Senin, 01 Juni 2015

Trip to Japan (Tokyo, Kyoto, Osaka) Desember 2014. Catatan perjalanan backpackeran ke Jepang, antara travelling dan fangirling

Awalnya aku tidak sebegitu ngototnya untuk pergi ke Jepang, entah kenapa hal ini terpikirkan sewaktu galau di malam ulang tahunku yang ke 25 tanggal 7 Agustus, tidak ada satu orangpun yang memberikan kado  ataupun ucapan yang special (childish sekali >_<) kemudian jadi terpikir untuk memberikan hadiah ke diri sendiri yang kemudian di amini oleh kak Fendi, dia mengatakan tidak ada salahnya untuk mengapresiasi diri sendiri dan hadiah itu adalah solo travelling ke Jepang bulan Desember, as you know the airfare is so damn crazy on December and ss6osaka (Super Show 6 World Tour, konser super junior) has announced already on 5th till 7th hehe! Ya, aku lebih dulu mengantisipasi untuk pergi sendirian karena jarang ada teman yang mau diajak untuk gembel bersama ke negara yang agak jauh dengan tiket yang tidak terlalu murah. Aku mulai berburu tiket ss6 dan memantau harga tiket pada maskapai-maskapai low cost, sampai pada akhirnya ada teman yang sama-sama elf, sebut saja namanya Isty, awalnya dia mengira aku akan menonton SS6 di Singapore, sewaktu aku bercerita  tentang rencanaku ternyata dia langsung tertarik.
Ada beberapa problem besar yang harus diselesaikan lebih dulu, yang pertama tiket ss6, tiket pesawat, dan akomodasi. Kenapa aku lebih mengutamakan tiket ss6 lebih dulu daripada maskapai? karena jika sudah punya tiket ss6 aku bisa menyesuaikan dari mana aku harus berangkat, apakah dari Tokyo atau Osaka.

1.    Tiket ss6 ini jadi momok tersendiri, awalnya ada Elf Indonesia (sebut aja namanya Syulala) yang kuliah di Jepang yang menjanjikan ada temannya seorang Japanese Elf yang memiliki extra ticket untuk tanggal 5 Desember  tapi kemudian Syulala bingung bagaimana cara aku membayarnya, aku memberikan piihan melalui paypal atau western union, tapi Syulala malah menolak, dia meminta aku mentransfer ke rekening Indonesianya sewaktu dia pulang ke Indonesia September nanti, aku mengira Syulala sudah terlebih dahulu membayarkan harga tiket ke temannya dan aku hanya tinggal mengganti uangnya, tap ternyata tidak, dan tentu saja tiket itu langsung di jual si empunya ke orang yang lebih membutuhkan >_< payahnya lagi aku tau itu ketika sudah akhir September, padahal tiket peawatku sudah issued. Aku mulai mencari tiket lagi via twitter, sebelum aku dijanjikan oleh Syulala awalnya aku mencoba me mention salah satu Malaysian Elf (Zureq)  yang lumayan famous di dunia per’elf’an yang sedang study di Japan, meminta dicarikan tiket, tapi dari Syulala mengatakan bahwa akan membuang waktu meminta bantuan Zureq  karena dia hanya akan membaantu elf yang famous saja, dan aku dengan mudahnya percaya begitu saja, tentu karena kami satu kebangsaan. Dan ya aku hanya mengandalkan Syulala untuk masalah tiket. Putus asa aku mencoba menghubungi Zureq lagi via twitter,  tidak di sangka dia fast respon sekali, katanya dia punya satu extra tix karena dia ada exam di hari Jumat dan untuk tiket Isty dia akan mencoba menghubungi temannya yang lain. Beres lah kemudian masalah tiket.

2.   Tiket pesawat, ahayyy ini seperti berkejar-kejaran dengan waktu, parahnya lagi saat itu aku lebih sering mendapat Dinas Luar, jadi tiap selesai meeting malam di saat roommate lagi enak-enaknya tidur, aku kembali bergelut dengan laptop dan bergerilya membanding-bandingkan harga tiket, karena akan menonton tgl 5 paling tidak aku berangkat ke Tokyo tgl 30 nov dan kembali via Osaka tanggal 7 Des, atau pergi via Osaka tgl 4 dan kembali via Tokyo 11 Des. Tapi karena terlalu beresiko cuti ditanggal-tanggal sibuk akhir tahun jadi aku skip opsi kedua, kecuali memang tiket murahnya ada ditanggal itu. Tapi ternyata tiket ke Osaka jauh lebih mahal daripada via Tokyo, awalnya ada promo Air Asia Surabaya-Narita Rp.1,900xxx tapi aku masih belum book karena masih ragu, karena menurutku harusnya bisa dapat dengan harga Rp.1.500xxx hahaha, tiba-tiba harganya sudah berubah dan aku tidak menyadari akhir book promonya hari itu. Setelah berhari-hari bersabar datanglah promo diskon Air Asia all route, kalau tidak salah 20% tapi via Haneda, langsung saja aku book Surabaya-Haneda Rp.1,9xx.xxx one way (belum termasuk processing fee), hmm tunggu, tapi kenapa lewat Surabaya? Karena tiket Banjarmasin-Surabaya jauh lebih murah daripada Banjarmasin-Jakarta yang selangit. Untuk pulangnya Air Asia sudah tidak bisa diharapkan, dari Osaka paling murah 3,5jt, satu-satunya maskapai yang murah cuma Jetstar sekitar 3jt rupiah dan harus transit di Manila 1 jam dan di Singapore 14 jam, Isty kelihatan seneng-seneng saja transit lama di Singapore, katanya sekalian foto-foto di merlion -__- nah jadi yang perlu aku garis bawahi, tiket yang aku dapat bukanlah tiket yang sedang promo besar karena rencana kepergianku juga mendadak, sebenarnya biaya tiket bisa ditekan. Sebagai gambaran, terakhir aku booked tiket Surabaya-KL, KL-Narita untuk tahun depan hanya 1,1 jt rupiah
one way sewaktu promo besar-besaran Air Asia, dan aku mengecek Osaka-Surabaya (flighthru) hanya 1,5 jt rupiah.

3.   Dari buku atau blog-blog yang aku baca akomodasi punya post pengeluaran paling besar, dari hostelworld yang aku lihat rate hostel termurah 2.200 yen/bed/night seperti di hostel Khaosan world group sampai 3.600 yen, lumayan bukan, satu malam Rp.233.200 sampai Rp.381.600. Awalnya aku berencana  urban camping seperti Takdis, tapi sepertinya itu akan menjadi hal gila karena sudah memasuki winter pada bulan Desember dan akan sangat repot untuk perempuan menurutku, kemudian opsi lain menginap di warnet atau internet cafe, tapi kemudian mencari-cari warnet akan memakan waktu. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mencari tempat menginap melalui couchsurfing, sebenarnya aku sudah menjadi member sejak 2012 dan penasaran sekali dengan komunitas yang memiliki tagline “stay with locals and make travel friends” ini, tapi aku ragu dengan kemampuan bahasa Inggris ku yang selevel ketek, selain itu hal yang mendasari untuk surfing kali ini aku ingin lebih merasakan pengalaman feel like local, tapi ternyata sulit untuk mencari host di CS, mereka tidak langsung mengiyakan bahkan kebanyakan menolak, selain itu sulit sekali mendapat host yang unable untuk dua orang, lain waktu ada yang sudah accept tapi dua minggu sebelum hari berangkat di cancel karena katanya dia tidak ada ditempat. Setelah mengirim lebih banyak request (dan memperhatikan reference tentunya) akhirnya aku mendapatkan host di Otsuka (Tokyo)  dan Osaka ^^ Alhamdullilah.

4.   Untuk itinerary aku lebih banyak mengikuti dari buku CK, Tokyo-Kyoto-Osaka dan Wenika yuda serta blognya mba Vicky dan web japan-guide, saking parnonya aku print semua catatan perjalanannya mba Vicky dan membawa buku tebalnya Wenika tidak lupa mendownload video-video di youtube tentang travelling di Jepang, cara membeli tiket kereta, tiket Fujiko. F. Fujio museum. Untuk itinerary ini aku sudah membahas sebelumnya dengan Isty tempat-tempat apa yang ingin kami kunjungi, awalnya dia berencana akan pergi ke Tottori tgl 6 desember ke Gosho Aoyama museum karena dia merupakan maniac detective Conan, sedangkan aku malas sekali kesana, selain karena transportasi yang mahal aku juga tidak addicted dengan Conan, jadilah aku memilih membeli lagi tiket ss6 hari kedua melalui Zureq, tapi belakangan diapun tidak jadi ke Tottori.

5.    Visa, karena domisili kami berdua sama-sama Kalsel yang masuk wilayah yuridikasi Konjen Surabaya jadi visa kami akan diurus melalui Konjen Jepang di Surabaya. Proses pemuntukan visa ini pun penuh drama dan huru-hara karena kami mengurus visa melalui travel yang jika dihitung-hitung jauh lebih murah daripada kami mengurus sendiri ke Surabaya.

Intermezzo:
Setelah semuanya beres, itinerary siap dan visa sudah approved, H-10 aku masih saja malas untuk book tiket Banjarmasin-Surabaya, selain itu harga tiketnya pun masih tidak berubah sejak awal 280rb, aku pun mulai sibuk dengan urusan keuangan dana TP BUK, tiba-tiba datanglah undangan dari Kemenkes di Bandung dari tanggal 24 mpe tanggal 28 Nov dan tidak boleh diwakilkan,mampuslah aku karena pekerjaan dikantor masih menumpuk padahal rencananya dalam waktu seminggu itu aku akan membereskan pekerjaan, tapi setelah perdebatan yang cukup alot (uhuk) dengan pak bos aku tetep harus pergi dan menyelesaikan pekerjaan kantor di hari Sabtu dan Minggu sementara aku masih ada rapat di Banjarmasin sampai hari Jumat sore. Well, Sabtu subuh aku kembali dari Banjarmasin ke Balangan, Istirahat sebentar dan melanjutkan kekantor di Amuntai untuk lembur. Hasilnya, selesai acara dari Bandung aku langsung ke Surabaya dengan tiket 1,3 jt!! Untungnya masih ditanggung Kemenkes, hehehe

*attention!! Membaca artikel ini anda akan mengalami muntah berkepanjangan karena melihat muka saya terus menerus, lol.

29 November
Sekitar pukul 8 malam aku sudah tiba di bandara Juanda karena malam sebelumnya aku menginap di Fave Mex dekat Tunjungan Plaza yang sedang promo, kemudian ditraktir naik taksi oleh  Ibunya Riris ke Bandara (aku bertemu dan hang out dengan Riris di Surabaya, awalnya dia yang akan mengantarkan ke Bungurasih lalu aku melanjutkan dengan damri ke Juanda tetapi hujan lebat sekali).
Aku janjian dengan Isty di terminal 1, dia datang dengan membawa koper dan ransel sedangkan aku membawa ransel 25 liter dan ransel kecil untuk jalan-jalan. Dari terminal 1 dengan menggunakan shuttle bis menuju Terminal 2, ternyata terminal 2 Juanda juga tidak kalah keren, luas dan bersih hanya saja masih terlihat kosong, rencananya kami akan menginap di bandara karena pesawat ke KL boarding jam 5.40 pagi, paling tidak pukul 3 sudah harus check in. 
Didepan pintu masuk terminal 2 banyak deretan kursi-kursi tetapi semua sudah penuh, rasanya seperti orang ndeso saat kami mulai berkeliling di dalam untuk mencari musholla dan toilet yang kemudian ditegur oleh petugas bandara yang menanyakan pukul berapa pesawat kami akan flight dan katanya lagi kami bisa menunggu di kursi-kursi diluar, benar juga didalam tidak ada kursi, kosong melompong cuma ada stand makanan yang hampir semuanya sudah hampir tutup. Letak mushollanya cukup bagus, sebelum masuk gate counter check in belok kanan paling ujung yang tempatnya cukup tersembunyi, rencananya kami akan tidur disana. Setelah mengisi perut dengan soto ayam yang tidak jauh dari Musholla kami mulai mengatur posisi untuk tidur, dan anehnya lagi hanya aku dan Isty yang tidur disana, sampai sekitar pukul 12 malam ada seorang laki-laki yang baru saja tiba dari Kuala Lumpur dan katanya akan melanjutkan perjalanan ke Jakarta keesokan harinya. Orang itu terlihat sangat SKSD dan nampak menyombongkan diri dengan ocehannya katanya dia bekerja di sebuah perusahaan pengeboran minyak di luar negeri.  Isty sudah lebih dulu tidur, aku berusaha keras menahan kantuk karena melihat gelagat yang kurang menyenangkan, dan ujung-unjung nya dia meminta pin BB!!

