga untuk lapor. Panas dingin saat penimbangan
koper karena kopernya Isty very heavy bag!!! Tepat sekali saat ditimbang 9,5 kg,
aku kira dia akan langsung kena charge oleh petugas counter ternyata tidak, oleh
petugas counter kami hanya disuruh mengurangi, bingung kenapa bisa lolos dengan
mudah. Nah, setelah check in kemudian naik ke lantai dua, menuju gate dan
imigrasi. Disini sebelum masuk imigrasi ada petugas maskapai yang khusus menimbang
barang-barang bawaan, alamak jang!!! Karena parno meliat ada beberapa orang
yang dicegat karena bawaan yang over capacity, langsung saja aku dan Isty ke bagian
pojok untuk unpacking, semua barang-barang Isty yang bisa masuk kedalam ranselku
dimasukan semua, sebenarnya bawaannya tidak terlalu banyak tapi memang kopernya
yang sudah lebih dahulu berat. Saat melewati petugas ternyata dia hanya mengira-ngira
berat koper dengan mengangkatnya sebentar, tidak diletakkan keatas timbangan dan lolos!!! Ahahaha kami hanya
bisa ketawa-ketawa sambil cubit-cubitan, how lucky we are, sedangkan banyak
penumpang dibelakang kami yang benar-benar ditimbang.
Pukul 9.10 am
sampai di KLIA2, ini pertama kalinya aku ke KLIA 2, terlihat jauh lebih bagus
dari LCCT (ya iyalah), karena tiket kami flythru sehingga kami tidak perlu keluar
imigrasi dan check in karena boarding pass pun sudah tercetak langsung dua buah
sewaktu di Bandara Juanda dan hanya melapor di bagian transfer. Puas berkeliling,
foto-foto dan makan-makan di foodcourt lantai 2 dilanjutkan flight ke Haneda
pukul 14.40. Penerbangan kali ini aku lebih santai dan tidak seudik seperti
saat ke Korea dulu, yang ada goncangan sedikit sudah mau menangis, plus
sudah memesan nasi lemak plus juice dan kue untuk mengisi perut selama
penerbangan. Yeahh Haneda I’m coming.
Thank you Air Asia X |
Pukul
10.30pm kami sampai di Haneda, airportnya besar sekali, bayangkan saja dari
keluar garbarata sampai ke imigrasi rasanya seperti keliling lapangan bola 10x
padahal sudah memakai travellator plus dengan perasaan excited (perasaan yang sepeti
ini kadang menyebabkan terabaikannya rasa lelah). Kalau ditanya apa hal yang
paling berkesan pertama kali saat menginjakkan kaki di Jepang? Petugas
Imigrasi!! Serius, mereka ramah sekali, bahkan sewaktu giliran Isty petugas
imigrasi minta ijin untuk buang ingus dengan tisu, sempat-sempatnya dia cerita kalau
cuaca akhir-akhir ini yang membuatnya flu. Ah.. mereka friendly sekali dan
tidak lupa terus tersenyum.
Keluar imigrasi langsung narsis |
Karena sudah
terlalu malam, kami memang berencana tidur dibandara di lantai 3 pada bagian
departure, yang tidak jauh dengan nursery room sekaligus kami gunakan untuk
tempat sholat. Melongo dulu saat melihat toiletnya, dengan banyaknya tombol,
flush saja menggunakan sensor tangan, hihi..
Ternyata
banyak juga orang-orang yang tidur dibandara, untung masih ada satu deret kursi
yang kosong dipojok dinding kaca dekat escalator dan lift, tinggal mengeluarkan
kain bali dan tidur nyenyak dengan berbantalkan tas ransel kecilku.
1 Desember
Pagi-pagi aku
sudah terbangun karena suara berisik dari Chinese yang tidur disamping kursiku.
Nyenyak sekali tidur tadi malam, samar-samar terlihat pemandangan diluar,
ternyata persis samping rel kereta! Katanya Isty dia tidak bisa tidur nyenyak,
ngga dapet pewe, maaf ya Is harus berbagi kursi dengan orang gemuk macam aku hiks
hiks. Untunglah aku tipe orang yang bisa tidur dimana saja, malahan Isty bilang
sewaktu pesawat akan landing di Haneda saat pramugarinya mengumumkannya aku sempat
melek dan malah lanjut tidur lagi >_<.
Karena kami
sama sekali tidak punya rencana untuk mandi di airport yang konon katanya mesti
bayar mahal, alhasil hanya cuci muka, gosok gigi dan ganti baju plus menggunakan
longjhon. Setelah grasak grusuk membereskan barang-barang lalu lanjut menuju
Keikyu line dengan turun ke lantai 2, sempat planga-plongo mencari counter untuk
membeli Suica akhirnya dibantu oleh mba-mba petugas yang berdiri dekat
information tourist center seharga 2000 yen, 1500 yen
merupakan total yang dapat digunakan, dan 500 yen sebagai deposit.
Dari awal aku lebih memilih untuk membeli Suica, pertama karena kami tidak membeli JR pass, yang kedua supaya tidak repot membaca kanji melihat peta dan sebagainya, kartu ini pun bisa digunakan untuk JR, subway bahkan sebagai alat pembayaran untuk berbelanja, selain itu dengan menggunakan suica kita akan mendapatkan diskon naik kereta. Untuk mengantisipasi jika saja salah naik kereta tinggal memberitahu ke petugasnya dan uangnya bisa dikembalikan dalam bentuk deposit kartu daripada membeli tiket ketengan harus membeli tiket lagi, tapi belakangan jadi kepikiran kalau next time ke Jepang lagi akan menggunakan JR pass saja, biar puas bolak balik menggunakan shinkasen. Okay, kembali ke laptop. Jadi rencananya hari ini kita akan ke:
Dari awal aku lebih memilih untuk membeli Suica, pertama karena kami tidak membeli JR pass, yang kedua supaya tidak repot membaca kanji melihat peta dan sebagainya, kartu ini pun bisa digunakan untuk JR, subway bahkan sebagai alat pembayaran untuk berbelanja, selain itu dengan menggunakan suica kita akan mendapatkan diskon naik kereta. Untuk mengantisipasi jika saja salah naik kereta tinggal memberitahu ke petugasnya dan uangnya bisa dikembalikan dalam bentuk deposit kartu daripada membeli tiket ketengan harus membeli tiket lagi, tapi belakangan jadi kepikiran kalau next time ke Jepang lagi akan menggunakan JR pass saja, biar puas bolak balik menggunakan shinkasen. Okay, kembali ke laptop. Jadi rencananya hari ini kita akan ke:
Shinjuku
station (nyari makan, beli tiket ke Lake Kawaguchi) -> beli tiket fujiko f.
fujio museum di Lawson -> shibuya -> ke otsuka station ->Rikugien Park
->Kawasaki ->kembali ke otsuka
Hari ini kami sengaja tidak memadatkan jadwal, karena masih belum tahu “medan” nya bagaimana,
hehe. Baru saja masuk stasiun kami sudah planga plongo, kadang ngerasa seperti dumb and dumber yang nyasar di Japan, sumpe deh.lol.
Selanjutnya
kami menuju Shinagawa dengan menaiki Keikyu line lalu transfer lagi JR Yamanote
line ke Osaki, trus pindah jalur ke Shinjuku. Untuk yang menggunakan android
bisa donwload aplikasi “Japan Train” di playstore sama persis kayak hyperdia, tapi perlu
akses internet menggunakannya, kebetulan aku mengaktifkan internet roaming
telkomsel untuk 7 hari, karena ngga bisa sewa wifi portable (ngga punya kartu
kredit), ngga bisa menggunakan OCN sim card for visitor (karena hp ku butut dan
ngga support).
Sebelum
berangkat aku parno sekali melihat map kereta di Tokyo dengan garis warna warni
malang melintang, sepertinya jauh lebih sulit dibandingkan dengan MRT di singapura
ataupun subway di Korea, tapi ternyata ngga juga, intinya fokus dengan line
yang diikuti, kalau memang bingung ya tanya!!! Hahaha. Stasiun di Shinjuku juga
ternyata luas sekali, sempat syok sih takut nyasar. Stasiun ini pernah tercatat
di guiness of record sebagai stasiun tersibuk di planet ini! Sampai di shinjuku
kita langsung mencari odakyu sightseeing service center yang ada di ground floor
west side dengan ngikutin kata odakyuuuuuu terus sampai ketemu. Ternyata eh
ternyata, mereka tidak ngejual tiket yang hanya sampai Lake Kawaguchi, tapi khusus
ke daerah Hakone dan sekitarnya, oleh petugasnya kita di arahkan ketempat counter
tiket yang khusus menjual tiket untuk ke Lake Kawaguchi yang ada didepan
terminal bisnya, Gedung 1F, MY Shinjuku Daini Buillding near Yodobashi Camera
shop, 5 min walk from west exit of Shinjuku.
Sebenarnya petugas di Odakyu sudah sangat jelas mengarahkannya dan diberikan map pula, tapi dengan luasnya Shinjuku akan sangat membingungkan, ada petunjuk arah kesini arah kesono, sampai akhirnya bertanya dengan mba-mba, duh mba-mba nya baik sekali kami bukan cuma di tunjukin jalannya tapi juga di anterin dan dia juga memastikan kalau kami ingat jalan menuju kesana, yang penting ikutin petunjuk Shinjuku Express Bus Terminal trus juga sesuaikan kanjinya dengan yang di map, kalau ngga ketemu ikuti saja petunjuk Keio Line, stasiun busnya itu di bagian luar dari metro gate, so jangan masuk ke automatic gate di train platform, cukup ikuti petunjuk keio line nanti akan ada petunjuk Shinjuku Express Terminal, jangan kaget kalau mesti naik tangga dan menuju luar stasiun. Bukan terminal dalam arti sebenarnya sih, tapi semacam tempat pemberhentian biasa. Setelah ketemu counter penjualan tiket dan ngga lupa bilang arigatou gozaimasu kepada mba-mba yang nganterin, kami bergegas menuju counter penjualan tiket yang berada persis didepan tempat ngetem bis, disana sudah banyak juga wisatawan yang antri beli tiket dan yang antri menunggu bis. Sayang sekali, ternyata couter tersebut hanya melayani penjualan tiket khusus untuk keberangkatan pada hari tersebut saja, jadi jika kita mau beli tiket hari berikutnya mesti naik ke lantai 2, hmm.. teratur sekali yah. Bingung juga sih sewaktu naik 2nd floor, takut salah masuk soalnya suasanya beda sekali dibandingkan dengan lantai satu, lebih terkesan kayak office gitu. Disana kita dikasih timetable jam-jam keberangkatan bis nya yang setiap 30 menit seharga 1.750 yen sekali jalan dan 2 kali lipatnya untuk PP, kami memutuskan pergi pukul 9.10 dan balik pukul 13.10 karena memperkirakan waktu perjalanan 1 jam 40 menit, supaya puas foto-foto, hihihi.
Sebenarnya petugas di Odakyu sudah sangat jelas mengarahkannya dan diberikan map pula, tapi dengan luasnya Shinjuku akan sangat membingungkan, ada petunjuk arah kesini arah kesono, sampai akhirnya bertanya dengan mba-mba, duh mba-mba nya baik sekali kami bukan cuma di tunjukin jalannya tapi juga di anterin dan dia juga memastikan kalau kami ingat jalan menuju kesana, yang penting ikutin petunjuk Shinjuku Express Bus Terminal trus juga sesuaikan kanjinya dengan yang di map, kalau ngga ketemu ikuti saja petunjuk Keio Line, stasiun busnya itu di bagian luar dari metro gate, so jangan masuk ke automatic gate di train platform, cukup ikuti petunjuk keio line nanti akan ada petunjuk Shinjuku Express Terminal, jangan kaget kalau mesti naik tangga dan menuju luar stasiun. Bukan terminal dalam arti sebenarnya sih, tapi semacam tempat pemberhentian biasa. Setelah ketemu counter penjualan tiket dan ngga lupa bilang arigatou gozaimasu kepada mba-mba yang nganterin, kami bergegas menuju counter penjualan tiket yang berada persis didepan tempat ngetem bis, disana sudah banyak juga wisatawan yang antri beli tiket dan yang antri menunggu bis. Sayang sekali, ternyata couter tersebut hanya melayani penjualan tiket khusus untuk keberangkatan pada hari tersebut saja, jadi jika kita mau beli tiket hari berikutnya mesti naik ke lantai 2, hmm.. teratur sekali yah. Bingung juga sih sewaktu naik 2nd floor, takut salah masuk soalnya suasanya beda sekali dibandingkan dengan lantai satu, lebih terkesan kayak office gitu. Disana kita dikasih timetable jam-jam keberangkatan bis nya yang setiap 30 menit seharga 1.750 yen sekali jalan dan 2 kali lipatnya untuk PP, kami memutuskan pergi pukul 9.10 dan balik pukul 13.10 karena memperkirakan waktu perjalanan 1 jam 40 menit, supaya puas foto-foto, hihihi.
Sambil
membawa koper dan ransel, kami lanjut menyusuri jalan mencari Lawson dan bertanya
ke mas-mas yang lagi promosi tokonya dan ternyata dekat dari sana. Awalnya aku sudah
belajar beli tiketnya di Loppi via youtube tapi ketika disana semua terbang entah
kemana, kalau memang ngga bisa ya langsung todong aja mas-mas di Lawson untuk
bantuin beli, hehehe. Untuk masuk museum Fujiko F. Fujio ada schedule nya juga,
sehari dibagi 4 section, jam 9, 11, 14 dan 16 dengan harga 1000 yen, kita pilih yang terakhir pukul 4 sore, karena
siangnya kami akan ke Rikugien Park dulu yang katanya cantik sekali pas autumn.
Setelah semua beres lanjut ke Shibuya naik JR Yamanote line, maunya sih liat
crossing street yang fenomenal itu dan Hachiko statue, tapi sayang lagi hujan
jadi crossing streetnya sepi cuma bisa foto-foto di Hachiko
dan menikmati shibuya sejenak alias menunggu hujan reda.
Dari atas stasiun Shibuya melaporkan!! lol |
crossing street Shibuya |
Meet up with Hachiko |
Sekitar
pukul 10 kami menuju otsuka stasiun tempat janjian dengan host kami, Yosu. Untungnya
rumah dia yang dekat Otsuka stasiun termasuk dalam JR Yamanote line jadi ngga
perlu pindah-pindah jalur lagi, sayang pas sampai disana aku WA dia, ternyata dia
lagi ada conference dan baru bisa menemui kami sehabis pulang kantor, dia hanya
meminta kami menitipkan barang-barang di locker stasiun dan jalan-jalan dulu.
Kami langsung ke Rikugien Park yang cuma berjarak 2 stasiun dari Otsuka dengan
JR Yamanote line yaitu di stasiun Komagome, sempat bingung ketika keluar
stasiun, dari papan petunjuknya sih disuruh belok kanan tapi sudah belok ngga
ada petunjuk lagi, sempat tanya dengan Ibu-Ibu yang kami temui tapi ternyata
dia juga ngga tau, tapi Ibu-Ibu itu mengajak kembali ke stasiun untuk menanyakan
arah jalan ke petugas stasiun, ya ampun… baik sih.. tapi jadi merepotkan dia…
Ternyata habis belok kanan langsung jalan lurus menanjak yang lumayan bikin
pegel untuk orang yang jarang olahraga sepertiku, akhirnya sampailah di
Rukigien Park, dengan membayar tiket 300 yen kita diberikan map dan bisa
menikmati taman yang cantik sekali, dedaunan hijau, kuning dan merah.
Tapi suer deh, aku dan Isty rada kecewa juga, semua foto yang kami ambil itu ngga bisa mengalahkan pandangan mata yang jauh lebih indah dari lensa kamera. Pengunjung saat itu juga didominasi penduduk lokal yang lumayan berumur, kita sempat selfie juga menggunakan tongsis dan diliatin rombongan Ibu-Ibu sambil ketawa-ketawa. Konon katanya taman ini lebih keren dimalam hari karena ada parade lampu-lampu yang menyorot pohon-pohon disana.
Tapi suer deh, aku dan Isty rada kecewa juga, semua foto yang kami ambil itu ngga bisa mengalahkan pandangan mata yang jauh lebih indah dari lensa kamera. Pengunjung saat itu juga didominasi penduduk lokal yang lumayan berumur, kita sempat selfie juga menggunakan tongsis dan diliatin rombongan Ibu-Ibu sambil ketawa-ketawa. Konon katanya taman ini lebih keren dimalam hari karena ada parade lampu-lampu yang menyorot pohon-pohon disana.
Sehabis puas
berkeliling di Rikugien Park kami melanjutkan perjalanan menuju Fujiko F.Fujio
Museum yang berada di daerah Kawasaki. Dari stasiun Komagome dan pindah kereta di stasiun Shinjuku, dengan
Odakyu Odawara line ke stasiun Noborito yang memakan waktu sekitar 35 menit.
Sebenarnya untuk menuju ke Fujiko F.Fujio Museum kita bisa menggunakan bis yang
khusus disediakan dari stasiun Noborito, tapi kata Isty dia pernah baca disalah
satu blog kalau pemandangan sepanjang perjalanan menuju museum sangat bagus dan
jaraknya pun tidak jauh jadi lebih baik jalan kaki. Tapi kemudian, mungkin statemant
itu perlu dipertanyakan ulang, hahaha, jauh juga sih, hampir 20-30 menit lah
jalan kaki untuk ukuran langkah-langkah kecil kami, tapi ngga perlu kuatir
karena semua petunjuk jalan sangat jelas. Terlepas dari semuanya, seru juga
memperhatikan rumah-rumah penduduk dengan bonsai-bonsai di pekarangan rumah yang
keren.
Ternyata
kami sampai di museum lebih awal, pukul 15.45, aku khawatir kalau kami tidak diperbolehkan
masuk karena tiket kami pukul 16.00, tapi ternyata ngga juga. Kami
dipersilahkan masuk oleh petugas yang berpakaian rapi dan diarahkan ke bagian
counter untuk mengambil semacam alat speaker kecil sekaligus diajarkan cara menggunakannya.
Alat itu nantinya akan memberikan penjelasan mengenai benda-benda di museum dan
kita juga bisa memilih bahasanya, kalau tidak salah ingat ada Japanese, Chinese,
Korean and English. Tiap benda dimuseum ada keterangan angka, jadi kita tinggal
memencet angka tersebut, nanti akan keluar deh native speakernya ngomong, cukup
didekatkan ke telinga saja. Good idea.
Museum ini
terbagi beberapa bagian,ada museum yang berisi semua tentang Fujiko. F. Fujio,
Cafe, tempat bermain indoor dan outdoor, dan tempat penjualan souvenir. Ada
sekitar 1 jam kami di dalam museum, setelah selesai aku salah masuk pintu,
tadinya aku mau ke outdoor eh ternyata malah ke pintu exit, dan voilaaaaa hari
sudah malam dan gelap!! Ternyata di Tokyo matahari tenggelam jam 5 sore!
Untungnya aku masih diperbolehkan masuk lagi oleh petugasnya karena sambil
menerangkan kalau aku salah jalan bukan keluar tapi mau ke Cafe, kata
petugasnya lagi cafe akan tutup pukul 6. Akhirnya aku dan Isty bergegas ke
Outdoor yang ternyata ada dilantai atas juga, walaupun temaram foto-foto wajib
hukumnya kemudian dilanjutkan minum kopi sejenak di Cafe, itupun kami lagi-lagi
di ingatkan kalau kami adalah pelanggan terakhir dan mereka tutup jam 6 sore.
Walaupun struggle sekali ketika pesan minuman karena miss prounounciation tapi
(lagi-lagi) mereka friendly sekali, bahkan meminjamkan property untuk kami gunakan
foto-foto.
Outdoor Fujiko. F. Fujio Museum |
Fujiko F. Fujio Cafe |
Annoying pose, sorry |
Pulang dari
museum kami memilih naik bis untuk kembali ke stasiun Noborito, ya iyalah gelap
gitu, bis yang kami tumpangi pun adalah bis terakhir. Bis nya lucu, dari mulai bel,
tali pegangan tangan semuanya berbau doraemon. Karena sudah sangat lapar sampai
di stasiun kami langsung menuju warung Soba dengan memilih menu sekaligus
membayarnya melalui vending machine yang berada didepan pintu masuk, aku memilih
soba dengan vegetable tempura yang kami lihat melalui gambar di vending
machine, dengan membaca bismillah acara makan pun dimulai, namun… setelah makan
beberapa suap, jeng jeng!!!! ngga sengaja aku menemukan daging didalam gumpalan
tempura tersebut!! Alamakkkk!! aku langsung kehilangan nafsu makan, aku panik,
tidak mungkin kita meninggalkan sisa makanan begitu saja karena hal itu
merupakan tabu dilakukan seolah kita tidak menghargai sang pembuat. Aku lihat
semua pelanggan disanapun tidak ada satupun yang menyisakan soba semangkok bleg.
Akhirnya kita pindah tempat duduk ke bagian yang lebih tersembunyi, niatnya soba
itu kita masukan dalam plastik, kebetulan Isty juga membawa satu pak plastik hitam. Dengan
berhati-hati akhirnya masuk juga semuanya dan aku letakkan didalam kantong
belanjaan, hehh leganya, sewaktu mengembalikan mangkoknya pun sepertinyanya si
empunya warung tidak tahu, semoga.. tapi kapok deh makan ngga nanya-nanya dulu,
mending repot daripada berasumsi sendiri, atau kami harus kembali dengan menu
nasi di sevel dan family mart.
Dari
Noborito kami kembali lagi ke Otsuka, sudah hampir jam 8 malam saat kami sampai
di stasiun. Aku WA Yosu lagi tapi ngga dibalas, akhirnya kita cuma duduk-duduk
ngeliatin orang-orang lewat di south exit depan florist dan udara juga semakin
dingin, brrrr… Gara-gara ngga ada
kerjaan, aku dan Isty jadi memperhatikan orang-orang yang membeli bunga disana.