30 November
Sekitar jam 3an aku terbangun (pasang alarm tentunya) dan gate menuju counter check in juga sudah dibuka, aku mengira karena kami sudah melakukan self check in sehingga tidak perlu lagi lapor di counter check in selain kami juga tidak ada bagasi, tapi ternyata masih harus antri juga untuk lapor. Panas dingin saat penimbangan koper karena kopernya Isty very heavy bag!!! Tepat sekali saat ditimbang 9,5 kg, aku kira dia akan langsung kena charge oleh petugas counter ternyata tidak, oleh petugas counter kami hanya disuruh mengurangi, bingung kenapa bisa lolos dengan mudah. Nah, setelah check in kemudian naik ke lantai dua, menuju gate dan imigrasi. Disini sebelum masuk imigrasi ada petugas maskapai yang khusus menimbang barang-barang bawaan, alamak jang!!! Karena parno meliat ada beberapa orang yang dicegat karena bawaan yang over capacity, langsung saja aku dan Isty ke bagian pojok untuk unpacking, semua barang-barang Isty yang bisa masuk kedalam ranselku dimasukan semua, sebenarnya bawaannya tidak terlalu banyak tapi memang kopernya yang sudah lebih dahulu berat. Saat melewati petugas ternyata dia hanya mengira-ngira berat koper dengan mengangkatnya sebentar, tidak diletakkan keatas  timbangan dan lolos!!! Ahahaha kami hanya bisa ketawa-ketawa sambil cubit-cubitan, how lucky we are, sedangkan banyak penumpang dibelakang kami yang benar-benar ditimbang.

Pukul 9.10 am sampai di KLIA2, ini pertama kalinya aku ke KLIA 2, terlihat jauh lebih bagus dari LCCT (ya iyalah), karena tiket kami  flythru sehingga kami tidak perlu keluar imigrasi dan check in karena boarding pass pun sudah tercetak langsung dua buah sewaktu di Bandara Juanda dan hanya melapor di bagian transfer. Puas berkeliling, foto-foto dan makan-makan di foodcourt lantai 2 dilanjutkan flight ke Haneda pukul 14.40. Penerbangan kali ini aku lebih santai dan tidak seudik seperti saat ke Korea dulu, yang ada goncangan sedikit sudah mau menangis, plus sudah memesan nasi lemak plus juice dan kue untuk mengisi perut selama penerbangan. Yeahh Haneda I’m coming.
Thank you Air Asia X
Pukul 10.30pm kami sampai di Haneda, airportnya besar sekali, bayangkan saja dari keluar garbarata sampai ke imigrasi rasanya seperti keliling lapangan bola 10x padahal sudah memakai travellator plus dengan perasaan excited (perasaan yang sepeti ini kadang menyebabkan terabaikannya rasa lelah). Kalau ditanya apa hal yang paling berkesan pertama kali saat menginjakkan kaki di Jepang? Petugas Imigrasi!! Serius, mereka ramah sekali, bahkan sewaktu giliran Isty petugas imigrasi minta ijin untuk buang ingus dengan tisu, sempat-sempatnya dia cerita kalau cuaca akhir-akhir ini yang membuatnya flu. Ah.. mereka friendly sekali dan tidak lupa terus tersenyum.
Keluar imigrasi langsung narsis

Karena sudah terlalu malam, kami memang berencana tidur dibandara di lantai 3 pada bagian departure, yang tidak jauh dengan nursery room sekaligus kami gunakan untuk tempat sholat. Melongo dulu saat melihat toiletnya, dengan banyaknya tombol, flush saja menggunakan sensor tangan, hihi..


Ternyata banyak juga orang-orang yang tidur dibandara, untung masih ada satu deret kursi yang kosong dipojok dinding kaca dekat escalator dan lift, tinggal mengeluarkan kain bali dan tidur nyenyak dengan berbantalkan tas ransel kecilku.

1 Desember
Pagi-pagi aku sudah terbangun karena suara berisik dari Chinese yang tidur disamping kursiku. Nyenyak sekali tidur tadi malam, samar-samar terlihat pemandangan diluar, ternyata persis samping rel kereta! Katanya Isty dia tidak bisa tidur nyenyak, ngga dapet pewe, maaf ya Is harus berbagi kursi dengan orang gemuk macam aku hiks hiks. Untunglah aku tipe orang yang bisa tidur dimana saja, malahan Isty bilang sewaktu pesawat akan landing di Haneda saat pramugarinya mengumumkannya aku sempat melek dan malah lanjut tidur lagi >_<.
Karena kami sama sekali tidak punya rencana untuk mandi di airport yang konon katanya mesti bayar mahal, alhasil hanya cuci muka, gosok gigi dan ganti baju plus menggunakan longjhon. Setelah grasak grusuk membereskan barang-barang lalu lanjut menuju Keikyu line dengan turun ke lantai 2, sempat planga-plongo mencari counter untuk membeli Suica akhirnya dibantu oleh mba-mba petugas yang berdiri dekat information tourist center seharga 2000 yen, 1500 yen merupakan total yang dapat digunakan, dan 500 yen sebagai deposit
Dari awal aku lebih memilih untuk membeli Suica,  pertama karena  kami tidak membeli JR pass, yang kedua supaya tidak repot membaca kanji melihat peta dan sebagainya, kartu ini pun bisa digunakan untuk JR, subway bahkan sebagai alat pembayaran untuk berbelanja, selain itu dengan menggunakan suica kita akan mendapatkan diskon naik kereta. Untuk mengantisipasi jika saja salah naik kereta tinggal memberitahu ke petugasnya dan uangnya bisa dikembalikan dalam bentuk deposit kartu daripada membeli tiket ketengan harus membeli tiket lagi, tapi belakangan jadi kepikiran kalau next time ke Jepang lagi akan menggunakan JR pass saja, biar puas bolak balik menggunakan shinkasen. Okay, kembali ke laptop. Jadi rencananya hari ini kita akan ke:
Shinjuku station (nyari makan, beli tiket ke Lake Kawaguchi) -> beli tiket fujiko f. fujio museum di Lawson -> shibuya -> ke otsuka station ->Rikugien Park ->Kawasaki ->kembali ke otsuka


Hari ini kami sengaja tidak memadatkan jadwal, karena masih belum tahu “medan” nya bagaimana, hehe.  Baru saja masuk stasiun kami sudah planga plongo, kadang ngerasa seperti dumb and dumber  yang nyasar di Japan, sumpe deh.lol. 
Selanjutnya kami menuju Shinagawa dengan menaiki Keikyu line lalu transfer lagi JR Yamanote line ke Osaki, trus pindah jalur ke Shinjuku. Untuk yang menggunakan android bisa donwload aplikasi “Japan Train” di playstore sama persis kayak hyperdia, tapi perlu akses internet menggunakannya, kebetulan aku mengaktifkan internet roaming telkomsel untuk 7 hari, karena ngga bisa sewa wifi portable (ngga punya kartu kredit), ngga bisa menggunakan OCN sim card for visitor (karena hp ku butut dan ngga support). 

Sebelum berangkat aku parno sekali melihat map kereta di Tokyo dengan garis warna warni malang melintang, sepertinya jauh lebih sulit dibandingkan dengan MRT di singapura ataupun subway di Korea, tapi ternyata ngga juga, intinya fokus dengan line yang diikuti, kalau memang bingung ya tanya!!! Hahaha. Stasiun di Shinjuku juga ternyata luas sekali, sempat syok sih takut nyasar. Stasiun ini pernah tercatat di guiness of record sebagai stasiun tersibuk di planet ini! Sampai di shinjuku kita langsung mencari odakyu sightseeing service center yang ada di ground floor west side dengan ngikutin kata odakyuuuuuu terus sampai ketemu. Ternyata eh ternyata, mereka tidak ngejual tiket yang hanya sampai Lake Kawaguchi, tapi khusus ke daerah Hakone dan sekitarnya, oleh petugasnya kita di arahkan ketempat counter tiket yang khusus menjual tiket untuk ke Lake Kawaguchi yang ada didepan terminal bisnya, Gedung 1F, MY Shinjuku Daini Buillding near Yodobashi Camera shop, 5 min walk from west exit of Shinjuku.

Sebenarnya petugas di Odakyu sudah sangat jelas mengarahkannya dan diberikan map pula, tapi dengan luasnya Shinjuku akan sangat membingungkan, ada petunjuk arah kesini arah kesono, sampai akhirnya bertanya dengan mba-mba, duh mba-mba nya baik sekali kami bukan cuma di tunjukin jalannya tapi juga di anterin dan dia juga memastikan kalau kami ingat jalan menuju kesana, yang penting ikutin petunjuk Shinjuku Express Bus Terminal trus juga sesuaikan kanjinya dengan yang di map, kalau ngga ketemu ikuti saja petunjuk Keio Line, stasiun busnya itu di bagian luar dari metro gate, so jangan masuk ke automatic gate di train platform, cukup ikuti petunjuk keio line nanti akan ada petunjuk Shinjuku Express Terminal, jangan kaget kalau mesti naik tangga dan menuju luar stasiun. Bukan terminal dalam arti sebenarnya sih, tapi semacam tempat pemberhentian biasa. Setelah ketemu counter penjualan tiket dan ngga lupa bilang arigatou gozaimasu kepada mba-mba yang nganterin, kami bergegas menuju counter penjualan tiket yang berada persis didepan tempat ngetem bis, disana sudah banyak juga wisatawan yang antri beli tiket dan yang antri menunggu bis. Sayang sekali, ternyata couter tersebut hanya melayani penjualan tiket khusus untuk keberangkatan pada hari tersebut saja, jadi jika kita mau beli tiket hari berikutnya mesti naik ke lantai 2, hmm.. teratur sekali yah. Bingung juga sih sewaktu naik 2nd floor, takut salah masuk soalnya suasanya beda sekali dibandingkan dengan lantai satu, lebih terkesan kayak office gitu. Disana kita dikasih timetable jam-jam keberangkatan bis nya yang setiap 30 menit seharga 1.750 yen sekali jalan dan 2 kali lipatnya untuk PP, kami memutuskan pergi pukul 9.10 dan balik pukul 13.10 karena memperkirakan waktu perjalanan 1 jam 40 menit, supaya puas foto-foto, hihihi.

Sambil membawa koper dan ransel, kami lanjut menyusuri jalan mencari Lawson dan bertanya ke mas-mas yang lagi promosi tokonya dan ternyata dekat dari sana. Awalnya aku sudah belajar beli tiketnya di Loppi via youtube tapi ketika disana semua terbang entah kemana, kalau memang ngga bisa ya langsung todong aja mas-mas di Lawson untuk bantuin beli, hehehe. Untuk masuk museum Fujiko F. Fujio ada schedule nya juga, sehari dibagi 4 section, jam 9, 11, 14 dan 16 dengan harga 1000 yen,  kita pilih yang terakhir pukul 4 sore, karena siangnya kami akan ke Rikugien Park dulu yang katanya cantik sekali pas autumn. Setelah semua beres lanjut ke Shibuya naik JR Yamanote line, maunya sih liat crossing street yang fenomenal itu dan Hachiko statue, tapi sayang lagi hujan jadi crossing streetnya sepi cuma bisa foto-foto di Hachiko dan menikmati shibuya sejenak alias menunggu hujan reda.
Dari atas stasiun Shibuya melaporkan!! lol

crossing street Shibuya
Meet up with Hachiko

Sekitar pukul 10 kami menuju otsuka stasiun tempat janjian dengan host kami, Yosu. Untungnya rumah dia yang dekat Otsuka stasiun termasuk dalam JR Yamanote line jadi ngga perlu pindah-pindah jalur lagi, sayang pas sampai disana aku WA dia, ternyata dia lagi ada conference dan baru bisa menemui kami sehabis pulang kantor, dia hanya meminta kami menitipkan barang-barang di locker stasiun dan jalan-jalan dulu. Kami langsung ke Rikugien Park yang cuma berjarak 2 stasiun dari Otsuka dengan JR Yamanote line yaitu di stasiun Komagome, sempat bingung ketika keluar stasiun, dari papan petunjuknya sih disuruh belok kanan tapi sudah belok ngga ada petunjuk lagi, sempat tanya dengan Ibu-Ibu yang kami temui tapi ternyata dia juga ngga tau, tapi Ibu-Ibu itu mengajak kembali ke stasiun untuk menanyakan arah jalan ke petugas stasiun, ya ampun… baik sih.. tapi jadi merepotkan dia… Ternyata habis belok kanan langsung jalan lurus menanjak yang lumayan bikin pegel untuk orang yang jarang olahraga sepertiku, akhirnya sampailah di Rukigien Park, dengan membayar tiket 300 yen kita diberikan map dan bisa menikmati taman yang cantik sekali, dedaunan hijau, kuning dan merah. 
Tapi suer deh, aku dan Isty rada kecewa juga, semua foto yang kami ambil itu ngga bisa mengalahkan pandangan mata yang jauh lebih indah dari lensa kamera. Pengunjung saat itu juga didominasi penduduk lokal yang lumayan berumur, kita sempat selfie juga menggunakan tongsis dan diliatin rombongan Ibu-Ibu sambil ketawa-ketawa. Konon katanya taman ini lebih keren dimalam hari karena ada parade lampu-lampu yang menyorot pohon-pohon disana.
Rikugien Park



Sehabis puas berkeliling di Rikugien Park kami melanjutkan perjalanan menuju Fujiko F.Fujio Museum yang berada di daerah Kawasaki. Dari stasiun Komagome  dan pindah kereta di stasiun Shinjuku, dengan Odakyu Odawara line ke stasiun Noborito yang memakan waktu sekitar 35 menit. Sebenarnya untuk menuju ke Fujiko F.Fujio Museum kita bisa menggunakan bis yang khusus disediakan dari stasiun Noborito, tapi kata Isty dia pernah baca disalah satu blog kalau pemandangan sepanjang perjalanan menuju museum sangat bagus dan jaraknya pun tidak jauh jadi lebih baik jalan kaki. Tapi kemudian, mungkin statemant itu perlu dipertanyakan ulang, hahaha, jauh juga sih, hampir 20-30 menit lah jalan kaki untuk ukuran langkah-langkah kecil kami, tapi ngga perlu kuatir karena semua petunjuk jalan sangat jelas. Terlepas dari semuanya, seru juga memperhatikan rumah-rumah penduduk dengan bonsai-bonsai di pekarangan rumah yang keren.

Ternyata kami sampai di museum lebih awal, pukul 15.45, aku khawatir kalau kami tidak diperbolehkan masuk karena tiket kami pukul 16.00, tapi ternyata ngga juga. Kami dipersilahkan masuk oleh petugas yang berpakaian rapi dan diarahkan ke bagian counter untuk mengambil semacam alat speaker kecil sekaligus diajarkan cara menggunakannya. Alat itu nantinya akan memberikan penjelasan mengenai benda-benda di museum dan kita juga bisa memilih bahasanya, kalau tidak salah ingat ada Japanese, Chinese, Korean and English. Tiap benda dimuseum ada keterangan angka, jadi kita tinggal memencet angka tersebut, nanti akan keluar deh native speakernya ngomong, cukup didekatkan ke telinga saja. Good idea.
Museum ini terbagi beberapa bagian,ada museum yang berisi semua tentang Fujiko. F. Fujio, Cafe, tempat bermain indoor dan outdoor, dan tempat penjualan souvenir. Ada sekitar 1 jam kami di dalam museum, setelah selesai aku salah masuk pintu, tadinya aku mau ke outdoor eh ternyata malah ke pintu exit, dan voilaaaaa hari sudah malam dan gelap!! Ternyata di Tokyo matahari tenggelam jam 5 sore! Untungnya aku masih diperbolehkan masuk lagi oleh petugasnya karena sambil menerangkan kalau aku salah jalan bukan keluar tapi mau ke Cafe, kata petugasnya lagi cafe akan tutup pukul 6. Akhirnya aku dan Isty bergegas ke Outdoor yang ternyata ada dilantai atas juga, walaupun temaram foto-foto wajib hukumnya kemudian dilanjutkan minum kopi sejenak di Cafe, itupun kami lagi-lagi di ingatkan kalau kami adalah pelanggan terakhir dan mereka tutup jam 6 sore. Walaupun struggle sekali ketika pesan minuman karena miss prounounciation tapi (lagi-lagi) mereka friendly sekali, bahkan meminjamkan property untuk kami gunakan foto-foto.
Outdoor Fujiko. F. Fujio Museum


Fujiko F. Fujio Cafe
Annoying pose, sorry 

Pulang dari museum kami memilih naik bis untuk kembali ke stasiun Noborito, ya iyalah gelap gitu, bis yang kami tumpangi pun adalah bis terakhir. Bis nya lucu, dari mulai bel, tali pegangan tangan semuanya berbau doraemon. Karena sudah sangat lapar sampai di stasiun kami langsung menuju warung Soba dengan memilih menu sekaligus membayarnya melalui vending machine yang berada didepan pintu masuk, aku memilih soba dengan vegetable tempura yang kami lihat melalui gambar di vending machine, dengan membaca bismillah acara makan pun dimulai, namun… setelah makan beberapa suap, jeng jeng!!!! ngga sengaja aku menemukan daging didalam gumpalan tempura tersebut!! Alamakkkk!! aku langsung kehilangan nafsu makan, aku panik, tidak mungkin kita meninggalkan sisa makanan begitu saja karena hal itu merupakan tabu dilakukan seolah kita tidak menghargai sang pembuat. Aku lihat semua pelanggan disanapun tidak ada satupun yang menyisakan soba semangkok bleg. Akhirnya kita pindah tempat duduk ke bagian yang lebih tersembunyi, niatnya soba itu kita masukan dalam plastik, kebetulan Isty  juga membawa satu pak plastik hitam. Dengan berhati-hati akhirnya masuk juga semuanya dan aku letakkan didalam kantong belanjaan, hehh leganya, sewaktu mengembalikan mangkoknya pun sepertinyanya si empunya warung tidak tahu, semoga.. tapi kapok deh makan ngga nanya-nanya dulu, mending repot daripada berasumsi sendiri, atau kami harus kembali dengan menu nasi di sevel dan family mart.
 
Penampakan
Dari Noborito kami kembali lagi ke Otsuka, sudah hampir jam 8 malam saat kami sampai di stasiun. Aku WA Yosu lagi tapi ngga dibalas, akhirnya kita cuma duduk-duduk ngeliatin orang-orang lewat di south exit depan florist dan udara juga semakin dingin, brrrr…  Gara-gara ngga ada kerjaan, aku dan Isty jadi memperhatikan orang-orang yang membeli bunga disana. Kebanyakan pelanggan mereka adalah bapak-bapak yang membeli mawar, sepanjang kami duduk disana ngga ada anak muda yang beli, hmm..apa cuma kebetulan? atau memang benar kalau anak muda Jepang temasuk sulit untuk mengungkapkan rasa suka mereka?
Sudah 1 jam menunggu dan aku sudah terlalu mengantuk untuk menyadari ada balasan pesan di WA, ternyata Yosu  sudah ada didepanku! Surprise!! Ternyata dia ganteng juga, hehe… dan tinggi!! 190cm persis seperti yang dikatakannya dan surprisenya lagi dia tidak terlihat se”tua” umurnya, and very gentleman!! dia tidak membiarkan aku dan Isty membawa koper dan ransel, tapi dia yang membawakan semuanya. Dia juga menanyakan kemana saja kami sudah berkeliling, dll.. pokoknya orangnya seru dan menyenangkan. Sampai di apartment dia menjelaskan rule nya. Kamar yang kami tempati seperti bekas storage room dibagian depan rumahnya tapi disulap menjadi rapi walaupun masih ada tumpukan barang yang katanya milik temannya yang baru pindah apartemant dan tentu ada futon juga untuk tidur, selimut, AC dan kita juga diberikan kunci sendiri, jadi pintu masuk ruangan kami berbeda degan pintu masuk rumahnya, hanya jika mau menggunakan kamar mandi masuk kerumahnya, katanya kita ngga boleh masuk lebih dari kamar mandi (kamar mandi dan toiletnya ada dibagian depan rumah sebelum ruang tamu) karena semua roommates nya cowok,hehe.. Good!!
Dia juga memastikan aku nyaman disana, sayang katanya dia harus membereskan rent apartemantnya yang baru, jadi tidak bisa menemani kami. Okay, akhirnya kita ketemu bantal juga, hiks hiks terharu. Isty sih langsung mandi, dan aku??  Tentu saja malas mandi, lagi pula toh ngga keringetan, hahaha. Oh ya, ditempat kami tidur itu terpampang sertifikatnya Yosu, dia ternyata lulusan Master (double master) dari University of London dan Columbia University!! As you know, Columbia University itu salah satu universitas paling prestisius di dunia dan University of London yang sama-sama menjadi bagian dari 10 universitas terbaik di dunia!! Belakangan setelah kepulanganku ke Indonesia dan searching namanya di google ternyata dia CEO and founder salah satu premium rent apartment di Jepang, dosen di salah satu universitas ternama di Tokyo, pernah menjadi reporter di NHK dan banyak hal lain dari nya yang membuat aku melongo.
Kamar kami yang pnuh buku
Pemandangan dari lantai 9 apartement
Our host