Kebanyakan pelanggan mereka adalah bapak-bapak yang membeli mawar, sepanjang
kami duduk disana ngga ada anak muda yang beli, hmm..apa cuma kebetulan? atau memang
benar kalau anak muda Jepang temasuk sulit untuk mengungkapkan rasa suka
mereka?
Sudah 1 jam
menunggu dan aku sudah terlalu mengantuk untuk menyadari ada balasan pesan di
WA, ternyata Yosu sudah ada didepanku!
Surprise!! Ternyata dia ganteng juga, hehe… dan tinggi!! 190cm persis seperti
yang dikatakannya dan surprisenya lagi dia tidak terlihat se”tua” umurnya, and
very gentleman!! dia tidak membiarkan aku dan Isty membawa koper dan ransel, tapi dia
yang membawakan semuanya. Dia juga menanyakan kemana saja kami sudah
berkeliling, dll.. pokoknya orangnya seru dan menyenangkan. Sampai di apartment
dia menjelaskan rule nya. Kamar yang kami tempati seperti bekas storage room
dibagian depan rumahnya tapi disulap menjadi rapi walaupun masih ada tumpukan
barang yang katanya milik temannya yang baru pindah apartemant dan tentu ada futon
juga untuk tidur, selimut, AC dan kita juga diberikan kunci sendiri, jadi pintu
masuk ruangan kami berbeda degan pintu masuk rumahnya, hanya jika mau
menggunakan kamar mandi masuk kerumahnya, katanya kita ngga boleh masuk lebih
dari kamar mandi (kamar mandi dan toiletnya ada dibagian depan rumah sebelum
ruang tamu) karena semua roommates nya cowok,hehe.. Good!!
Dia juga
memastikan aku nyaman disana, sayang katanya dia harus membereskan rent apartemantnya
yang baru, jadi tidak bisa menemani kami. Okay, akhirnya kita ketemu bantal
juga, hiks hiks terharu. Isty sih langsung mandi, dan aku?? Tentu saja malas mandi, lagi pula toh ngga
keringetan, hahaha. Oh ya, ditempat kami tidur itu terpampang sertifikatnya
Yosu, dia ternyata lulusan Master (double master) dari University of London dan
Columbia University!! As you know, Columbia University itu salah satu
universitas paling prestisius di dunia dan University of London yang sama-sama
menjadi bagian dari 10 universitas terbaik di dunia!! Belakangan setelah
kepulanganku ke Indonesia dan searching namanya di google ternyata dia CEO and
founder salah satu premium rent apartment di Jepang, dosen di salah satu
universitas ternama di Tokyo, pernah menjadi reporter di NHK dan banyak hal
lain dari nya yang membuat aku melongo.
Kamar kami yang pnuh buku |
Pemandangan dari lantai 9 apartement |
Penjual majalah didekat otsuka station *dilarang gagal fokus |
2 Desember
2014
Pagi yang
dingin membuat malas untuk ngapa-ngapain, AC yang udah di set 32 derajat pun
tidak terlalu membantu. Sewaktu membuka pintu, wushhhhhh angin langsung
menampar wajah!! Kebetulan apartemantnya Yosu ada di lantai 9, pagi-pagi bisa
memantau suasana otsuka dari atas. Oh ya, tadi malam aku tidak sengaja melihat
jemuran underwear cowok didepan kamarku, sekarang sudah tidak ada lagi,
sepertinya mungkin karena ada kami kali ya. Sewaktu aku mau mandi rumah mereka sudah
sepi, padahal sudah bangun pagi jam 7. Seperti rencana awal, pagi ini kami akan
ke Lake Kawaguchi, jadwalnya memang jam 9.10 tapi karena parno takut tersesat
mencari haltenya jadi kami pergi pukul 8. Setelah mandi dan dandan cantik kita
langsung cuss ke station, iya dandan >_< aslinya menggunakan bedak pun
ngga bisa karena kulit tiba-tiba jadi sangat kering karena tidak tahan dingin,
buruk nya lagi aku hanya membawa bb cream dan body lotion biasa yang sama
sekali ngga ngaruh.
Suasana pagi
di otsuka station lumayan sibuk, hal yang paling aku speechless dengan orang
jepang kalau jalan cepat sekali seperti terburu-buru, lurus dan sama sekali
ngga tabrakan. Pas sampai Shinjuku station apalagi, memang benar-benar rush
hour, ngga cuma di station, di kereta juga, desak-desakan sampai mepet ke
pintu. Yang paling aku takutkan adalah “chikan” as you know kalau soal copet
dan sebangsanya Insha Allah sulit ditemukan di Jepang. Tapi chikan ini justru
yang membuat parno, tadinya aku menggunakan ransel di depan untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan, tapi sepertinya aman-aman saja sepanjang kita
juga tidak menggunakan pakaian yang “mengundang” dan jilbab juga menjadi
penyelamat.
Sesampainya
di halte bis, sudah banyak penumpang yang mengantri menunggu bis. Aku langsung
lapor ke mba-mba petugas bis nya yang teriak-teriak (ngga teriak-teriak juga
kali) cuma berbicara keras saja semacam attention-attention gitu mengumumkan
bis ini tujuan ini lewat platform ini dan tentu saja menggunakan bahasa jepang.
Sebenarnya dibagian atas halte juga ada
papan petunjuk, tapi ya lagi-lagi menggunakan kanji. Tapi tenang saja,
petugasnya very helpful, aku minta tolong ke dia jika bis kami sudah datang aku
segera diberitahu karena aku tidak mengerti Japanese. Tepat 9.10 (tepat lo ya)
bisnya berangkat, kebanyakan dari mereka anak-anak muda Japan, wisatawan
Chinese dan beberapa orang western. Perjalanan ke Lake Kawaguchi
sekitar 2 jam dengan pemandangan yang menurut aku sangat keren, selain
perumahan-perumahan
bergaya “rumah nobita” juga pepohonan dengan daun-daun yang menguning.
Sebelum
sampai di lake kawaguchi bis berhenti di Fuji-Q highland yang merupakan
amusement park dengan roller coasternya yang tinggi sekali. Hampir semua
penumpang bis turun disini, selain wisatawan Chinese, Western dan kami berdua.
Next time aku ingin sekali kesini, soalnya Suju pernah kesini juga, puahahaha,
tapi memang benar keren kok, dari sini kita juga sudah bisa melihat gunung Fuji. Akhirnya
bis berhenti di depan pintu keluar di stasiun kawagchiko, dari sana kita harus
jalan kali sekitar 5 menit.
Lake kawaguchi merupakan salah satu spot terbaik
untuk melihat gunung Fuji, dari lake kawaguchi persis diseberang jalan untuk
menaiki Kachi-Kachi Ropeway yang menghubungkan ke observation point dengan
membayar tiket 700 yen return. Lucky us, kami dapat good view of Mount Fuji
clearly, Alhamdulillah… Karena tiket bis untuk balik ke Shinjuku jam 1, jadi
kita nongkrong mpe bosen. Kebetulan disana juga ada spot khusus untuk foto
dengan membayar 1000 yen untuk satu foto dan satu kartu pos, bukan orang-orang yang
difoto disana yang aku dan Isty perhatiin, tapi sang photographer! Dari spot
foto dan tempat printnya berjarak sekitar 5 meter, dan photographer itu selalu berlari-lari dengan semangatnya, full spirit and always smile ^^, gara-gara itu aku
dan Isty jadi ikutan foto disana.
Kami kembali ke halte bis dengan sebelumnya mengisi perut makan vegetable udon di Fujiyama
cafe yang berada tidak jauh dari pemberhentian bis seharga 5.800 yen dan free
air putih, pesannya pun penuh dengan intrik, lol, memastikan bahwa ngga ada
unsur babi ataupun alcohol, dan sepertinya karena itu memang tempat yang biasa
banyak turis jadi memang no pork vegetable only, dan yang ada pork nya juga
udah mention lebih dahulu di daftar menunya.
Bis
berhenti ngga jauh dari Keio line,bingung juga sih mau jalan kemana soalnya
sama sekali ngga familiar, adanya cuma Keio ngga ada JR-JR nya sama sekali tapi
lagi-lagi dengan bantuan orang Jepang yang ramah yang nunjukin arah ke JR.
Puas
jalan-jalan, saatnya fangirling donk, huhuy, apalagi kalau ngga ke Shin Okobu
alias Korea Town yang cuma berjarak satu station dari Shinjuku menggunakan JR,
tadinya Isty ngajakin jalan kaki aja dari Shinjuku but sorry dori mori dah,
mending naik JR dah daripada nyasar lagi, mungkin aku lelah, hahaha. Keluar
dari station Shin Okobu harusnya kita belok ke kanan, eh malah belok kiri dan
udah jauh jalan baru nyadar klo dikanan kiri jalan ngga ada korea-koreanya sama
sekali, tapi beruntung ada toko yang jual sembako halal dan persis didepannya
ada gerobak yang jualan makanan khas Vietnam dan ada label halal juga, kalau aku
ga salah ingat namanya Bahn Mi sandwich yang diisi dengan ayam dan sayuran,
lagi-lagi aku kesulitan berkomunikasi saat penjualnya menanyakan apakah mau
pedas atau ngga, pakai seledri atau ngga, tapi akhirnya kita cuma sama-sama
ketawa-ketawa doank, hihihi. Kemudian lanjutlah
kita cuss balik arah and taraaa di kanan kiri jalan full of korea, yang namanya
jual dvd and pernak pernik korea lah, restoran korea lah, counter cosmetic
korea lah pokoknya kita happy binggo donk. Yah as you know Isty paling semangat
soal ginian, dia borong banyak sekali tuh dvd Suju untuk ngelengkapi koleksinya
dia, apalagi Kyuhyun kan juga baru ngeluarin album solo baru.
Dari Shin Okobu kita melanjutkan
perjalanan ke Harajuku, hari sih udah mulai gelap, sedihnya di negara minoritas
untuk jadwal sholat cuma bisa ngandelin prayers time di android dan sholat
disudut-sudut tempat yang lumayan sepi atau dijamak sewaktu di rumah host.
Keluar dari
station Harajuku ada street musician yang lagi tampil yang aku liat dari
leafletnya sih nama band nya Usagi, kata Isty itu artinya Kelinci. Well,
musiknya keren sekali suara vokalisnya juga syahdu abis, kita sempat nonton
bentar dan menyadari kalau kita juga dikejar waktu untuk ke Meiji Shrine dengan
menyusuri jalan dari Harajuku station, ya seperti yang sudah diperkirakan
sebelumnya tempatnya udah tutup dan gelap sekali, huhuhu.