Penjual majalah didekat otsuka station *dilarang gagal fokus
2 Desember 2014
Pagi yang dingin membuat malas untuk ngapa-ngapain, AC yang udah di set 32 derajat pun tidak terlalu membantu. Sewaktu membuka pintu, wushhhhhh angin langsung menampar wajah!! Kebetulan apartemantnya Yosu ada di lantai 9, pagi-pagi bisa memantau suasana otsuka dari atas. Oh ya, tadi malam aku tidak sengaja melihat jemuran underwear cowok didepan kamarku, sekarang sudah tidak ada lagi, sepertinya mungkin karena ada kami kali ya. Sewaktu aku mau mandi rumah mereka sudah sepi, padahal sudah bangun pagi jam 7. Seperti rencana awal, pagi ini kami akan ke Lake Kawaguchi, jadwalnya memang jam 9.10 tapi karena parno takut tersesat mencari haltenya jadi kami pergi pukul 8. Setelah mandi dan dandan cantik kita langsung cuss ke station, iya dandan >_< aslinya menggunakan bedak pun ngga bisa karena kulit tiba-tiba jadi sangat kering karena tidak tahan dingin, buruk nya lagi aku hanya membawa bb cream dan body lotion biasa yang sama sekali ngga ngaruh.
Suasana pagi di otsuka station lumayan sibuk, hal yang paling aku speechless dengan orang jepang kalau jalan cepat sekali seperti terburu-buru, lurus dan sama sekali ngga tabrakan. Pas sampai Shinjuku station apalagi, memang benar-benar rush hour, ngga cuma di station, di kereta juga, desak-desakan sampai mepet ke pintu. Yang paling aku takutkan adalah “chikan” as you know kalau soal copet dan sebangsanya Insha Allah sulit ditemukan di Jepang. Tapi chikan ini justru yang membuat parno, tadinya aku menggunakan ransel di depan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, tapi sepertinya aman-aman saja sepanjang kita juga tidak menggunakan pakaian yang “mengundang” dan jilbab juga menjadi penyelamat.
Sesampainya di halte bis, sudah banyak penumpang yang mengantri menunggu bis. Aku langsung lapor ke mba-mba petugas bis nya yang teriak-teriak (ngga teriak-teriak juga kali) cuma berbicara keras saja semacam attention-attention gitu mengumumkan bis ini tujuan ini lewat platform ini dan tentu saja menggunakan bahasa jepang. Sebenarnya dibagian atas  halte juga ada papan petunjuk, tapi ya lagi-lagi menggunakan kanji. Tapi tenang saja, petugasnya very helpful, aku minta tolong ke dia jika bis kami sudah datang aku segera diberitahu karena aku tidak mengerti Japanese. Tepat 9.10 (tepat lo ya) bisnya berangkat, kebanyakan dari mereka anak-anak muda Japan, wisatawan Chinese dan beberapa orang western. Perjalanan ke Lake Kawaguchi sekitar 2 jam dengan pemandangan yang menurut aku sangat keren, selain perumahan-perumahan bergaya “rumah nobita” juga pepohonan dengan daun-daun yang menguning.
Sebelum sampai di lake kawaguchi bis berhenti di Fuji-Q highland yang merupakan amusement park dengan roller coasternya yang tinggi sekali. Hampir semua penumpang bis turun disini, selain wisatawan Chinese, Western dan kami berdua. Next time aku ingin sekali kesini, soalnya Suju pernah kesini juga, puahahaha, tapi memang benar keren kok, dari sini kita juga sudah bisa melihat gunung Fuji. Akhirnya bis berhenti di depan pintu keluar di stasiun kawagchiko, dari sana kita harus jalan kali sekitar 5 menit. 
Lake kawaguchi merupakan salah satu spot terbaik untuk melihat gunung Fuji, dari lake kawaguchi persis diseberang jalan untuk menaiki Kachi-Kachi Ropeway yang menghubungkan ke observation point dengan membayar tiket 700 yen return. Lucky us, kami dapat good view of Mount Fuji clearly, Alhamdulillah… Karena tiket bis untuk balik ke Shinjuku jam 1, jadi kita nongkrong mpe bosen. Kebetulan disana juga ada spot khusus untuk foto dengan membayar 1000 yen untuk satu foto dan satu kartu pos, bukan orang-orang yang difoto disana yang aku dan Isty perhatiin, tapi sang photographer! Dari spot foto dan tempat printnya berjarak sekitar 5 meter, dan photographer itu selalu berlari-lari dengan semangatnya, full spirit and always smile ^^, gara-gara itu aku dan Isty jadi ikutan foto disana.
Kami kembali ke halte bis dengan sebelumnya mengisi perut makan vegetable udon di Fujiyama cafe yang berada tidak jauh dari pemberhentian bis seharga 5.800 yen dan free air putih, pesannya pun penuh dengan intrik, lol, memastikan bahwa ngga ada unsur babi ataupun alcohol, dan sepertinya karena itu memang tempat yang biasa banyak turis jadi memang no pork vegetable only, dan yang ada pork nya juga udah mention lebih dahulu di daftar menunya.
Bis berhenti ngga jauh dari Keio line,bingung juga sih mau jalan kemana soalnya sama sekali ngga familiar, adanya cuma Keio ngga ada JR-JR nya sama sekali tapi lagi-lagi dengan bantuan orang Jepang yang ramah yang nunjukin arah ke JR.
Puas jalan-jalan, saatnya fangirling donk, huhuy, apalagi kalau ngga ke Shin Okobu alias Korea Town yang cuma berjarak satu station dari Shinjuku menggunakan JR, tadinya Isty ngajakin jalan kaki aja dari Shinjuku but sorry dori mori dah, mending naik JR dah daripada nyasar lagi, mungkin aku lelah, hahaha. Keluar dari station Shin Okobu harusnya kita belok ke kanan, eh malah belok kiri dan udah jauh jalan baru nyadar klo dikanan kiri jalan ngga ada korea-koreanya sama sekali, tapi beruntung ada toko yang jual sembako halal dan persis didepannya ada gerobak yang jualan makanan khas Vietnam dan ada label halal juga, kalau aku ga salah ingat namanya Bahn Mi sandwich yang diisi dengan ayam dan sayuran, lagi-lagi aku kesulitan berkomunikasi saat penjualnya menanyakan apakah mau pedas atau ngga, pakai seledri atau ngga, tapi akhirnya kita cuma sama-sama ketawa-ketawa doank, hihihi.  Kemudian lanjutlah kita cuss balik arah and taraaa di kanan kiri jalan full of korea, yang namanya jual dvd and pernak pernik korea lah, restoran korea lah, counter cosmetic korea lah pokoknya kita happy binggo donk. Yah as you know Isty paling semangat soal ginian, dia borong banyak sekali tuh dvd Suju untuk ngelengkapi koleksinya dia, apalagi Kyuhyun kan juga baru ngeluarin album solo baru.
Dari Shin Okobu kita melanjutkan perjalanan ke Harajuku, hari sih udah mulai gelap, sedihnya di negara minoritas untuk jadwal sholat cuma bisa ngandelin prayers time di android dan sholat disudut-sudut tempat yang lumayan sepi atau dijamak sewaktu di rumah host.
Keluar dari station Harajuku ada street musician yang lagi tampil yang aku liat dari leafletnya sih nama band nya Usagi, kata Isty itu artinya Kelinci. Well, musiknya keren sekali suara vokalisnya juga syahdu abis, kita sempat nonton bentar dan menyadari kalau kita juga dikejar waktu untuk ke Meiji Shrine dengan menyusuri jalan dari Harajuku station, ya seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya tempatnya udah tutup dan gelap sekali, huhuhu.
Inilah enaknya jalan-jalan sendiri (ngga menggunakan tour maksudnya) kita bisa kemana aja semaunya, dan dari awal aku dan Isty udah komit ngga mau maksain ngumplek-ngumplekin itinerary untuk mengejar semua tempat wisata yang ujung-ujungnya malah ngga menikmati perjalanan. Dari Meiji shrine kita malah balik lagi ke harajuku station, hihihi, kembali nonton performance Usagi dan bikin aku jatuh cinta dengan lagu-lagunya. Puas nonton konser gretongan kami menyusuri jalanan Takeshita Dori, yang sepanjang sisi jalannya full trendy shop, butik, tempat makan dll. Kami yang memang ngga ada niat untuk belanja cuma liat-liat doank dan ketemu Daiso, Daiso di Harajuku ini salah satu 100 yen shop terbesar di Tokyo, aku cuma membeli satu pak plastik wrap untuk packing baju, sewaktu antri di kasir aku melihat cowok-cowok yang beli make up lengkap dari pembersih wajah, eye shadow, dll, weihh aku berasa gagal jadi cewek. Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Harajuku street yang berseberangan dengan Takeshita Dori, ngarep ketemu anak muda Jepang yang dandan nyentrik sih tapi karena sudah malam sepertinya ngga akan ketemu apalagi di weekday, menurut aku yang buta fashion sih ngga terlalu beda ama Takeshita Dori, aku cuma foto-foto bentar dan kita mutusin untuk pulang. Pulangnya lewat Ometesando station, kaum papa seperti aku cuma melongo liat deretan deretan butik branded dan cafe-cafe keren, selain itu kanan kiri jalan juga dipenuhi pepohonan yang daun-daunnya semua lagi kuning ditambah lampu-lampu kerlap-kerlip yang menghiasinya karena mulai memasuki masa perayaan Christmas, duh berasa sekali luar negerinya. lol.
And you know? Sewaktu aku kembali ke apartemant Yosu dan berniat mandi dan rumah mereka masih gelap, oh men padahal itu sudah hampir pukul 10 malam.
 
Menunggu bis ke Lake Kawaguchi
Bagian dalam bis





Dalam Kachi Kachi Ropeway




Lake Kawaguchi
Vegetable udon yang super enak


Usagi band


Jalanan menuju ometosando station




Eksis harus!!
Itadakimasu! and Good night
3 Desember 2014
Hari ini adalah hari terakhir kami di Tokyo, sedih juga karena ngga sempat hang out bareng ama Yosu, katanya dia sibuk sekali, iya sih aku baca di references dia di couchsurfing kalau pas weekday dia ngga bisa hang out bareng guest. Hari terakhir ini kami akan ketempat ala-ala tourist, diawali dengan walking tour di Asakusa, lol. Dari Otsuka lumayan jauh, dengan menaiki JR kemudian pindah ke Tokyo metro menggunakan ginza line dan keluar di Asakusa station. Walking tour dimulai dari Kaminarimon Gate yang gampang dikenali dari pintu gerbangnya dengan lentera raksasa berwarna merah, disini sungguh terasa “tempat wisata” nya karena banyak turis, melewati kaminarimon gate kita langsung disambut dengan Nakamise street yang dipenuhi penjual aneka souvenir dan berbagai makanan. Semua souvenir yang dijual keren dan lucu-lucu tapi ngga lucu di dompet, aku cuma membeli beberapa gantungan kunci dan magnet kulkas, selain itu aku juga nyobain kue kacang merah gara-gara “nganga” melihat mesin yang pembuat kuenya, sentuhan manusia cuma di awal dan terakhir sewaktu membungkus kue nya, sisanya dikerjakan mesin. Dari sini juga terlihat skytree tower yang tinggi, lagi-lagi ada bapak-bapak Japanese yang menawarkan untuk memotret kami sewaktu aku dah Isty gantian foto-foto. Nakamise street berakhir didepan pintu gerbang Sensoji temple atau yang biasa disebut Asakusa temple. Saat itu sedang banyak sekali anak sekolah, kalau kata Isty dari pakaiannya ada dari SD sampai SMA.
Untungnya kami berdua sama-sama ngga ada niat untuk ke temple nya karena berbagai alasan, hanya melihat-lihat dari depan gerbang saja. Nah disini ada segerombolan anak-anak sekolah, kalau di Indonesia mungkin SMA kali ya, sebenarnya Isty sudah mencari target anak sekolahan untuk diajak foto bareng, itu loh seragamnya keren-keren, hihi.
“Sumimasen, Excuse me, could we have a photo please?” tanyaku sambil memperlihatkan kamera kepada gerombolan anak perempuan
“Haik haik, yess yess” sahut mereka dengan wajah bingung, salah satu dari mereka dengan potongan rambut sebahu, dia terlihat paling antusias. Awalnya aku mau gantian, ketika Isty yang photo dengan mereka aku yang momotret, begitu juga sebaliknya. tapi ternyata anak itu yang mau memotret. Ngga sadar tingkah kami diperhatikan oleh rombongan ibu-ibu Chinese, ternyata mereka juga ingin mengajak anak-anak sekolah itu photo bareng, dan kembali anak dengan rambut sebahu itu jadi tukang fotonya, aku pun menawarkan untuk membantu memotret mereka berkali-kali, dan setelah tugas ku selesai tiba-tiba aku jadi artis dadakan, satu persatu dari mereka mau foto bareng denganku, katanya “ahh you are very kind, very kind”… hihihi “xie xie,xie xie”
Kappabashi Dori jadi tujuan kami selanjutnya, sayangnya aku terlalu males mengexplore tempat ini, jadinya kita langsung menuju ke Akihabara yang merupakan “negeri impian para otaku”, sempat nyasar saat mencari stasiun kereta terdekat tapi syukurlah google maps nya kencang sekali dan sempat menemukan penjual takoyaki seharga 300 yen. AKB48 cafe jadi tujuan wajib di Akihabara, keluar dari station Akihabara kita langsung disambut big screen yang tidak henti menampilkan AKB48, selain itu juga ada AKB48 theater dengan halaman luas dan teduh. Ngaso sebentar makan takoyaki sambil menonton penampilan AKB48 melalui big screen, selain kami berdua juga ada fans AKB48 yang heboh sekali mengikuti dance mereka, dan cowok itu cuek-cuek saja. Lanjut jalan ke gundam cafe dan sightseeing sekitar Akihabara, banyak toko-toko elektronik, gadget dan teman-temannya deh harganya juga sangat bersaing.
 Kembali ke Akihabara station lanjut lagi ke Odaiba, dari sini kami pindah kereta ke Ginza line ganti kereta lagi di Shimbashi station dan naik Yurikamome line, menurut aku keretanya keren sekali, kereta otomatis tidak menggunakan sopir (wakakkaka sopir cuyyy, angkot keyless) dan ngga di atas tanah ataupun dibawah tanah, tapi diatas, macam MRT atau monorail tapi kayanya lebih tinggi lagi deh (kali), soalnya kita bisa melihat aktifitas orang-orang dalam gedung-gedung gitu yang menurut aku keren abis (katrok). Dari sini kami ke Odaiba seaside park yang khas dengan Liberty statue nya, Fuji TV, DiverCity Tokyo Plaza dengan replika gundam dengan ukuran asli tepat didepannya, wohoww. Saat itu sedang penuh sekali pengunjung mallnya, oh iya aku juga menemukan poster TVXQ yang terpampang didepan mall DiverCity. Angin sepoi-sepoi, kaki sudah capek, perut lapar, tiba-tiba ada bau daging panggang, yang pas ketika aku dekati ternyata pork, huhuhu.
Pulang dari Odaiba kami iseng mencari spot untuk melihat Tokyo Tower, ketika akan foto-foto ehh lagi-lagi kita didekati oleh perempuan Japanese yang menawarkan untuk memfoto kita berdua. Sekitar jam 8 malam akhirnya sampai di apartemant Yosu dan selesailah perjalanan hari terakhir di Tokyo, lagi-lagi apartemantnya masih gelap. Aku WA Yosu memberitahu bahwa aku akan ke Kyoto pukul 22.15, dia hanya meminta maaf klo ngga bisa say goodbye dan menemani jalan-jalan di Tokyo, okay bro next time aku balik lagi ye, hihihi. Aku meninggalkan satu sachet besar kopi Bali premium yang ku beli saat di Surabaya untuk kenang-kenangan.
Sebelumnya aku sudah booked tiket bis Tokyo-Kyoto melalui website willerexpress ketika di Indonesia seharga 4.656 yen/person dengan tipe relax J122 yang departure nya di Shinjuku Sumitomo Building 1F dan berhenti di Kyoto di depan HOTEL CENTNOVUM Kyoto. Sengaja memilih yang departure dari Shinjuku Sumitomo Building yang merupakan kantor willer express agar lebih mudah dicari, dan perlu di ingat mereka tidak melayani pembelian tiket di tempat, kalaupun kita tidak sempat membeli tiket sebelumnya mereka akan menyuruh kita membeli melalui PC yang ada di kantor willerexpress. 
Kami tiba di Shinjuku station pukul 9.15 malam diantara crowded nya stasiun Shinjuku aku menemukan restoran Unagi yang disudutnya menyajikan unagi yang khusus untuk take away, aku semakin penasaran karena antrian pengunjung mengular, pastilah makanannya enak, kapan lagi menyicipi unagi khas jepang yang tersohor itu. Setelah memastikan dengan pelayannya bahwa tidak ada bahan yang “terlarang” aku memilih bento Unagi seharga 1200 yen. Namun banyaknya pengunjung di restoran tersebut hampir pukul 10 malam Unagi pesananku baru siap, lalu bergegas kami menuju west exit dan mengikuti petunjuk ke TMG building seperti yang tertera pada direction willer bis, dalam bayanganku kami cukup berjalan menyusuri west exit lalu keluar stasiun dan taraaa sumitomo building tempat kantor willer bis, ternyata tidak sesederhana itu, lorong keluar mengikuti arah TMG sangatlah panjang, oh tidak tapi panjang sekali mungkin sekitar satu sampai dua kilo meter, aku tidak bisa membayangkan jika ternyata jalan yang kami lalui ternyata salah, yang ada dalam kepalaku hanyalah kami akan ketinggalan bis dan kemudian harus menggelontorkan uang lagi untuk membeli tiket bis keberangkatan siang keesokan harinya. Kami terus berjalan sambil sesekali berlari dan Alhamdulillah keluar dari gedung aku melihat penanda Lawson, menurut petunjuk sumitomo building tidak berada jauh dari Lawson dan kami tinggal mencari 1F floor, sedikit ragu ketika menemukan gedung dengan tanda sumitomo tapi terlihat gelap yang sebelumnya telah kupastikan dari bertanya dengan seseorang laki-laki yang kebetulan lewat. Ternyata memang benar, hanya saja setelah memasuki gedung kita harus turun menggunakan escalator karena ruang tunggu keberangkatan ada di basement, sebelumnya kita harus check in lebih dahulu dengan menunjukkan kode booking lalu menunggu di ruang tunggu yang persis berhadapan dengan ruangan check in. Parahnya, baik boarding call (I know we are talking about bus) ataupun layar yang berisi jadwal keberangkatan tapi semua menggunakan Japanese. Kulirik jam tangan sudah pukul 22.05, tak peduli dengan pandangan orang-orang satu ruangan, aku meminta kepada petugasnya untuk memberitahuku bila jadwal keberangkatanku tiba dan Isty juga mengatakan bahwa dia ingin ke kamar kecil. Namun sayang tidak berapa lama bis kami sudah siap, aku bergegas menuju bis yang berada jauh dibagian luar dihalaman lantai dasar dengan membawa dua ransel dan koper Isty, aku sudah mengirim sms ke Isty untuk segera menyusul ke bis dan lalu memberitahu sopirnya bahwa temanku masih ada dikamar kecil. Syukurlah sekitar 10 menit kemudian Isty datang, dan tidak butuh waktu lama kami langsung tertidur di bis yang super nyaman ini.


Nakamise street






Skytree

Akihabara

Akihabara

Takoyaki, oishiii

Foto bareng TVXQ lol

New york KW1



My favorite action figure

Sisa-sisa penjajahan perut yang lapar

Bagian dalam willer bis


4 Desember 2014
Hujan Kyoto mengiringi langkah kami menuju Kyoto stasiun, aku benar-benar tidur nyenyak selama hampir 9 jam perjalanan Tokyo-Kyoto. Kyoto adalah salah satu kota must visit karena di kota ini kita seakan-akan kembali ke zaman Edo karena terdapat elemen tradisional yang dapat ditemukan, tempat –tempat seperti temple, shrine, castle bersejarah masih sangat terjaga dengan baik, suasananya sangat berbeda dengan Tokyo, kota metropolitan yang sibuk dan dipenuhi gedung-gedung tinggi nan modern, Kyoto lebih bersahaja.
 Bis berhenti tepat di depan Hotel Centnovum Kyoto yang berada tidak jauh dari Kyoto station, dua hal yang ingin aku lakukan sesampainya di Kyoto adalah pipis dan minum, pintar sekali,kami tidak membawa minuman sebagai bekal. Gampang sekali menemukan minuman disini, dimana-mana ada vending machine, mulai dari jualan minum, payung, snack, rokok sampai ice cream, benar saja baru turun dari bis langsung menemukan vending machine yang menjual minuman. Dari pemberhentian bis kami bingung arahnya kemana, hanya mmengikuti dua orang cowok yang memanggul gitar besarnya yang tadinya satu bis dengan kami, hihihi. Sebenarnya aku sudah memprint lokasi turunnya ini yang aku peroleh dari web willerexpress, tapi jauh lebih gampang tinggal mengikuti orang saja. Ternyata mereka menuju semacam basement hotel yang langsung terintegrasi dengan Kyoto station, dan satu kata yang cuma bisa aku bilang, KEREN SEKALI!!! Ini stasiun kereta yang menurutku mengalahkan airport di Indonesia, hahaha. Ketika sampai disana baru sekitar pukul setengah delapan, niatnya akan ke rooftop Kyoto station yang keren, tapi ternyata hujan bertambah lebat dan petugasnya pun masih bersih-bersih. Sebelum jalan-jalan kami berencana ke Kyoto Tourist Information yang terletak dilantai dua terlebih dahulu untuk membeli one day pass bus dan bertanya how to get berbagai tempat wisata, tapi sayang jam buka mereka masih lama, 08.30.
Dengan sok taunya kami menaiki kereta dengan tujuan akhir Nara, setelah sebelumnya menitipkan koper dan ransel di locker, kami berencana ke Fushimi Inari yang berjarak sekitar 15 menit dari Kyoto station dan turun di station Inari yang satu jurusan dengan kereta jurusan Nara. Didalam kereta banyak dipenuhi anak-anak berseragam sekolah dan pekerja kantoran, tapi untungnya tidak se crowded di Tokyo. Disepanjang sisi jalan hanya dipenuhi dengan rumah-rumah tradisional Jepang dan sesekali pepohonan yang menghijau. Sudah hampir setengah jam kereta tidak berhenti, beberapa kali kami melewati station tapi tetap tidak berhenti, aku dan Isty sudah mulai khawatir salah naik kereta, tapi kami mulai saling menenangkan, toh jika kereta ini terlanjur hanya berhenti di Nara kami dengan senang hati akan mengexplore Nara saja. Namun tiba-tiba kereta berhenti di station Rokujizo, kamipun dengan segera turun dan akhirnya memutuskan untuk kembali naik kereta ke Kyoto saja melalui peron yang ada diseberang jalan. Sesampainya di Kyoto stasiun lagi-lagi kami kesulitan keluar dari automatic gate, karena suica card di tolak untuk di tap karena pada dasarnya kami belum ada keluar dari gate  dan agak sulit menjelaskan dengan petugas stasiun yang sama-sama tidak lancar bahasa Inggris, syukurlah dengan bahasa tubuh yang susah payah kami dipersilahkan keluar. Tujuan kami saat ini hanya kembali ke Kyoto Tourist Informations agar mendapat informasi dengan jelas karena hanya satu hari di Kyoto jadi jangan sampai ada acara nyasar lagi untuk hari ini. Ternyata Kyoto Tourist Information sudah dipenuhi oleh turis dari berbagai negara, disana di sediakan pula berbagai leaflet tempat wisata, guide handbook berbagai bahasa, selain itu juga tersedia petugas dengan bahasa Inggris, China dan Korea. Akhirnya kamipun keluar dari Kyoto Tourist Information dengan riang gembira, puas dengan membawa one day pass bus seharga 500 yen, bus route, dan Kyoto map yang penuh dengan oret-oretan hasil berkonsultasi dengan petugasnya.
Perjalanan di Kyoto dimulai dari Kinkakuji temple atau Golden Pavilion, dari Kyoto station menumpang bis diterminal yang tidak jauh dari Kyoto stasiun, kami menaiki bis nomor 101 yang ditunggu di selter B2 dan turun di halte Kinkakuji-Michi. Dari Kinkakuji-Michi kita harus berjalan lagi sekitar 500 meter untuk memasuki area kuil dan membayar tiket 400 yen. Dari jauh terlihatlah bagunan keemasan dengan danau yang merupakan bagian dari taman Chisen Garden. Bangunan ini pada mulanya adalah vila dari shogun Yoshimitsu dan paviliunnya sengaja dilapisi emas untuk menunjukkan kejayaan shogun tersebut. Disana kami banyak sekali bertemu anak-anak sekolah yang sangat antusias mengexplore tempat itu walaupun hari mulai hujan. Disini pula aku membeli cokelat matcha yang super lezat dan teh hijau yang tidak kalah enak seharga 1000 yen >_<. Puas mengexplore kinkakuji dan Chisen Garden perjalanan dilanjutkan ke Gion dengan menumpangi bis nomor 12. Tenang saja, di halte bis sudah tertera nomor-nomor bis serta jurusannya. Dari yang aku perhatikan sebagian besar dari anak-anak sekolah tersebut mereka dibagi perkelompok untuk mengeksplore berbagai tempat dan dibekali buku “how to ride”. Kalau disini mungkin lebih memilih untuk bolos ke warnet atau nongkrong kali ya, toh ngga ada gurunya juga, hehehe (ngga lah ya).