Inilah
enaknya jalan-jalan sendiri (ngga menggunakan tour maksudnya) kita bisa kemana
aja semaunya, dan dari awal aku dan Isty udah komit ngga mau maksain
ngumplek-ngumplekin itinerary untuk mengejar semua tempat wisata yang
ujung-ujungnya malah ngga menikmati perjalanan. Dari Meiji shrine kita malah
balik lagi ke harajuku station, hihihi, kembali nonton performance Usagi dan
bikin aku jatuh cinta dengan lagu-lagunya. Puas nonton konser gretongan kami menyusuri
jalanan Takeshita Dori, yang sepanjang sisi jalannya full trendy shop, butik,
tempat makan dll. Kami yang memang ngga ada niat untuk belanja cuma liat-liat
doank dan ketemu Daiso, Daiso di Harajuku ini salah satu 100 yen shop terbesar
di Tokyo, aku cuma membeli satu pak plastik wrap untuk packing baju, sewaktu
antri di kasir aku melihat cowok-cowok yang beli make up lengkap dari pembersih
wajah, eye shadow, dll, weihh aku berasa gagal jadi cewek. Perjalanan kemudian
dilanjutkan ke Harajuku street yang berseberangan dengan Takeshita Dori, ngarep
ketemu anak muda Jepang yang dandan nyentrik sih tapi karena sudah malam sepertinya
ngga akan ketemu apalagi di weekday, menurut aku yang buta fashion sih ngga
terlalu beda ama Takeshita Dori, aku cuma foto-foto bentar dan kita mutusin untuk
pulang. Pulangnya lewat Ometesando station, kaum papa seperti aku cuma melongo
liat deretan deretan butik branded dan cafe-cafe keren, selain itu kanan kiri
jalan juga dipenuhi pepohonan yang daun-daunnya semua lagi kuning ditambah lampu-lampu
kerlap-kerlip yang menghiasinya karena mulai memasuki masa perayaan Christmas, duh
berasa sekali luar negerinya. lol.
And you
know? Sewaktu aku kembali ke apartemant Yosu dan berniat mandi dan rumah mereka
masih gelap, oh men padahal itu sudah hampir pukul 10 malam.
Dalam Kachi Kachi Ropeway |
Lake Kawaguchi |
Vegetable udon yang super enak |
Usagi band |
Jalanan menuju ometosando station |
Eksis harus!! |
Itadakimasu! and Good night |
3 Desember
2014
Hari ini
adalah hari terakhir kami di Tokyo, sedih juga karena ngga sempat hang out
bareng ama Yosu, katanya dia sibuk sekali, iya sih aku baca di references dia
di couchsurfing kalau pas weekday dia ngga bisa hang out bareng guest. Hari
terakhir ini kami akan ketempat ala-ala tourist, diawali dengan walking tour di
Asakusa, lol. Dari Otsuka lumayan jauh, dengan menaiki JR kemudian pindah ke
Tokyo metro menggunakan ginza line dan keluar di Asakusa station. Walking tour
dimulai dari Kaminarimon Gate yang gampang dikenali dari pintu gerbangnya
dengan lentera raksasa berwarna merah, disini sungguh terasa “tempat wisata”
nya karena banyak turis, melewati kaminarimon gate kita langsung disambut
dengan Nakamise street yang dipenuhi penjual aneka souvenir dan berbagai
makanan. Semua souvenir yang dijual keren dan lucu-lucu tapi ngga lucu di
dompet, aku cuma membeli beberapa gantungan kunci dan magnet kulkas, selain itu
aku juga nyobain kue kacang merah
gara-gara “nganga” melihat mesin yang pembuat kuenya, sentuhan manusia cuma di
awal dan terakhir sewaktu membungkus kue nya, sisanya dikerjakan mesin. Dari
sini juga terlihat skytree tower yang tinggi, lagi-lagi ada bapak-bapak
Japanese yang menawarkan untuk memotret kami sewaktu aku dah Isty gantian
foto-foto. Nakamise street berakhir didepan pintu gerbang Sensoji temple atau
yang biasa disebut Asakusa temple. Saat itu sedang banyak sekali anak sekolah,
kalau kata Isty dari pakaiannya ada dari SD sampai SMA.
Untungnya
kami berdua sama-sama ngga ada niat untuk ke temple nya karena berbagai alasan, hanya melihat-lihat
dari depan gerbang saja. Nah disini ada segerombolan anak-anak sekolah, kalau
di Indonesia mungkin SMA kali ya, sebenarnya Isty sudah mencari target anak
sekolahan untuk diajak foto bareng, itu loh seragamnya keren-keren, hihi.
“Sumimasen,
Excuse me, could we have a photo please?” tanyaku sambil memperlihatkan kamera
kepada gerombolan anak perempuan
“Haik haik,
yess yess” sahut mereka dengan wajah bingung, salah satu dari mereka dengan
potongan rambut sebahu, dia terlihat paling antusias. Awalnya aku mau gantian,
ketika Isty yang photo dengan mereka aku yang momotret, begitu juga sebaliknya.
tapi ternyata anak itu yang mau memotret. Ngga sadar tingkah kami diperhatikan
oleh rombongan ibu-ibu Chinese, ternyata mereka juga ingin mengajak anak-anak
sekolah itu photo bareng, dan kembali anak dengan rambut sebahu itu jadi tukang
fotonya, aku pun menawarkan untuk membantu memotret mereka berkali-kali, dan
setelah tugas ku selesai tiba-tiba aku jadi artis dadakan, satu persatu dari
mereka mau foto bareng denganku, katanya “ahh you are very kind, very kind”…
hihihi “xie xie,xie xie”
Kappabashi
Dori jadi tujuan kami selanjutnya, sayangnya aku terlalu males mengexplore
tempat ini, jadinya kita langsung menuju ke Akihabara yang merupakan “negeri
impian para otaku”, sempat nyasar saat mencari stasiun kereta terdekat tapi
syukurlah google maps nya kencang sekali dan sempat menemukan penjual takoyaki
seharga 300 yen. AKB48 cafe jadi tujuan wajib di Akihabara, keluar dari station
Akihabara kita langsung disambut big screen yang tidak henti menampilkan AKB48,
selain itu juga ada AKB48 theater dengan halaman luas dan teduh. Ngaso sebentar
makan takoyaki sambil menonton penampilan AKB48 melalui big screen, selain kami
berdua juga ada fans AKB48 yang heboh sekali mengikuti dance mereka, dan cowok itu
cuek-cuek saja. Lanjut jalan ke gundam cafe dan sightseeing sekitar Akihabara,
banyak toko-toko elektronik, gadget dan teman-temannya deh harganya juga sangat
bersaing.
Kembali ke Akihabara station lanjut lagi ke
Odaiba, dari sini kami pindah kereta ke Ginza line ganti kereta lagi di
Shimbashi station dan naik Yurikamome line, menurut aku keretanya keren sekali,
kereta otomatis tidak menggunakan sopir (wakakkaka sopir cuyyy, angkot keyless)
dan ngga di atas tanah ataupun dibawah tanah, tapi diatas, macam MRT atau
monorail tapi kayanya lebih tinggi lagi deh (kali), soalnya kita bisa melihat
aktifitas orang-orang dalam gedung-gedung gitu yang menurut aku keren abis
(katrok). Dari sini kami ke Odaiba seaside park yang khas dengan Liberty statue
nya, Fuji TV, DiverCity Tokyo Plaza dengan replika gundam dengan ukuran asli
tepat didepannya, wohoww. Saat itu sedang penuh sekali pengunjung mallnya, oh
iya aku juga menemukan poster TVXQ yang terpampang didepan mall DiverCity.
Angin sepoi-sepoi, kaki sudah capek, perut lapar, tiba-tiba ada bau daging
panggang, yang pas ketika aku dekati ternyata pork, huhuhu.
Pulang dari
Odaiba kami iseng mencari spot untuk melihat Tokyo Tower, ketika akan foto-foto
ehh lagi-lagi kita didekati oleh perempuan Japanese yang menawarkan untuk memfoto
kita berdua. Sekitar jam 8 malam akhirnya sampai di apartemant Yosu dan
selesailah perjalanan hari terakhir di Tokyo, lagi-lagi apartemantnya masih
gelap. Aku WA Yosu memberitahu bahwa aku akan ke Kyoto pukul 22.15, dia hanya meminta
maaf klo ngga bisa say goodbye dan menemani jalan-jalan di Tokyo, okay bro next
time aku balik lagi ye, hihihi. Aku meninggalkan satu sachet besar kopi Bali premium
yang ku beli saat di Surabaya untuk kenang-kenangan.
Sebelumnya
aku sudah booked tiket bis Tokyo-Kyoto melalui website willerexpress ketika di
Indonesia seharga 4.656 yen/person dengan tipe relax J122 yang departure nya di
Shinjuku Sumitomo Building 1F dan berhenti di
Kyoto di depan HOTEL CENTNOVUM Kyoto. Sengaja memilih yang departure dari
Shinjuku Sumitomo Building yang merupakan kantor willer express agar lebih
mudah dicari, dan perlu di ingat mereka tidak melayani pembelian tiket di
tempat, kalaupun kita tidak sempat membeli tiket sebelumnya mereka akan
menyuruh kita membeli melalui PC yang ada di kantor willerexpress.
Kami tiba di
Shinjuku station pukul 9.15 malam diantara crowded nya stasiun Shinjuku aku
menemukan restoran Unagi yang disudutnya menyajikan unagi yang khusus untuk
take away, aku semakin penasaran karena antrian pengunjung mengular, pastilah
makanannya enak, kapan lagi menyicipi unagi khas jepang yang tersohor itu.
Setelah memastikan dengan pelayannya bahwa tidak ada bahan yang “terlarang” aku
memilih bento Unagi seharga 1200 yen. Namun banyaknya pengunjung di restoran
tersebut hampir pukul 10 malam Unagi pesananku baru siap, lalu bergegas kami
menuju west exit dan mengikuti petunjuk ke TMG building seperti yang tertera
pada direction willer bis, dalam bayanganku kami cukup berjalan menyusuri west
exit lalu keluar stasiun dan taraaa sumitomo building tempat kantor willer bis,
ternyata tidak sesederhana itu, lorong keluar mengikuti arah TMG sangatlah
panjang, oh tidak tapi panjang sekali mungkin sekitar satu sampai dua kilo
meter, aku tidak bisa membayangkan jika ternyata jalan yang kami lalui ternyata
salah, yang ada dalam kepalaku hanyalah kami akan ketinggalan bis dan kemudian
harus menggelontorkan uang lagi untuk membeli tiket bis keberangkatan siang
keesokan harinya. Kami terus berjalan sambil sesekali berlari dan Alhamdulillah
keluar dari gedung aku melihat penanda Lawson, menurut petunjuk sumitomo
building tidak berada jauh dari Lawson dan kami tinggal mencari 1F floor,
sedikit ragu ketika menemukan gedung dengan tanda sumitomo tapi terlihat gelap
yang sebelumnya telah kupastikan dari bertanya dengan seseorang laki-laki yang
kebetulan lewat. Ternyata memang benar, hanya saja setelah memasuki gedung kita
harus turun menggunakan escalator karena ruang tunggu keberangkatan ada di
basement, sebelumnya kita harus check in lebih dahulu dengan menunjukkan kode
booking lalu menunggu di ruang tunggu yang persis berhadapan dengan ruangan
check in. Parahnya, baik boarding call (I know we are talking about bus)
ataupun layar yang berisi jadwal keberangkatan tapi semua menggunakan Japanese.