Sesampainya di Gion kami mampir sebentar di kuil Yasaka namun hujan semakin lebat, akhirnya kami hanya berjalan menyusuri teras toko-toko disepanjang sisi jalan, sesekali singgah untuk sekedar melihat-lihat souvenir ataupun makanan yang kira-kira bisa aku makan, dan hanya bisa berharap mendapat keberuntungan bertemu Geisha. Kami terhenti didepan restoran India karena sang sales mengatakan bahwa mereka memiliki chicken biryani yang halal, namun setelah kami masuk ke restorannya pelayannya mengatakan bahwa chicken biryani no halal dan yang halal hanyalah mutton curry seharga 1000 yen dan kemudian memesannya, oh okay kami di Jepang dan makan makanan India, bahkan ini pertama kalinya aku makan makanan India, agak lucu juga sih melihat orang kulit sawo matang dengan penuh brewok Indian looks tapi bicara sangat sopan dengan Japanese yang sangat fasih.

Dari stasiun Gion Shijo yang berada di Gion kami menaiki kereta Hankyu line untuk menuju Fushimi Inari, tiba di stasiun Tofukuji lalu pindah kereta JR local dan turun di stasiun Inari, dan berjalan kaki sekitar 2 menit menuju kuil. Mudah bukan? Ya, akhirnya kami tahu penyebab kami tersesat. JR di Kyoto maupun Osaka ada tiga macam, local line yang berhenti disemua station-station kecil, semi express line dan express line yang hanya berhenti di beberapa station. Sewaktu sebelumnya menaiki kereta, harusnya kami menaiki kereta JR local line tapi malah menaiki semi express line.

Fushimi Inari adalah sebuah kuil yang berada di gunung Inari dan merupakan salah satu kuil penting penganut Shinto. Disini terdapat ribuan torri yang berwarna merah yang membentuk lorong-lorong panjang. Torri-torri ini merupakan sumbangan dari berbagai pengusaha dan perusahaan, terlihat dari nama-nama penyumbang yang ditulis pada Torri tersebut dengan huruf Kanji. Aku banyak mendapati orang-orang dengan memakai yukata dan tentu saja tidak lupa untuk berfoto bersama, hahaha. Selain itu aku juga banyak mendapati turis Malaysia yang mudah dikenali dengan kerudungnya dan sempat berkenalan dengan mereka, namun aku agak tidak suka ketika salah satu dari mereka menanyakan kepada temannya yang berkenalan denganku dari mana aku berasal, “Indon” bisiknya
Aku hanya tidak suka dipanggil Indon! Entahlah, menurutku itu bukan panggilan yang baik. kenapa ngga dibilang “Indonesia” aja gitu!

Kami kembali ke Kyoto station untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Osaka menggunakan shinkasen, bullet train yang sangat terkenal. Tadinya kami hampir (lagi-lagi) salah naik kereta,  namun oleh pertolongan ibu-ibu Japanese yang fasih berbahasa Inggris kamipun diberitahu peron yang benar. Kyoto-Osaka merupakan rute terpendek yang ditempuh shinkasen, dengan tiket non reserved seat shinkasen nozomi seharga 1.380 yen perjalanan dari Kyoto-Osaka yang harusnya ditempuh 2 jam dengan shinkasen hanya perlu 15 menit. Kami tiba di Shin-Osaka station sekitar pukul 8, setelah memberitahu Shaz, calon host kami selama di Osaka, yang berjanji bertemu di stasiun Nagase. Dari stasiun Shin-Osaka menggunakan kereta Osaka loop line dan kemudian pindah kereta Kintetsu line local di stasiun Tsuruhashi menuju stasiun Nagase sekitar 25 menit, Nagase merupakan stasiun kecil dipinggiran pusat kota Osaka, tipikal kawasan pendidikan yang perlu 30 menit untuk menuju kawasan Namba. Aku agak sedikit nervous menunggu Shaz, bermacam pikiran di kepalaku, apalagi aku orang yang sulit berkomunikasi dengan orang baru. Tapi ternyata pikiran-pikiran itu langsung lenyap begitu saja ketika Shaz dengan ramahnya menyapa kami, tak perlu waktu lama untuk menjadi akrab dengannya. Sekitar 8 menit berjalan kaki dari stasiun ke rumahnya yang terletak didalam gang yang agak sempit namun sangat bersih. Rumah Shaz lumayan besar dua lantai dengan pintu geser yang biasa aku lihat di film-film drama Jepang, dia tinggal bersama seniornya yang sama-sama berasal dari Malaysia. Dia pun menunjukkan tiap sudut rumahnya, aku dan Isty akan tidur di futon yang berada dibagian depan kamar Shaz yang di pisahkan pintu geser dengan kamarnya, dia pun mempersilahkan kami do what we want dan tentu saja Isty langsung masak mie yang dirindukannya dan dibawa dari Indonesia. Malam yang dingin di Osaka dengan kehangatan teman baru.
 
One day pass bus
 
Ceritanya lagi galau di dalam bis
Kinkakuji castle, golden pavilion
Fushimi Inari

Mutton Curry

Shinkasen Nozomi
Bagian dalam shinkasen Nozomi
Rumah Shaz

5 Desember 2014
Pagi pertama di Osaka dan itu 2 derajat!!!
Setelah bangun untuk sholat subuh, aku kembali bermalas-malasan didalam selimut dan ketiduran lagi. Rasanya buruk sekali tinggal dirumah orang tapi keliatan sekali pemalasnya, ahh tapi dinginnya pagi ini benar-benar membuatku gila. Namun mau tidak mau akhirnya aku harus beranjak mandi karena Isty yang rajin sekali sudah mandi lebih dulu. Hari ini kami akan nonton Super Junior, wohooooo!!!
Aku sempat ngobrol dengan Shaz tentang kehidupan mahasiswa Malaysia di Jepang dan kebetulan dia hari ini tidak ada kelas tapi akan keluar dengan teman-temannya. Sebelumnya karena Zureq  yang mencarikan kami tiket tidak bisa nonton di hari Jumat dan memberikan tiketnya langsung kepadaku, aku kemudian memberikan alamat Shaz agar tiketnya bisa dia kirimkan ke rumah Shaz lebih dahulu saja yang tentunya dengan persetujuan Shaz lebih dulu. Shaz pun menanyakan perihal tiket tersebut.

“What’s concert? Japanese band?”
“No, Korean band” jawabku nyengir
“Korean band?”
“Yeah, Super Junior”
“What!!!!” sahutnya surprise “So many girls in here crazy about them” Hahaha, fans super junior memang terlalu banyak disini.

Sekitar pukul 11.30 aku dan Isty ke Kyocera Dome, sengaja kami datang lebih awal mengantisipasi nyasar, dengan dua kali pindah line menggunakan Osaka loop line di stasiun Tshuruhashi lalu di stasiun Tennoji, nah disini aku melihat counter penjualan waffle di samping tangga menuju peron yang ternyata enak sekali!! Namanya Manekken waffle, fresh from the oven, harganya lumayan juga sih tapi waffle dengan cokelat belgianya benar-benar lezat, highly recommended!  Dari Tennoji sampailah kami ke Taisho station dengan kurang lebih 45 menit (plus nganga dan antri beli waffle), sempat bingung-bingung juga sih pindah line tapi petugas stasiun nya benar-benar helpful sekali, waktu di Tennoji station bahkan kami langsung didatangi petugasnya yang sepertinya melihat kami kebingungan, and he said “Can I help you?”

Awalnya aku agak khawatir menuju Kyocera karena yang aku baca di wikipedia dari Taisho station harus jalan kaki lagi sekitar 7 menit, tapi ternyata tidak sesulit yang dibanyangkan karena petunjuk untuk menuju Kyocera sangat jelas, yeah lagi pula sebagian besar dari penumpang yang turun di Taisho ternyata juga mau ke Kyocera, terang saja bisa dilihat dari segala macam pernak pernik super junior yang mereka pakai. Keluar dari stasiun lalu menyebrang jalan dan ikuti saja jalan sampai lampu merah lalu menyebrang melewati jembatan dan taraaaa ini lah Kyocera dome yang keren dan siap menampung 50.000 elf hari ini.
Memang masih belum terlalu banyak yang datang, hanya antrian yang mengular di both penjualn goodies, bahkan jacket yang seharga hampir 800ribu sudah sold out dan beberapa item lain sudah limited edition.
Mereka bukan hanya membeli, tapi memborong!! Masing-masing membawa satu goodie bag penuh, OMG. Keinginan membeli goodies harus ditahan karena lebih baik uangnya digunakan untuk yang lain, lagipula nantinya juga bakalan dapat free lightstick. Hal yang paling spesial menonton konser di Jepang adalah banyaknya orang yang memakai codsplay, identik dan detail.

Berbeda sekali sewaktu menonton si Singapore, banner dan semacamnya pun sama sekali tidak ada, kalau disini feel nya sangat terasa, mulai dari penonton yang datang, suasananya dan bahkan mall Aeon yang tepat berada disamping Kyocera pun dipenuhi foto-foto super junior dan mengadakan sale serta diskon 10-20% selama tiga hari selama konser.

Sebenarnya konser dimulai pukul 6 sore dan gate baru akan dibuka pukul 4 sore, untuk membunuh waktu aku dan Isty jalan-jalan di Aeon yang dipenuhi banyak orang. Entah apa tiba-tiba kakak perempuan mem’BBM minta beliin coat, oh good, aku yang bokek tralala disuruh beli coat ditambah lagi setelah aku cek di counter khusus penjualan coat dan parka harga paling murah 7000  yen. Sedangkan Isty sibuk mencari oleh-oleh pakaian untuk ayah dan adiknya, tapi ujung-ujungnya kami masih mempertimbangkan untuk beli, toh uangnya juga belum cukup, rencananya besok kami mau ambil uang di ATM, dan berhubung saldo atm masih kurang untuk ditarik (karena minimal penarikan 10.000 yen) aku harus menghubungi “penyelamat” ku Risna teman kantornya yang selalu standby untuk dimintai tolong kirim uang dan diganti ketika sudah sampai di Indonesia, hehe. luph you risnaaaa :D Diwaktu leyeh-leyeh didekat pintu masuk Aeon tiba-tiba kami disapa Bapak-bapak
“Di Jepun sekolah atau nak lihat Super Junior”
Aku bilang saja kalau kami sebenarnya liburan tapi kebetulan ada konser dan kami nonton. Kemudian Bapak-bapak itu cerita kalau dia dari Malaysia dan sedang menemani anaknya nonton Super Junior, aku lirik sang anak yang terlihat sangat cuek dengan kami, dia memakai ransel yang masih lengkap dengan tag business class Malaysia airlines, uh itu mungkin cukup menjadi alasan kenapa kami dicuekin.

Hampir jam empat sore aku menyempatkan ke toilet d bagian dalam dome, ternyata disana juga banyak elf yang duduk-duduk ataupun sekedar packing barang belanjaan untuk diletakkan dalam locker, bagian yang paling mengesankan adalah sewaktu sampai di toilet wanita, bersih dan banyak sekali, berpuluh-puluh sepertinya. Aku kembali ke Kyodepan gate cera disana semakin banyak orang-orang yang memenuhi halaman Kyocera dome, dan kami langsung menuju gate 4 sesuai tiket yang aku punya, beberapa kali aku memastikan lagi dengan staff didepan gate apakah aku antri ditempat yang benar, seperti biasa tasku melalui pemeriksaan dan diberikan free lightstick. Dari gate masuk ada banyak pintu masuk ke venue, aku kembali mencocokkan kanji di tiket dengan pintu masuk, namun kemudian petugasnya yang mungkin melihat kami kebingungan membantu mencarikan seat kami. Ternyata venue nya besarrrr sekali, jauh lebih besar dari bayanganku. dua big screen di samping main stage mulai menayangkan tulisan-tulisan kanji, yeah I don’t understand at all. Kalau menurutku sound nya jauhhh lebih keren daripada di Singapura. Hmm.. seatnya? not bad lah ada dilantai satu dan banyak kursi masih terlihat kosong, mungkin karena semua ticket adalah numbered, elf japan yang di duduk di disamping Isty membagi-bagikan snack sementara menunggu konser mulai. Aku menemukan ada kertas dengan tulisan kanji yang menempel di kursiku, di kursi Isty juga, dan di semua kursi malahan. Awalnya aku pikir itu hanyalah tulisan tentang larangan-larangan selama konser tapi rupanya itu adalah project Elf Japan dan diangkat sewaktu encore, begitu kata Elf yang duduk disamping Isty menjelaskan.
Pukul 6 tepat konser dimulai, suasana didalam venue benar-benar meriah, kilauan lightstick dengan warna biru saffire nya sungguh mengagumkan. Impianku untuk menjadi salah satu bagian dari Sapphire blue ocean Alhamdulillah benar-benar tercapai. Selain tampil bersama, masing-masing member juga tampil solo, penonton pun juga benar-benar tertib, sungguh suasana yang sangat menyenangkan, bahkan member super junior pun memakai baju goodies super show Osaka pada beberapa penampilan. Pada akhir konser nampaklah project elf japan, yaitu ribuan kertas yang membentuk tulisan SJ <3 aku="" bagaimana="" dan="" henry="" ingat="" masih="" melihat="" o:p="" siwon="" tercengang="" tersebut.="" tulisan="">

Empat jam benar-benar terasa cepat berlalu dan konser super show hari pertama sudah selesai. Aku sempat khawatir membayangkan akan berdesakan keluar dari venue dan masuk gate menuju train seperti di Singapura lalu, tapi lagi-lagi aku salah, sekeluarnya aku dari venue terlihatlah lautan manusia namun semuanya tertib, tidak ada desak-desakan sama sekali, semua telah diatur sedemikian rupa, beberapa orang petugas memegang tanda petunjuk jalan dan dengan sigap mengarahkan bagi yang akan ke stasiun subway, JR ataupun taksi. Kali ini aku kembali menggunakan JR, dijalan pulang menuju stasiun para petugas berjaga disetiap lampu merah dan membantu dipenyeberangan jalan bahkan sampai ke stasiun. Aku benar-benar terkesan bagaimana mereka menangani sebuah event, dari mulai announcement sampai konser selesai dan memastikan bahwa semua penonton aman sampai sekembalinya.

Malam itu aku tiba di rumah Shaz agak larut, hampir pukul 11, agak kurang enak memang dan beberapa kali minta maaf, tapi dia nampak tidak keberatan, begitu pula dengan seniornya yang baru saja datang. Aku sempat berbincang dengannya tentang berbagai hal, tentang banyaknya Malaysian yang kuliah di Jepang, tentang beasiswanya dan lain-lain, sangat menyenangkan. Mereka mungkin host yang terlalu baik dan kami guest yang kurang ajar, hahaha
 
Suasana di salah satu stasiun di Osaka
Kyocera Dome
Our ss6 Osaka ticket
Codsplay ala Eunhyuk

SS6 Osaka Goodies
Manekken waffle yang super lezat
Elf Japan project
Benda wajib yang sealu di bawa nonton ss6
Sapphire blue ocean, finally!


6 Desember 2014
Pagi di stasiun Nagase yang dingin, satu bar snack cokelat seharga 150 yen yang kubeli di vending machine cukup mengganjal perutku. Hari ini aku dan Isty berencana ke Osaka castle yang bisa ditempuh selama 15 menit dengan JR train menuju Tsuruhasi station lalu pindah loop line dan turun di Osakajokoen station, sebelumnya kami juga membeli okonomiyaki yang tidak jauh dari stasiun kereta sebagai bekal.
Dari Osakajokoen harus berjalan kaki lagi melewati taman yang dipenuhi dengan pohon-pohonnya yang menguning dengan dedaunannya yang jatuh berserakan, ada pula sekelompok anak-anak yang sedang bermain baseball. Sebenarnya area ini juga terdapat Nishinomaru garden yang katanya spot yang keren untuk ber”hanami” saat spring dan Osaka hall yang biasa digunakan untuk event-event tertentu atau konser music. Osaka castle sudah mulai terlihat berdiri dengan kokohnya, tapi ternyata masih sangat jauh mungkin sekitar 20 menit berjalan kaki dari mulai keluar stasiun.

Castle yang sekarang berubah fungsi jadi museum ini surrounded by secondary citadels, gates, turreti.impressive stone walls and moats. Memasuki area Osaka castle ada beberapa penjual jajanan dan mereka juga menyediakan kursi-kursi untuk makan. Disini akhirnya aku bisa mencoba beer, tenang beer ini benar-benar 0% alcohol, hanya soda dengan sensasi rasa beer. Penjualan “beer” jenis ini pun semakin meningkat di Jepang seiring banyaknya warga Jepang yang sadar akan kesehatan. Kami memutuskan untuk duduk-duduk dulu setelah perjalanan (yang menurut kami ) melelahkan hehe, makan okonomiyaki dan oden yang dibeli seharga 300 yen untuk 3 macam oden. Disini kami kami banyak bertemu turis dari Malaysia yang bisa langsung dikenali dengan kerudungnya, iseng aku sering menyapa mereka
“Malaysian” tanyaku? Dan memang benar, semua yang aku sapa berasal dari Malaysia. Berbeda sewaktu aku ke Korea tahun 2012 lalu dimana-mana bertemu orang Indonesia. Kami memilih untuk tidak masuk kedalam tower dan hanya melihat-lihat bagian luar. Uniknya, petugas kebersihan disekitarnya memakai semacam baju zirah layaknya samurai. Puas berkeliling di Osaka castle tidak terasa sudah hampir pukul 1 siang, aku harus bergegas ke Kyocera dome untuk nonton SS6 day 2. Saat kembali menuju jembatan ke Osaka castle kami terhenti melihat tempat penyewaan konstum dengan berbagai pilihan dari konstum ninja sampai kimono, dengan 1000 yen kita dipakaikan kostum dan bisa foto-foto disekitar jembatan sedangkan dengan menambah 500 yen kita mendapatkan cetak foto dengan latar Osaka castle. Awalnya malu juga sih karena banyak mata memandang, ibu-ibu yang membantu kami memakaikan kosntum menyuruh kami berjalan-jalan dan foto-foto disekitar jembatan, tapi setelah melihat ada beberapa Chinese yang dengan hebohnya foto-foto disana jadi ikutan juga.
Aku dan Isty akhirnya berpisah di Osakojokoen station karena Isty juga akan jalan-jalan ke Namba dan Universal city walk.

Ss6 day 2 hari ini berbeda dengan hari sebelumnya, kali ini gate dibuka pukul 2 siang dan konser dimulai pukul 4 sore. Namun dari pengalaman kemarin, sampai di Kyocera aku tidak langsung masuk ke venue tapi jalan-jalan sebentar di Aeon sambil melihat-lihat coat pesanan kakakku (lagi), koper dan baju titipan Isty yang telah kami incar kemarin, rencananya setelah memastikan barang yang cocok aku akan kembali lagi seusai konser, karena locker sudah penuh untuk menitipkan barang.

Tiketku untuk hari ini di gate 15 dengan pintu masuk di 55, wow butuh waktu lama to reach the gate karena jauh sekali darii pintu masuk, aku bahkan tidak yakin apa masih ingat jalan untuk keluar. Seatku kali ini lumayan lebih bagus, aku dapat lebih jelas melihat ke stage, karena konser 1 jam lagi baru mulai masih banyak seat-seat kosong disekitarku. Iseng aku memfoto stage untuk di upload di path. Oh God! ternyata ada seorang laki-laki mendatangiku dan berbicara dengan bahasa Japan, rupanya dia menyadari bahwa aku tidak mengerti lalu kembali bertanya dengan bahasa Inggris. Ternyata dia adalah security dan memintaku menghapus foto yang baru saja aku ambil, katanya tidak boleh mengambil foto. Deg, aku langsung panas dingin dan kukatakan bahwa konser masih belum mulai, tapi katanya lagi jika musik sudah dimulai artinya no camera and no video. Oh bagus, daripada berurusan dengan security akhirnya ku hapus saja fotonya dan meminta maaf. Terakhir dia bilang jika ketahuan aku mengambil foto lagi aku akan diseret keluar. Hufh. Setelah menenangkan diri dengan bayang-bayang deportasi dikepalaku (lebay), seorang perempuan duduk disebelahku. Belakangan aku tahu kalau dia berasal dari Australia dan sedang masa liburan sekolah, setelah ini akan ke Korea lalu ke Bangkok untuk nonton SS6 lagi, wowww… Ternyata dia seru dan tidak berhenti mengajak mengobrol sampai konser mulai. Konser hari kedua ini tidak jauh berbeda dengan hari pertama,  hanya saja day 1 tidak ada Mamacita karena Donghae cedera, dan hari ini ada mamacita!! yuhuuu… Kembali, project elf japan hari kedua ini pun sama seperti kemarin hanya dengan tulisan yang berbeda, tapi ya tetap saja keren.

Seusai konser ternyata tidak seperti bayanganku, keluar venue belok kiri langsung ke Aeon. Para petugas sudah mengerahkan massa penonton sesuai jalur mereka, mungkin karena gate masuk berbeda dengan hari sebelumnya memuntuk aku benar-benar bingung, dimana ini? mana jalan menuju mall? Aku pasrah saja mengikuti jalur petugas yang menunjukkan arah JR, toh mungkin aku sudah tidak berjodoh untuk belanja dan uangnya tetap tersimpan. Rupanya pintu keluar dari gate 15 ada dibagian belakang dome, jadi petugas tadi mengarahkan penonton ke bagian depan dome menuju subway station, JR dan pangkalan taksi. Aku langsung mengambil langkah cepat kembali ke Aeon melalui eskalator di depan dome, ternyata disana juga sudah dipenuhi oleh banyak orang. Yang mengesankan sewaktu aku mau membei baju berbahan flannel yang sedang diskon (jika dirupiahkan tidak sampai 200 ribu), kebetulan yang dipajang untuk warna yang aku mau tidak ada ukuran L, aku lalu menanyakan ke petugasnya  yangberdiri didekat kasir apakah ada ukuran L, dia hanya menyuruhku menunggu sebentar, aku pikir dia akan ke gudang untuk mencarikan atau tumpukan baju seperti yang sering kulihat di mall-mall Indonesia, tapi ternyata dia hanya men’scan barcodenya dan ternyata available dan mengambilkan di tempat dekat pajangan baju dan itu tidak sampai 1 menit! voilaaaa. Begitu pula saat membeli koper dan coat, mereka benar-benar helpful dan sabar walaupun cuma komunikasi dengan bahasa isyarat.

Aku kembali pulang agak larut malam, ternyata Isty sudah lebih dahulu sampai. Malam ini malam terakhir menginap di rumah Shaz, kembali senior Shaz yang menemani kami mengobrol sambil dia menyetrika baju.
 
Beli Okonomiyaki dulu


Taman sekitar Osaka Castle

Nonton baseball dulu >_<
Osaka Castle
Foto Bareng Para "Pengawal' Raja hahaha



7 Desember 2014
Pesawat Jetstar yang akan membawaku dari Kansai ke Singapore akan flight pukul 13.20, pagi-pagi kami berdua sudah mulai bersiap, tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan di rumah Shaz, aku pikir dia sudah ke kampus, namun setelah ku WA ternyata dia masih tidur, kutinggalkan satu jilbab dan gelang dari batu khas Kalimantan di atas meja belajarnya. Tidak berapa lama dia turun untuk mengucapkan selamat tinggal dan melanjutkan tidur kembali, mungkin dia kelelahan karena hari sebelumnya pulang larut malam.