Kulirik jam tangan sudah pukul 22.05, tak peduli dengan pandangan orang-orang
satu ruangan, aku meminta kepada petugasnya untuk memberitahuku bila jadwal
keberangkatanku tiba dan Isty juga mengatakan bahwa dia ingin ke kamar kecil.
Namun sayang tidak berapa lama bis kami sudah siap, aku bergegas menuju bis
yang berada jauh dibagian luar dihalaman lantai dasar dengan membawa dua ransel
dan koper Isty, aku sudah mengirim sms ke Isty untuk segera menyusul ke bis dan
lalu memberitahu sopirnya bahwa temanku masih ada dikamar kecil. Syukurlah
sekitar 10 menit kemudian Isty datang, dan tidak butuh waktu lama kami langsung
tertidur di bis yang super nyaman ini.
Nakamise street |
Skytree |
Akihabara |
Akihabara |
Takoyaki, oishiii |
Foto bareng TVXQ lol |
New york KW1 |
My favorite action figure |
Sisa-sisa penjajahan perut yang lapar |
Bagian dalam willer bis |
4 Desember
2014
Hujan Kyoto
mengiringi langkah kami menuju Kyoto stasiun, aku benar-benar tidur nyenyak
selama hampir 9 jam perjalanan Tokyo-Kyoto. Kyoto adalah salah satu kota must
visit karena di kota ini kita seakan-akan kembali ke zaman Edo karena terdapat
elemen tradisional yang dapat ditemukan, tempat –tempat seperti temple, shrine,
castle bersejarah masih sangat terjaga dengan baik, suasananya sangat berbeda
dengan Tokyo, kota metropolitan yang sibuk dan dipenuhi gedung-gedung tinggi
nan modern, Kyoto lebih bersahaja.
Bis berhenti
tepat di depan Hotel Centnovum Kyoto yang berada
tidak jauh dari Kyoto station, dua hal yang ingin aku lakukan sesampainya di
Kyoto adalah pipis dan minum, pintar sekali,kami tidak membawa minuman sebagai
bekal. Gampang sekali menemukan minuman disini, dimana-mana ada vending
machine, mulai dari jualan minum, payung, snack, rokok sampai ice cream, benar saja
baru turun dari bis langsung menemukan vending machine yang menjual minuman.
Dari pemberhentian bis kami bingung arahnya kemana, hanya mmengikuti dua orang
cowok yang memanggul gitar besarnya yang tadinya satu bis dengan kami, hihihi.
Sebenarnya aku sudah memprint lokasi turunnya ini yang aku peroleh dari web
willerexpress, tapi jauh lebih gampang tinggal mengikuti orang saja. Ternyata
mereka menuju semacam basement hotel yang langsung terintegrasi dengan Kyoto
station, dan satu kata yang cuma bisa aku bilang, KEREN SEKALI!!! Ini stasiun
kereta yang menurutku mengalahkan airport di Indonesia, hahaha. Ketika sampai
disana baru sekitar pukul setengah delapan, niatnya akan ke rooftop Kyoto
station yang keren, tapi ternyata hujan bertambah lebat dan petugasnya pun
masih bersih-bersih. Sebelum jalan-jalan kami berencana ke Kyoto Tourist
Information yang terletak dilantai dua terlebih dahulu untuk membeli one day
pass bus dan bertanya how to get berbagai tempat wisata, tapi sayang jam buka
mereka masih lama, 08.30.
Dengan sok
taunya kami menaiki kereta dengan tujuan akhir Nara, setelah sebelumnya
menitipkan koper dan ransel di locker, kami berencana ke Fushimi Inari yang
berjarak sekitar 15 menit dari Kyoto station dan turun di station Inari yang
satu jurusan dengan kereta jurusan Nara. Didalam kereta banyak dipenuhi
anak-anak berseragam sekolah dan pekerja kantoran, tapi untungnya tidak se
crowded di Tokyo. Disepanjang sisi jalan hanya dipenuhi dengan rumah-rumah
tradisional Jepang dan sesekali pepohonan yang menghijau. Sudah hampir setengah
jam kereta tidak berhenti, beberapa kali kami melewati station tapi tetap tidak
berhenti, aku dan Isty sudah mulai khawatir salah naik kereta, tapi kami mulai
saling menenangkan, toh jika kereta ini terlanjur hanya berhenti di Nara kami
dengan senang hati akan mengexplore Nara saja. Namun tiba-tiba kereta berhenti
di station Rokujizo, kamipun dengan segera turun dan akhirnya memutuskan untuk
kembali naik kereta ke Kyoto saja melalui peron yang ada diseberang jalan.
Sesampainya di Kyoto stasiun lagi-lagi kami kesulitan keluar dari automatic gate,
karena suica card di tolak untuk di tap karena pada dasarnya kami belum ada
keluar dari gate dan agak sulit
menjelaskan dengan petugas stasiun yang sama-sama tidak lancar bahasa Inggris,
syukurlah dengan bahasa tubuh yang susah payah kami dipersilahkan keluar.
Tujuan kami saat ini hanya kembali ke Kyoto Tourist Informations agar mendapat
informasi dengan jelas karena hanya satu hari di Kyoto jadi jangan sampai ada
acara nyasar lagi untuk hari ini. Ternyata Kyoto Tourist Information sudah
dipenuhi oleh turis dari berbagai negara, disana di sediakan pula berbagai
leaflet tempat wisata, guide handbook berbagai bahasa, selain itu juga tersedia
petugas dengan bahasa Inggris, China dan Korea. Akhirnya kamipun keluar dari
Kyoto Tourist Information dengan riang gembira, puas dengan membawa one day
pass bus seharga 500 yen, bus route, dan Kyoto map yang penuh dengan
oret-oretan hasil berkonsultasi dengan petugasnya.
Perjalanan
di Kyoto dimulai dari Kinkakuji temple atau Golden Pavilion, dari Kyoto station
menumpang bis diterminal yang tidak jauh dari Kyoto stasiun, kami menaiki bis
nomor 101 yang ditunggu di selter B2 dan turun di halte Kinkakuji-Michi. Dari
Kinkakuji-Michi kita harus berjalan lagi sekitar 500 meter untuk memasuki area
kuil dan membayar tiket 400 yen. Dari jauh terlihatlah bagunan keemasan dengan
danau yang merupakan bagian dari taman Chisen Garden. Bangunan ini pada mulanya
adalah vila dari shogun Yoshimitsu dan paviliunnya sengaja dilapisi emas untuk
menunjukkan kejayaan shogun tersebut. Disana kami banyak sekali bertemu
anak-anak sekolah yang sangat antusias mengexplore tempat itu walaupun hari
mulai hujan. Disini pula aku membeli cokelat matcha yang super lezat dan teh
hijau yang tidak kalah enak seharga 1000 yen >_<. Puas mengexplore
kinkakuji dan Chisen Garden perjalanan dilanjutkan ke Gion dengan menumpangi
bis nomor 12. Tenang saja, di halte bis sudah tertera nomor-nomor bis serta
jurusannya. Dari yang aku perhatikan sebagian besar dari anak-anak sekolah
tersebut mereka dibagi perkelompok untuk mengeksplore berbagai tempat dan
dibekali buku “how to ride”. Kalau disini mungkin lebih memilih untuk bolos ke
warnet atau nongkrong kali ya, toh ngga ada gurunya juga, hehehe (ngga lah ya).
Sesampainya
di Gion kami mampir sebentar di kuil Yasaka namun hujan semakin lebat, akhirnya
kami hanya berjalan menyusuri teras toko-toko disepanjang sisi jalan, sesekali
singgah untuk sekedar melihat-lihat souvenir ataupun makanan yang kira-kira
bisa aku makan, dan hanya bisa berharap mendapat keberuntungan bertemu Geisha. Kami
terhenti didepan restoran India karena sang sales mengatakan bahwa mereka
memiliki chicken biryani yang halal, namun setelah kami masuk ke restorannya
pelayannya mengatakan bahwa chicken biryani no halal dan yang halal hanyalah
mutton curry seharga 1000 yen dan kemudian memesannya, oh okay kami di Jepang
dan makan makanan India, bahkan ini pertama kalinya aku makan makanan India,
agak lucu juga sih melihat orang kulit sawo matang dengan penuh brewok Indian
looks tapi bicara sangat sopan dengan Japanese yang sangat fasih.
Dari stasiun
Gion Shijo yang berada di Gion kami menaiki kereta Hankyu line untuk menuju
Fushimi Inari, tiba di stasiun Tofukuji lalu pindah kereta JR local dan turun
di stasiun Inari, dan berjalan kaki sekitar 2 menit menuju kuil. Mudah bukan?
Ya, akhirnya kami tahu penyebab kami tersesat. JR di Kyoto maupun Osaka ada
tiga macam, local line yang berhenti disemua station-station kecil, semi
express line dan express line yang hanya berhenti di beberapa station. Sewaktu
sebelumnya menaiki kereta, harusnya kami menaiki kereta JR local line tapi
malah menaiki semi express line.
Fushimi
Inari adalah sebuah kuil yang berada di gunung Inari dan merupakan salah satu
kuil penting penganut Shinto. Disini terdapat ribuan torri yang berwarna merah
yang membentuk lorong-lorong panjang. Torri-torri ini merupakan sumbangan dari
berbagai pengusaha dan perusahaan, terlihat dari nama-nama penyumbang yang
ditulis pada Torri tersebut dengan huruf Kanji. Aku banyak mendapati
orang-orang dengan memakai yukata dan tentu saja tidak lupa untuk berfoto
bersama, hahaha. Selain itu aku juga banyak mendapati turis Malaysia yang mudah
dikenali dengan kerudungnya dan sempat berkenalan dengan mereka, namun aku agak
tidak suka ketika salah satu dari mereka menanyakan kepada temannya yang
berkenalan denganku dari mana aku berasal, “Indon” bisiknya
Aku hanya
tidak suka dipanggil Indon! Entahlah, menurutku itu bukan panggilan yang baik. kenapa
ngga dibilang “Indonesia” aja gitu!
Kami kembali
ke Kyoto station untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Osaka menggunakan
shinkasen, bullet train yang sangat terkenal. Tadinya kami hampir (lagi-lagi)
salah naik kereta, namun oleh
pertolongan ibu-ibu Japanese yang fasih berbahasa Inggris kamipun diberitahu
peron yang benar. Kyoto-Osaka merupakan rute terpendek yang ditempuh shinkasen,
dengan tiket non reserved seat shinkasen nozomi seharga 1.380 yen perjalanan
dari Kyoto-Osaka yang harusnya ditempuh 2 jam dengan shinkasen hanya perlu 15
menit. Kami tiba di Shin-Osaka station sekitar pukul 8, setelah memberitahu
Shaz, calon host kami selama di Osaka, yang berjanji bertemu di stasiun Nagase.