Dari Nagase station ke Kansai airport lumayan jauh, sekitar 60 menit, disini kami bertemu dua orang perempuan korea yang juga akan ke Kansai, tapi sepertinya mereka sudah diburu waktu, aku sempat berbincang dengannya dan seorang laki-laki Jepang yang nyerocos dengan bahasa Inggris, aku tidak bisa menangkap dengan jelas apa yang dibicarakannya, hanya kemudian perempuan Korea itu mengajak kami turun ketika kereta berhenti dan berlarian pindah ke gerbong bagian depan dengan tempat duduk yang saling berhadapan, berbeda dengan gerbong yang kami tumpangi sebelumnya yang hanya seperti JR train biasa. Didalamnya memang banyak turis western dengan backpack segede gaban dan beberapa Chinese dengan koper-kopernya, mungkin ini gerbong khusus untuk ke Kansai mungkin. Sampai sekarang aku juga masih belum mengerti. Sesampainya di Kansai aku langsung ke bagian barat mencari counter check in Jetstar. Airport Kansai tidak kalah megahnya dengan Haneda dan disini juga ada musholla. Penerbangan ke Singapura ternyata dipercepat 10 menit dan antrian di counter check in masih mengular, saat itu sudah hampir pukul setengah 12 dan perutku mulai mulas karena gugup. Takut tidak mengerti dengan bahasa Inggris mereka, takut telat, takut melewati antrian imigrasi, tapi hasilnya tidak semenegangkan yang ku khawatirkan, setelah check in bagasi mereka mengatakan bahwa bagasi kami bisa diambil di final destination, di imigrasi pun aman-aman saja, hanya pemeriksaan x-ray yang antri sangat lama. Sebelum memasuki waiting room aku membeli Tokyo banana seharga 1.000 yen/pax yang bisa dijual di beberapa counter oleh-oleh, selain Tokyo banana juga ada snack-snack lain seperti cokelat matcha dengan almond yang juga seharga 1.000 yen. Setelah sampai diruang tunggu dan membeli sebotol green tea di vending machine terdengar boarding call menuju Singapore. Japan sayonara..

Nightmare in Singapore! 
Kenapa dibilang nightmare? Pesawat kami transit di NAIA Manila selama satu jam, selama satu jam kami dipersilahkan menunggu di ruang tunggu dibagian depan garbarata dengan line pembatas, jika ingin ke toilet akan diberikan kartu dan kemudian dikembalikan lagi. Setibanya di Changi  kami tidak langsung menuju imigrasi tapi memilih makan dahulu di foodcourt walaupun sudah hampir jam 10 malam, karena sepertinya masih ada waktu untuk sholat dan makan sebelum menuju hostel favorite ku Gusti bed and breakfast yang hanya berjarak 3 menit dari stasiun MRT lavender yang sudah ku booking sebelumnya dan aku juga sudah make sure ke reseption nya kalau aku bakalan check in sekitar pukul 11.30 malam dan mereka mengiyakan. Namun sayang sesampainya didepan tangga menuju pintu masuk hostel yang terletak di lantai 2, tak seorangpun menjawab belku, buruknya lagi  internet roaming di hadphone ku sudah tidak berlaku lagi untuk menghubungi reseptionnya via WA. Aku hampir frustasi dan memutar otak dimana mesti tidur malam ini, ingin kembali ke airport tapi tidak yakin apa masih ada MRT yang beroperasi ke airport, ditambah lagi tatapan cowok-cowok India yang berjalan melewati kami menambah seram suasana. Tapi tidak berapa lama salah seorang karyawan dari Antoinette, cafe and bakery yang ada dilantai dasar menghampiri kami dan mencoba menghubungi reseptionnya, dengan entengnya mereka bilang bahwa reception sudah tutup dari jam 9. What!! Padahal aku kan sudah ngasih tau kalau bakalan datang midnight, namun kemudian mereka memberitahu bahwa ada hostel yang hanya berjarak satu blok dari sana dengan reception yang buka 24 jam.
Setelah mengucapkan terima kasih berulang kali dengan mba dari Antoinette, kami bergegas menuju Mercury hostel, kami disambut seorang receptionist Chinese, dengan rate 25sgd perbed/night plus breakfast, kami diberikan kamar dilantai dua kam. Sebelumnya kami kebingungan karena mereka meminta deposit 30sgd sedangkan uang yang kami miliki hanya 20sgd, setelah berdiskusi dengan temannya dia akhirnya mau dideposit dengan 500rb rupiah, wewww.
Suasanya temaram disepanjang lorong dilantai dua mulai memuntukku berpikir macam-macam, toh ini sudah lebih baik daripada tidur diemper jalan. Satu dorm kamar female only terdapat 2 buah tempat tidur bunkbed, seorang wanita (lagi-lagi) Chinese ada lebih dulu dikamar tersebut. Gue mulai berkenalan dengan English terbata-bata bercerita bahwa dia menghabiskan satu bulan di Singapore untuk liburan, sepertinya dia cukup excited karena jadi punya teman sekamar, entahlah yang jelas sewaktu bangun pagi-pagi dia mulai mengomel dengan bahasa Chinese karena terganggu dengan suara berisik dari kami yang mulai berkemas, well aku sudah tidak kuat lagi untuk sekedar mandi, rasanya hanya mau merebahkan diri dikasur yang sudah berpisah selama satu minggu. Goodnight Singapore.

8 Desember 2014
Sekitar pukul tujuh pagi kami berdua terbangun, setelah mandi dan dandan cantik kami berencana sightseeing sebentar. Setelah lumayan terang barulah terlihat bahwa hostel ini lumayan keren, kamar mandinya juga lumayan banyak dan bersih. Saat kami turun sang reception kembali mengingatkan bahwa jam check out pukul 12 siang
“we will back about 9” sahutku. Sejak tadi malam orang itu memang terlihat kurang bersahabat, atau mungkin tampang kami yang kelihatan kere? who’s care!

Tujuan kami kali ini kemana lagi kalau bukan ke merlion statue! Hahaha. Sewaktu aku travelling ke Singapore lalu aku memang sengaja tidak ke merlion karena menurutku terlalu banyak turis and too mainstream as well, tapi karena ini request dari Isty, yuk lah. Dari Lavender station menuju City hall station, keluar belok kanan dan berjalan menyusuri tepi sungai dan menyeberang jembatan lalu berjalan kearah kanan dan melewati lorong pendek, tidak jauh dari sana ada starbuck dan turun saja kebagian bawah, dari sana sudah terlihat si singa yang tersohor,hahaha. Walaupun ini masih tergolong pagi (menurutku) ternyata sudah banyak serombongan ibu-ibu turis dari Indonesia dengan kacamata hitamnya. Kalau kata Isty sih dia kecewa, katanya tidak sekeren yang dibayangkan dengan airnya yang keruh. Kami hanya foto-foto sebentar dan melihat-lihat souvenir yang dijual didekat sana, membeli nasi lemak seharga $2,5 di lavender station untuk dimakan di hostel dan bergegas kembali ke airport untuk penerbangan lanjutan ke Surabaya pada pukul 11.



Last minute person.
Okay, setelah menjelajahi Banjarmasin-Bandung-Surabaya-Kuala Lumpur-Haneda, Osaka-Singapura-Surabaya, baru kali ini delay!! and you know, pesawat yang harusnya membawa kita jam 4 sore ke Banjarmasin baru sampai di delay 3x dan dipastikan take off jam 7 malam, sebenarnya ngga heran sih kalau si “singa udara” yang raja delay itu ngedelay dan kita juga udah antisipasi beli tiket jam 4 supaya ngga kesorean sampai di Surabaya, tapi ngga nyangka juga bakalan separah ini, aku sih udah mikir dapat kompensasi 300ribu perak, hehe. Karena sudah terlanjur bosan aku dan Insty memilih keluar waiting room untuk berjalan-jalan membeli camilan sekaligus menunggu untuk sholat magrib di musholla. Setelah sholat magrib tidak sengaja aku mendengar pembicaraan orang di depan kami bahwa penerbangan mereka ke Banjarmasin dipercepat dan namanya sudah beberapa kali di umumkan di final call namun mereka menuju gate yang berbeda dengan kami. Tiba-tiba aku jadi curiga jangan-jangan penerbangan kami juga di percepat, sambil berlarian menuju waiting room dan ternyata sudah agak sepi, betul saja penerbangan kami juga dimajukan yang menurutku tanpa pemberitahuan lebih lanjut melalui boarding call. Kami juga hanya diberi snack untuk kompensasi, selain aku dan Isty ada juga seorang laki-laki di bis yang akan mengantar kami ke pesawat, dia juga mengomel bahwa tidak ada pemberitahuan penerbangan dipercepat. Seperti yang sudah kuduga, puluhan pasang mata memandang kami sewaktu didalam pesawat, tapi ada beberapa orang yang bisik-bisik “ngga salah mereka juga sih kan diumumkannya jam 7 baru flight” fuih!! Semoga singa udara bisa meningkatkan pelayanan mereka dan pemerintah juga harus mengevaluasi kinerja mereka, ini masalah klasik yang sepertinya terus dibiarkan saja tanpa ada tindakan yang bermakna.


Satu jam dipesawat dari Surabaya-Banjarmasin juga kemudian dilanjutkan dengan naik angkutan menuju Paringin selama 4 jam dan ke Tanjung (Isty) selama 5 jam. Aku juga benar-benar menikmati perjalananku kali ini, karena trip ini memang “do what we want”. Banyak pengalaman-pengalaman unik selama travelling di Jepang berdua dengan Isty, ada kalanya kami diam-diam’an karena hal kecil, teman galau, teman kalap, dan yang terpenting dia travelmate yang paling menyenangkan sampai saat ini ^^. Pengalaman-pengalaman lainnya mungkin cukup aku simpan sendiri, misalnya seperti aku yang terpesona dengan Yosu *ups* lupakan lupakannnnnn!!! hahaha. Sampai jumpa di cerita wiwin berikutnya di Hakuba, Gokayama dan Seoul tahun depan, amin.., ciaobella, sayonara.

12 komentar:

  1. Hahahaha...paragraf terakhir gagal fokus karena ada Yosu :p hahahhaha next you should join backpacker group to Mecca-Medina ya neng :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ah kak yuyunnn, harus harus... amin ya Allah...

      Hapus
  2. Mba saya dari Kalteng mau tau donk kmrn visa nya via travel apa ya? Sama mau donk contekan Itin nya saya juga mau ke semua rute yang mba kunjungin boleh email ke noviyanty.nov17@gmail.com ya mba #Arigato 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo mba vivi makasih sudah mampir di blog saya, kemaren saya urus via dwidaya tour. Kalau itinnya kayak yg saya tulis di blog ini.... catatan di saya cuma garis besarnya, untuk detailnya saya nyontek di buku claudia kaunang, wenika yudha ama di blog nya mba vicky di jejakvicky.com disana sangat rinci...

      Hapus
  3. Hallo mbak wiwin mau nanya nih saya dr kalsel jg..klo mau ngurus epasspor di sby bs ga ya klo ktp domisili kalsel? Btw ceritany menarik bgt..Thanks

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi Shinta makasih ya sudah mampir.. boleh banget...

      Hapus
  5. Wahhh trima kasih info ny mbak...salam kenal ya...mau nyoba solo traveling di autumn thn ini...hihii...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga.. Klo boleh tau di Kalsel dimananya? Februari lalu saya solo travelling juga ke Jepang dan menyenangkan banget! Dijamin nagih klo sudah pertama kali kesana, hihi. Happy travelling ^^

      Hapus
  6. Saya di tanjung win...oiya bisa minta email kamu ga? Mau tanya2 nih...thanks yah

    BalasHapus
    Balasan
    1. emailnya di wiwinfatimah89@yahoo.com.sg atau di line withwiwin

      Hapus
  7. Saya di tanjung win...oiya bisa minta email kamu ga? Mau tanya2 nih...thanks yah

    BalasHapus