Dari stasiun Shin-Osaka menggunakan kereta Osaka loop line dan kemudian pindah
kereta Kintetsu line local di stasiun Tsuruhashi menuju stasiun Nagase sekitar
25 menit, Nagase merupakan stasiun kecil dipinggiran pusat kota Osaka, tipikal
kawasan pendidikan yang perlu 30 menit untuk menuju kawasan Namba. Aku agak
sedikit nervous menunggu Shaz, bermacam pikiran di kepalaku, apalagi aku orang
yang sulit berkomunikasi dengan orang baru. Tapi ternyata pikiran-pikiran itu
langsung lenyap begitu saja ketika Shaz dengan ramahnya menyapa kami, tak perlu
waktu lama untuk menjadi akrab dengannya. Sekitar 8 menit berjalan kaki dari
stasiun ke rumahnya yang terletak didalam gang yang agak sempit namun sangat
bersih. Rumah Shaz lumayan besar dua lantai dengan pintu geser yang biasa aku
lihat di film-film drama Jepang, dia tinggal bersama seniornya yang sama-sama
berasal dari Malaysia. Dia pun menunjukkan tiap sudut rumahnya, aku dan Isty
akan tidur di futon yang berada dibagian depan kamar Shaz yang di pisahkan
pintu geser dengan kamarnya, dia pun mempersilahkan kami do what we want dan
tentu saja Isty langsung masak mie yang dirindukannya dan dibawa dari
Indonesia. Malam yang dingin di Osaka dengan kehangatan teman baru.
Fushimi Inari |
Mutton Curry |
Shinkasen Nozomi |
Bagian dalam shinkasen Nozomi |
Rumah Shaz |
5 Desember
2014
Pagi pertama
di Osaka dan itu 2 derajat!!!
Setelah
bangun untuk sholat subuh, aku kembali bermalas-malasan didalam selimut dan
ketiduran lagi. Rasanya buruk sekali tinggal dirumah orang tapi keliatan sekali
pemalasnya, ahh tapi dinginnya pagi ini benar-benar membuatku gila. Namun mau
tidak mau akhirnya aku harus beranjak mandi karena Isty yang rajin sekali sudah
mandi lebih dulu. Hari ini kami akan nonton Super Junior, wohooooo!!!
Aku sempat
ngobrol dengan Shaz tentang kehidupan mahasiswa Malaysia di Jepang dan
kebetulan dia hari ini tidak ada kelas tapi akan keluar dengan teman-temannya.
Sebelumnya karena Zureq yang mencarikan
kami tiket tidak bisa nonton di hari Jumat dan memberikan tiketnya langsung
kepadaku, aku kemudian memberikan alamat Shaz agar tiketnya bisa dia kirimkan
ke rumah Shaz lebih dahulu saja yang tentunya dengan persetujuan Shaz lebih
dulu. Shaz pun menanyakan perihal tiket tersebut.
“What’s
concert? Japanese band?”
“No, Korean
band” jawabku nyengir
“Korean
band?”
“Yeah, Super
Junior”
“What!!!!”
sahutnya surprise “So many girls in here crazy about them” Hahaha, fans super
junior memang terlalu banyak disini.
Sekitar
pukul 11.30 aku dan Isty ke Kyocera Dome, sengaja kami datang lebih awal
mengantisipasi nyasar, dengan dua kali pindah line menggunakan Osaka loop line
di stasiun Tshuruhashi lalu di stasiun Tennoji, nah disini aku melihat counter
penjualan waffle di samping tangga menuju peron yang ternyata enak sekali!!
Namanya Manekken waffle, fresh from the oven, harganya lumayan juga sih tapi waffle
dengan cokelat belgianya benar-benar lezat, highly recommended! Dari Tennoji sampailah kami ke Taisho station
dengan kurang lebih 45 menit (plus nganga dan antri beli waffle), sempat
bingung-bingung juga sih pindah line tapi petugas stasiun nya benar-benar
helpful sekali, waktu di Tennoji station bahkan kami langsung didatangi
petugasnya yang sepertinya melihat kami kebingungan, and he said “Can I help
you?”
Awalnya aku
agak khawatir menuju Kyocera karena yang aku baca di wikipedia dari Taisho station
harus jalan kaki lagi sekitar 7 menit, tapi ternyata tidak sesulit yang
dibanyangkan karena petunjuk untuk menuju Kyocera sangat jelas, yeah lagi pula
sebagian besar dari penumpang yang turun di Taisho ternyata juga mau ke
Kyocera, terang saja bisa dilihat dari segala macam pernak pernik super junior
yang mereka pakai. Keluar dari stasiun lalu menyebrang jalan dan ikuti saja
jalan sampai lampu merah lalu menyebrang melewati jembatan dan taraaaa ini lah
Kyocera dome yang keren dan siap menampung 50.000 elf hari ini.
Memang masih
belum terlalu banyak yang datang, hanya antrian yang mengular di both penjualn
goodies, bahkan jacket yang seharga hampir 800ribu sudah sold out dan beberapa
item lain sudah limited edition.
Mereka bukan
hanya membeli, tapi memborong!! Masing-masing membawa satu goodie bag penuh,
OMG. Keinginan membeli goodies harus ditahan karena lebih baik uangnya
digunakan untuk yang lain, lagipula nantinya juga bakalan dapat free
lightstick. Hal yang paling spesial menonton konser di Jepang adalah banyaknya
orang yang memakai codsplay, identik dan detail.
Berbeda
sekali sewaktu menonton si Singapore, banner dan semacamnya pun sama sekali
tidak ada, kalau disini feel nya sangat terasa, mulai dari penonton yang
datang, suasananya dan bahkan mall Aeon yang tepat berada disamping Kyocera pun
dipenuhi foto-foto super junior dan mengadakan sale serta diskon 10-20% selama
tiga hari selama konser.
Sebenarnya
konser dimulai pukul 6 sore dan gate baru akan dibuka pukul 4 sore, untuk
membunuh waktu aku dan Isty jalan-jalan di Aeon yang dipenuhi banyak orang.
Entah apa tiba-tiba kakak perempuan mem’BBM minta beliin coat, oh good, aku
yang bokek tralala disuruh beli coat ditambah lagi setelah aku cek di counter
khusus penjualan coat dan parka harga paling murah 7000 yen. Sedangkan Isty sibuk mencari oleh-oleh
pakaian untuk ayah dan adiknya, tapi ujung-ujungnya kami masih mempertimbangkan
untuk beli, toh uangnya juga belum cukup, rencananya besok kami mau ambil uang di
ATM, dan berhubung saldo atm masih kurang untuk ditarik (karena minimal
penarikan 10.000 yen) aku harus menghubungi “penyelamat” ku Risna teman
kantornya yang selalu standby untuk dimintai tolong kirim uang dan diganti
ketika sudah sampai di Indonesia, hehe. luph you risnaaaa :D Diwaktu
leyeh-leyeh didekat pintu masuk Aeon tiba-tiba kami disapa Bapak-bapak
“Di Jepun
sekolah atau nak lihat Super Junior”
Aku bilang
saja kalau kami sebenarnya liburan tapi kebetulan ada konser dan kami nonton.
Kemudian Bapak-bapak itu cerita kalau dia dari Malaysia dan sedang menemani
anaknya nonton Super Junior, aku lirik sang anak yang terlihat sangat cuek
dengan kami, dia memakai ransel yang masih lengkap dengan tag business class
Malaysia airlines, uh itu mungkin cukup menjadi alasan kenapa kami dicuekin.
Hampir jam
empat sore aku menyempatkan ke toilet d bagian dalam dome, ternyata disana juga
banyak elf yang duduk-duduk ataupun sekedar packing barang belanjaan untuk
diletakkan dalam locker, bagian yang paling mengesankan adalah sewaktu sampai
di toilet wanita, bersih dan banyak sekali, berpuluh-puluh sepertinya. Aku
kembali ke Kyodepan gate cera disana semakin banyak orang-orang yang memenuhi
halaman Kyocera dome, dan kami langsung menuju gate 4 sesuai tiket yang aku punya,
beberapa kali aku memastikan lagi dengan staff didepan gate apakah aku antri
ditempat yang benar, seperti biasa tasku melalui pemeriksaan dan diberikan free
lightstick. Dari gate masuk ada banyak pintu masuk ke venue, aku kembali
mencocokkan kanji di tiket dengan pintu masuk, namun kemudian petugasnya yang
mungkin melihat kami kebingungan membantu mencarikan seat kami. Ternyata venue
nya besarrrr sekali, jauh lebih besar dari bayanganku. dua big screen di
samping main stage mulai menayangkan tulisan-tulisan kanji, yeah I don’t
understand at all. Kalau menurutku sound nya jauhhh lebih keren daripada di
Singapura. Hmm.. seatnya? not bad lah ada dilantai satu dan banyak kursi masih
terlihat kosong, mungkin karena semua ticket adalah numbered, elf japan yang di
duduk di disamping Isty membagi-bagikan snack sementara menunggu konser mulai. Aku
menemukan ada kertas dengan tulisan kanji yang menempel di kursiku, di kursi
Isty juga, dan di semua kursi malahan. Awalnya aku pikir itu hanyalah tulisan
tentang larangan-larangan selama konser tapi rupanya itu adalah project Elf
Japan dan diangkat sewaktu encore, begitu kata Elf yang duduk disamping Isty
menjelaskan.
Pukul 6
tepat konser dimulai, suasana didalam venue benar-benar meriah, kilauan
lightstick dengan warna biru saffire nya sungguh mengagumkan. Impianku untuk
menjadi salah satu bagian dari Sapphire blue ocean Alhamdulillah benar-benar
tercapai. Selain tampil bersama, masing-masing member juga tampil solo,
penonton pun juga benar-benar tertib, sungguh suasana yang sangat menyenangkan,
bahkan member super junior pun memakai baju goodies super show Osaka pada
beberapa penampilan. Pada akhir konser nampaklah project elf japan, yaitu
ribuan kertas yang membentuk tulisan SJ <3 aku="" bagaimana="" dan="" henry="" ingat="" masih="" melihat="" o:p="" siwon="" tercengang="" tersebut.="" tulisan="">3>
Empat jam benar-benar
terasa cepat berlalu dan konser super show hari pertama sudah selesai. Aku
sempat khawatir membayangkan akan berdesakan keluar dari venue dan masuk gate
menuju train seperti di Singapura lalu, tapi lagi-lagi aku salah, sekeluarnya
aku dari venue terlihatlah lautan manusia namun semuanya tertib, tidak ada desak-desakan
sama sekali, semua telah diatur sedemikian rupa, beberapa orang petugas
memegang tanda petunjuk jalan dan dengan sigap mengarahkan bagi yang akan ke
stasiun subway, JR ataupun taksi. Kali ini aku kembali menggunakan JR, dijalan
pulang menuju stasiun para petugas berjaga disetiap lampu merah dan membantu
dipenyeberangan jalan bahkan sampai ke stasiun. Aku benar-benar terkesan
bagaimana mereka menangani sebuah event, dari mulai announcement sampai konser
selesai dan memastikan bahwa semua penonton aman sampai sekembalinya.
Malam itu
aku tiba di rumah Shaz agak larut, hampir pukul 11, agak kurang enak memang dan
beberapa kali minta maaf, tapi dia nampak tidak keberatan, begitu pula dengan
seniornya yang baru saja datang. Aku sempat berbincang dengannya tentang
berbagai hal, tentang banyaknya Malaysian yang kuliah di Jepang, tentang
beasiswanya dan lain-lain, sangat menyenangkan. Mereka mungkin host yang
terlalu baik dan kami guest yang kurang ajar, hahaha
Our ss6 Osaka ticket |
Codsplay ala Eunhyuk |
SS6 Osaka Goodies |
Manekken waffle yang super lezat |
Elf Japan project |
Benda wajib yang sealu di bawa nonton ss6 |
Sapphire blue ocean, finally! |
6 Desember
2014
Pagi di
stasiun Nagase yang dingin, satu bar snack cokelat seharga 150 yen yang kubeli
di vending machine cukup mengganjal perutku. Hari ini aku dan Isty berencana ke
Osaka castle yang bisa ditempuh selama 15 menit dengan JR train menuju
Tsuruhasi station lalu pindah loop line dan turun di Osakajokoen station, sebelumnya
kami juga membeli okonomiyaki yang tidak jauh dari stasiun kereta sebagai
bekal.
Dari
Osakajokoen harus berjalan kaki lagi melewati taman yang dipenuhi dengan
pohon-pohonnya yang menguning dengan dedaunannya yang jatuh berserakan, ada
pula sekelompok anak-anak yang sedang bermain baseball. Sebenarnya area ini
juga terdapat Nishinomaru garden yang katanya spot yang keren untuk ber”hanami”
saat spring dan Osaka hall yang biasa digunakan untuk event-event tertentu atau
konser music. Osaka castle sudah mulai terlihat berdiri dengan kokohnya, tapi
ternyata masih sangat jauh mungkin sekitar 20 menit berjalan kaki dari mulai
keluar stasiun.
Castle yang
sekarang berubah fungsi jadi museum ini surrounded by secondary citadels,
gates, turreti.impressive stone walls and moats. Memasuki area Osaka castle ada
beberapa penjual jajanan dan mereka juga menyediakan kursi-kursi untuk makan.
Disini akhirnya aku bisa mencoba beer, tenang beer ini benar-benar 0% alcohol,
hanya soda dengan sensasi rasa beer. Penjualan “beer” jenis ini pun semakin
meningkat di Jepang seiring banyaknya warga Jepang yang sadar akan kesehatan.
Kami memutuskan untuk duduk-duduk dulu setelah perjalanan (yang menurut kami )
melelahkan hehe, makan okonomiyaki dan oden yang dibeli seharga 300 yen untuk 3
macam oden. Disini kami kami banyak bertemu turis dari Malaysia yang bisa
langsung dikenali dengan kerudungnya, iseng aku sering menyapa mereka
“Malaysian”
tanyaku? Dan memang benar, semua yang aku sapa berasal dari Malaysia. Berbeda
sewaktu aku ke Korea tahun 2012 lalu dimana-mana bertemu orang Indonesia. Kami
memilih untuk tidak masuk kedalam tower dan hanya melihat-lihat bagian luar.
Uniknya, petugas kebersihan disekitarnya memakai semacam baju zirah layaknya samurai.
Puas berkeliling di Osaka castle tidak terasa sudah hampir pukul 1 siang, aku
harus bergegas ke Kyocera dome untuk nonton SS6 day 2. Saat kembali menuju
jembatan ke Osaka castle kami terhenti melihat tempat penyewaan konstum dengan
berbagai pilihan dari konstum ninja sampai kimono, dengan 1000 yen kita
dipakaikan kostum dan bisa foto-foto disekitar jembatan sedangkan dengan
menambah 500 yen kita mendapatkan cetak foto dengan latar Osaka castle. Awalnya
malu juga sih karena banyak mata memandang, ibu-ibu yang membantu kami
memakaikan kosntum menyuruh kami berjalan-jalan dan foto-foto disekitar
jembatan, tapi setelah melihat ada beberapa Chinese yang dengan hebohnya
foto-foto disana jadi ikutan juga.
Aku dan Isty
akhirnya berpisah di Osakojokoen station karena Isty juga akan jalan-jalan ke
Namba dan Universal city walk.
Ss6 day 2
hari ini berbeda dengan hari sebelumnya, kali ini gate dibuka pukul 2 siang dan
konser dimulai pukul 4 sore. Namun dari pengalaman kemarin, sampai di Kyocera
aku tidak langsung masuk ke venue tapi jalan-jalan sebentar di Aeon sambil melihat-lihat
coat pesanan kakakku (lagi), koper dan baju titipan Isty yang telah kami incar
kemarin, rencananya setelah memastikan barang yang cocok aku akan kembali lagi
seusai konser, karena locker sudah penuh untuk menitipkan barang.
Tiketku
untuk hari ini di gate 15 dengan pintu masuk di 55, wow butuh waktu lama to
reach the gate karena jauh sekali darii pintu masuk, aku bahkan tidak yakin apa
masih ingat jalan untuk keluar. Seatku kali ini lumayan lebih bagus, aku dapat
lebih jelas melihat ke stage, karena konser 1 jam lagi baru mulai masih banyak
seat-seat kosong disekitarku. Iseng aku memfoto stage untuk di upload di path.
Oh God! ternyata ada seorang laki-laki mendatangiku dan berbicara dengan bahasa
Japan, rupanya dia menyadari bahwa aku tidak mengerti lalu kembali bertanya dengan
bahasa Inggris. Ternyata dia adalah security dan memintaku menghapus foto yang
baru saja aku ambil, katanya tidak boleh mengambil foto. Deg, aku langsung
panas dingin dan kukatakan bahwa konser masih belum mulai, tapi katanya lagi
jika musik sudah dimulai artinya no camera and no video. Oh bagus, daripada
berurusan dengan security akhirnya ku hapus saja fotonya dan meminta maaf.
Terakhir dia bilang jika ketahuan aku mengambil foto lagi aku akan diseret
keluar. Hufh. Setelah menenangkan diri dengan bayang-bayang deportasi
dikepalaku (lebay), seorang perempuan duduk disebelahku. Belakangan aku tahu kalau
dia berasal dari Australia dan sedang masa liburan sekolah, setelah ini akan ke
Korea lalu ke Bangkok untuk nonton SS6 lagi, wowww… Ternyata dia seru dan tidak
berhenti mengajak mengobrol sampai konser mulai. Konser hari kedua ini tidak
jauh berbeda dengan hari pertama, hanya
saja day 1 tidak ada Mamacita karena Donghae cedera, dan hari ini ada
mamacita!! yuhuuu… Kembali, project elf japan hari kedua ini pun sama seperti
kemarin hanya dengan tulisan yang berbeda, tapi ya tetap saja keren.
Seusai
konser ternyata tidak seperti bayanganku, keluar venue belok kiri langsung ke
Aeon. Para petugas sudah mengerahkan massa penonton sesuai jalur mereka,
mungkin karena gate masuk berbeda dengan hari sebelumnya memuntuk aku
benar-benar bingung, dimana ini? mana jalan menuju mall? Aku pasrah saja
mengikuti jalur petugas yang menunjukkan arah JR, toh mungkin aku sudah tidak
berjodoh untuk belanja dan uangnya tetap tersimpan. Rupanya pintu keluar dari
gate 15 ada dibagian belakang dome, jadi petugas tadi mengarahkan penonton ke
bagian depan dome menuju subway station, JR dan pangkalan taksi. Aku langsung
mengambil langkah cepat kembali ke Aeon melalui eskalator di depan dome,
ternyata disana juga sudah dipenuhi oleh banyak orang. Yang mengesankan sewaktu
aku mau membei baju berbahan flannel yang sedang diskon (jika dirupiahkan tidak
sampai 200 ribu), kebetulan yang dipajang untuk warna yang aku mau tidak ada
ukuran L, aku lalu menanyakan ke petugasnya
yangberdiri didekat kasir apakah ada ukuran L, dia hanya menyuruhku menunggu
sebentar, aku pikir dia akan ke gudang untuk mencarikan atau tumpukan baju
seperti yang sering kulihat di mall-mall Indonesia, tapi ternyata dia hanya
men’scan barcodenya dan ternyata available dan mengambilkan di tempat dekat
pajangan baju dan itu tidak sampai 1 menit! voilaaaa. Begitu pula saat membeli
koper dan coat, mereka benar-benar helpful dan sabar walaupun cuma komunikasi
dengan bahasa isyarat.
Aku kembali
pulang agak larut malam, ternyata Isty sudah lebih dahulu sampai. Malam ini
malam terakhir menginap di rumah Shaz, kembali senior Shaz yang menemani kami
mengobrol sambil dia menyetrika baju.
Taman sekitar Osaka Castle |
Nonton baseball dulu >_< |
Osaka Castle |
Foto Bareng Para "Pengawal' Raja hahaha |
7 Desember
2014
Pesawat
Jetstar yang akan membawaku dari Kansai ke Singapore akan flight pukul 13.20,
pagi-pagi kami berdua sudah mulai bersiap, tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan
di rumah Shaz, aku pikir dia sudah ke kampus, namun setelah ku WA ternyata dia
masih tidur, kutinggalkan satu jilbab dan gelang dari batu khas Kalimantan di
atas meja belajarnya. Tidak berapa lama dia turun untuk mengucapkan selamat
tinggal dan melanjutkan tidur kembali, mungkin dia kelelahan karena hari
sebelumnya pulang larut malam.
Dari Nagase
station ke Kansai airport lumayan jauh, sekitar 60 menit, disini kami bertemu
dua orang perempuan korea yang juga akan ke Kansai, tapi sepertinya mereka
sudah diburu waktu, aku sempat berbincang dengannya dan seorang laki-laki
Jepang yang nyerocos dengan bahasa Inggris, aku tidak bisa menangkap dengan
jelas apa yang dibicarakannya, hanya kemudian perempuan Korea itu mengajak kami
turun ketika kereta berhenti dan berlarian pindah ke gerbong bagian depan
dengan tempat duduk yang saling berhadapan, berbeda dengan gerbong yang kami
tumpangi sebelumnya yang hanya seperti JR train biasa. Didalamnya memang banyak
turis western dengan backpack segede gaban dan beberapa Chinese dengan
koper-kopernya, mungkin ini gerbong khusus untuk ke Kansai mungkin. Sampai
sekarang aku juga masih belum mengerti. Sesampainya di Kansai aku langsung ke
bagian barat mencari counter check in Jetstar. Airport Kansai tidak kalah
megahnya dengan Haneda dan disini juga ada musholla. Penerbangan ke Singapura
ternyata dipercepat 10 menit dan antrian di counter check in masih mengular,
saat itu sudah hampir pukul setengah 12 dan perutku mulai mulas karena gugup.
Takut tidak mengerti dengan bahasa Inggris mereka, takut telat, takut melewati
antrian imigrasi, tapi hasilnya tidak semenegangkan yang ku khawatirkan,
setelah check in bagasi mereka mengatakan bahwa bagasi kami bisa diambil di
final destination, di imigrasi pun aman-aman saja, hanya pemeriksaan x-ray yang
antri sangat lama. Sebelum memasuki waiting room aku membeli Tokyo banana
seharga 1.000 yen/pax yang bisa dijual di beberapa counter oleh-oleh, selain
Tokyo banana juga ada snack-snack lain seperti cokelat matcha dengan almond
yang juga seharga 1.000 yen. Setelah sampai diruang tunggu dan membeli sebotol
green tea di vending machine terdengar boarding call menuju Singapore. Japan
sayonara..
Nightmare in
Singapore!
Kenapa
dibilang nightmare? Pesawat kami transit di NAIA Manila selama satu jam, selama
satu jam kami dipersilahkan menunggu di ruang tunggu dibagian depan garbarata
dengan line pembatas, jika ingin ke toilet akan diberikan kartu dan kemudian
dikembalikan lagi. Setibanya di Changi
kami tidak langsung menuju imigrasi tapi memilih makan dahulu di
foodcourt walaupun sudah hampir jam 10 malam, karena sepertinya masih ada waktu
untuk sholat dan makan sebelum menuju hostel favorite ku Gusti bed and
breakfast yang hanya berjarak 3 menit dari stasiun MRT lavender yang sudah ku
booking sebelumnya dan aku juga sudah make sure ke reseption nya kalau aku
bakalan check in sekitar pukul 11.30 malam dan mereka mengiyakan. Namun sayang
sesampainya didepan tangga menuju pintu masuk hostel yang terletak di lantai 2,
tak seorangpun menjawab belku, buruknya lagi internet roaming di hadphone ku sudah tidak
berlaku lagi untuk menghubungi reseptionnya via WA. Aku hampir frustasi dan
memutar otak dimana mesti tidur malam ini, ingin kembali ke airport tapi tidak
yakin apa masih ada MRT yang beroperasi ke airport, ditambah lagi tatapan
cowok-cowok India yang berjalan melewati kami menambah seram suasana. Tapi
tidak berapa lama salah seorang karyawan dari Antoinette, cafe and bakery yang
ada dilantai dasar menghampiri kami dan mencoba menghubungi reseptionnya,
dengan entengnya mereka bilang bahwa reception sudah tutup dari jam 9. What!!
Padahal aku kan sudah ngasih tau kalau bakalan datang midnight, namun kemudian mereka
memberitahu bahwa ada hostel yang hanya berjarak satu blok dari sana dengan
reception yang buka 24 jam.
Setelah
mengucapkan terima kasih berulang kali dengan mba dari Antoinette, kami
bergegas menuju Mercury hostel, kami disambut seorang receptionist Chinese, dengan
rate 25sgd perbed/night plus breakfast, kami diberikan kamar dilantai dua kam.
Sebelumnya kami kebingungan karena mereka meminta deposit 30sgd sedangkan uang
yang kami miliki hanya 20sgd, setelah berdiskusi dengan temannya dia akhirnya
mau dideposit dengan 500rb rupiah, wewww.
Suasanya
temaram disepanjang lorong dilantai dua mulai memuntukku berpikir macam-macam,
toh ini sudah lebih baik daripada tidur diemper jalan. Satu dorm kamar female
only terdapat 2 buah tempat tidur bunkbed, seorang wanita (lagi-lagi) Chinese ada
lebih dulu dikamar tersebut. Gue mulai berkenalan dengan English terbata-bata
bercerita bahwa dia menghabiskan satu bulan di Singapore untuk liburan,
sepertinya dia cukup excited karena jadi punya teman sekamar, entahlah yang
jelas sewaktu bangun pagi-pagi dia mulai mengomel dengan bahasa Chinese karena
terganggu dengan suara berisik dari kami yang mulai berkemas, well aku sudah
tidak kuat lagi untuk sekedar mandi, rasanya hanya mau merebahkan diri dikasur
yang sudah berpisah selama satu minggu. Goodnight Singapore.
8 Desember
2014
Sekitar
pukul tujuh pagi kami berdua terbangun, setelah mandi dan dandan cantik
kami berencana sightseeing sebentar. Setelah lumayan terang barulah terlihat
bahwa hostel ini lumayan keren, kamar mandinya juga lumayan banyak dan bersih.
Saat kami turun sang reception kembali mengingatkan bahwa jam check out pukul
12 siang
“we will
back about 9” sahutku. Sejak tadi malam orang itu memang terlihat kurang
bersahabat, atau mungkin tampang kami yang kelihatan kere? who’s care!
Tujuan kami
kali ini kemana lagi kalau bukan ke merlion statue! Hahaha. Sewaktu aku
travelling ke Singapore lalu aku memang sengaja tidak ke merlion karena
menurutku terlalu banyak turis and too mainstream as well, tapi karena ini
request dari Isty, yuk lah. Dari Lavender station menuju City hall station,
keluar belok kanan dan berjalan menyusuri tepi sungai dan menyeberang jembatan
lalu berjalan kearah kanan dan melewati lorong pendek, tidak jauh dari sana ada
starbuck dan turun saja kebagian bawah, dari sana sudah terlihat si singa yang
tersohor,hahaha. Walaupun ini masih tergolong pagi (menurutku) ternyata sudah
banyak serombongan ibu-ibu turis dari Indonesia dengan kacamata hitamnya. Kalau
kata Isty sih dia kecewa, katanya tidak sekeren yang dibayangkan dengan airnya
yang keruh. Kami hanya foto-foto sebentar dan melihat-lihat souvenir yang
dijual didekat sana, membeli nasi lemak seharga $2,5 di lavender station untuk
dimakan di hostel dan bergegas kembali ke airport untuk penerbangan lanjutan ke
Surabaya pada pukul 11.
Last minute
person.
Okay,
setelah menjelajahi Banjarmasin-Bandung-Surabaya-Kuala Lumpur-Haneda,
Osaka-Singapura-Surabaya, baru kali ini delay!! and you know, pesawat yang
harusnya membawa kita jam 4 sore ke Banjarmasin baru sampai di delay 3x dan
dipastikan take off jam 7 malam, sebenarnya ngga heran sih kalau si “singa
udara” yang raja delay itu ngedelay dan kita juga udah antisipasi beli tiket
jam 4 supaya ngga kesorean sampai di Surabaya, tapi ngga nyangka juga bakalan
separah ini, aku sih udah mikir dapat kompensasi 300ribu perak, hehe. Karena
sudah terlanjur bosan aku dan Insty memilih keluar waiting room untuk
berjalan-jalan membeli camilan sekaligus menunggu untuk sholat magrib di
musholla. Setelah sholat magrib tidak sengaja aku mendengar pembicaraan orang
di depan kami bahwa penerbangan mereka ke Banjarmasin dipercepat dan namanya
sudah beberapa kali di umumkan di final call namun mereka menuju gate yang
berbeda dengan kami. Tiba-tiba aku jadi curiga jangan-jangan penerbangan kami
juga di percepat, sambil berlarian menuju waiting room dan ternyata sudah agak
sepi, betul saja penerbangan kami juga dimajukan yang menurutku tanpa
pemberitahuan lebih lanjut melalui boarding call. Kami juga hanya diberi snack
untuk kompensasi, selain aku dan Isty ada juga seorang laki-laki di bis yang
akan mengantar kami ke pesawat, dia juga mengomel bahwa tidak ada pemberitahuan
penerbangan dipercepat. Seperti yang sudah kuduga, puluhan pasang mata
memandang kami sewaktu didalam pesawat, tapi ada beberapa orang yang
bisik-bisik “ngga salah mereka juga sih kan diumumkannya jam 7 baru flight”
fuih!! Semoga singa udara bisa meningkatkan pelayanan mereka dan pemerintah
juga harus mengevaluasi kinerja mereka, ini masalah klasik yang sepertinya
terus dibiarkan saja tanpa ada tindakan yang bermakna.
Satu jam
dipesawat dari Surabaya-Banjarmasin juga kemudian dilanjutkan dengan naik
angkutan menuju Paringin selama 4 jam dan ke Tanjung (Isty) selama 5 jam. Aku
juga benar-benar menikmati perjalananku kali ini, karena trip ini memang “do
what we want”. Banyak pengalaman-pengalaman unik selama travelling di Jepang
berdua dengan Isty, ada kalanya kami diam-diam’an karena hal kecil, teman
galau, teman kalap, dan yang terpenting dia travelmate yang paling menyenangkan
sampai saat ini ^^. Pengalaman-pengalaman lainnya mungkin cukup aku simpan
sendiri, misalnya seperti aku yang terpesona dengan Yosu *ups* lupakan
lupakannnnnn!!! hahaha. Sampai jumpa di cerita wiwin berikutnya di Hakuba,
Gokayama dan Seoul tahun depan, amin.., ciaobella, sayonara.
Hahahaha...paragraf terakhir gagal fokus karena ada Yosu :p hahahhaha next you should join backpacker group to Mecca-Medina ya neng :D
BalasHapusah kak yuyunnn, harus harus... amin ya Allah...
HapusMba saya dari Kalteng mau tau donk kmrn visa nya via travel apa ya? Sama mau donk contekan Itin nya saya juga mau ke semua rute yang mba kunjungin boleh email ke noviyanty.nov17@gmail.com ya mba #Arigato 😊
BalasHapusHalo mba vivi makasih sudah mampir di blog saya, kemaren saya urus via dwidaya tour. Kalau itinnya kayak yg saya tulis di blog ini.... catatan di saya cuma garis besarnya, untuk detailnya saya nyontek di buku claudia kaunang, wenika yudha ama di blog nya mba vicky di jejakvicky.com disana sangat rinci...
HapusHallo mbak wiwin mau nanya nih saya dr kalsel jg..klo mau ngurus epasspor di sby bs ga ya klo ktp domisili kalsel? Btw ceritany menarik bgt..Thanks
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusHi Shinta makasih ya sudah mampir.. boleh banget...
HapusWahhh trima kasih info ny mbak...salam kenal ya...mau nyoba solo traveling di autumn thn ini...hihii...
BalasHapusSalam kenal juga.. Klo boleh tau di Kalsel dimananya? Februari lalu saya solo travelling juga ke Jepang dan menyenangkan banget! Dijamin nagih klo sudah pertama kali kesana, hihi. Happy travelling ^^
HapusSaya di tanjung win...oiya bisa minta email kamu ga? Mau tanya2 nih...thanks yah
BalasHapusemailnya di wiwinfatimah89@yahoo.com.sg atau di line withwiwin
HapusSaya di tanjung win...oiya bisa minta email kamu ga? Mau tanya2 nih...thanks yah
BalasHapus